Alasan mengapa pelajar menjadi anggota geng motor dari sudut pandang psikolog dan sosiolog
Penulis: Retno Tandi Rerung | Publikasi: 24 Januari 2024 - 10:02
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Alasan mengapa pelajar menjadi anggota geng motor dari sudut pandang psikolog dan sosiolog
Ilustrasi para pelajar SMA melakukan konvoi mengendarai motor tanpa helm (Foto: Robiul Sobri/Shutterstock)

Medio Januari 2024 publik Kota Palu dikejutkan dengan penangkapan besar-besaran anggota geng motor oleh Kepolisian Resor Kota (Polresta) Palu.

Mengutip pemberitaan hariansulteng.com, disebutkan pada 13 Januari 2024 polisi mengamankan 96 orang yang diduga sebagai anggota geng motor.

Yang bikin kaget, 84 orang masih berstatus pelajar. Itu terungkap melalui interogasi dan identifikasi oleh penyidik.

Selain itu, terungkap pula 96 anggota motor ini terbagi dalam 17 kelompok geng motor, yang memiliki nama bahkan bendera sendiri sebagai identitas.

Geng motor yang diamankan ini tak hanya sekadar eksistensi gaya-gayaan di atas aspal. Mereka tak segan melakukan aksi kekerasan dan kejahatan, semisal pembusuran.

Ada bukti 8 buah busur bersama katapel, 1 topeng, 1 grip hand/peninju, 1 parang, 2 pisau, 10 simbol bendera geng, 64 ponsel, dan 1 jam tangan yang diduga digunakan dalam aktivitas kriminal.

Dalam penangkapan itu, polisi juga merilis asal sekolah dari 83 pelajar yang diduga kuat menjadi anggota geng motor. Para orang tua pun dipanggil ke Kantor Polresta Palu untuk menjemput anak mereka.

Kapolresta Palu Kombes Pol. Barliansyah menyebut keterlibatan pelajar dalam geng motor adalah permasalahan yang harus mendapatkan perhatian serius.

“Permasalahan anak-anak ini, bukan hanya permasalahan kepolisian saja, tapi permasalahan kita semua,” kata Barliansyah dikutip dari pemberitaan kabarselebes.id pada 16 Januari 2023.

Andi Muthia Sari (kiri) dan Moh. Nufta (Foto: Retno Tandi Rerung/Tutura.Id)

Kegagalan lembaga keluarga

Lantas mengapa pelajar yang masih tergolong usia anak bisa menjadi anggota geng motor?

Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling Islam, Universitas Islam Negeri Datokarama Palu, Andi Muthia Sari Handayani, mengatakan ada beberapa faktor penyebab.

Faktor utama adalah karena kurangnya perhatian dan kasih sayang terhadap orang terdekat.

“Usia remaja mereka ingin perhatian, mereka ingin kasih sayang, dan mereka ingin menumpahkan segala perasaannya. Itu menjadi dasar kenapa kemungkinan mereka tidak mendapatkan hal-hal itu di rumahnya,” ujar Muthia yang ditemui Tutura.Id di ruang kerjanya, Kamis (18/1/2024).

Muthia mengatakan besar kemungkinan para pelajar ini  tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang di rumah. Pada akhirnya mendorong mereka mencari medium di luar rumah untuk memenuhi hasrat itu.

Namun sayangnya, geng motor yang mereka pilih sebagai medium justru menjadi perangkap dan menjadikan mereka tumbuh menjadi anak dengan perilaku negatif.

Muthia mengungkapkan selain karena faktor individu, lingkungan keluarga juga bisa menyebabkan anak terjerumus tumbuh dalam kelompok kriminal. Hal ini dikarenakan keluarga sebagai lembaga terkecil dalam tumbuh kembang anak gagal dan tidak berfungsi.

Disfungsi keluarga ini cenderung akan menghasilkan anak-anak yang tumbuh kembangnya negatif karena tumbuh kembangnya tidak optimal dan fatherless, yakni kehilangan sosok ayah yang baik sebagai panutan.

Soal perilaku brutal geng motor seperti membusur orang lain, mengapa bisa anak bisa melakukan kekejaman sepeti itu? Muthia menjelaskan perilaku brutal disebabkan oleh hilangnya pola pengasuhan positif orang tua terhadap anaknya.

Muthia menyebut anak tidak bisa mencontoh perilaku-perilaku yang baik terhadap orang terdekatnya alias orang tuanya. Olehnya, para pelajar anggota geng motor yang tergolong remaja ini masih memerlukan pendampingan dan kontrol dari orang tua.

“Anak remaja ibarat seperti kita kayak main layangan. Ada fase situasi kondisi yang kita kasih dia kelonggaran, tapi ada fase yang kita harus stay dalam mengikat,” ungkapnya.

Dia pun mengingatkan agar tidak berlebihan dalam merespons kenyataan bila menemukan ternyata anak terjerumus dalam tindakan kriminal.

Sebab, Muthia mengatakan merujuk dari kacamata psikologi, setiap orang punya potensi untuk memperbaiki hidupnya, mereka punya potensi untuk menjadi anak-anak yang baik di masa yang akan datang.

“Setelah kejadian ini, orang tuanya menyadari bahwa ada yang salah dalam pengasuhan mereka dan ada yang salah dalam pendidikan di keluarga mereka. Sehingga mereka mau berubah dengan catatan orang tua mau berkomitmen untuk mengubah anaknya. Dirangkul,” tutur Muthia.

Puluhan motor berikut bendera tiap geng motor yang sempat diamankan Polresta Palu pada 13 Januari 2024 (Sumber: Humas Polresta Palu)

Mencari identitas pada kelompok

Anggota geng motor yang masih berstatus pelajar dinilai sebagai upaya mencari identitas dalam kelompok sosial. Sebab individu adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain atau teman, terlebih jika mempunyai hobi atau cita-cita yang sama.

Hanya saja geng motor termasuk kelompok sosial dengan citra yang lekat dengan perilaku kriminal. Mereka sering melakukan penyimpangan norma-norma sosial.

Mohammad Nufta, akademisi Program Studi Sososilogi di FISIP Untad, mengatakan kecenderungan anak untuk memilih bergabung dalam geng motor bisa dipicu oleh kurang masif dan intensnya nilai-nilai kebaikan yang diterimanya di rumah dan lingkungan pendidikan.

Ini mengapa pihak kepolisian berkoordinasi dengan pihak sekolah maupun Dinas Pendidikan dalam pemulangan 83 pelajar yang menjadi anggota geng motor.

Kepala Bidang SMP Disdikbud Kota Palu Erwin langsung mengimbau Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Kota Palu untuk mengecek  siswanya yang terlibat dan memberikan pembinaan secara maksimal.

Sebab, nilai-nilai yang dianut dan diyakini oleh individu turut dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau kelompok di sekitarnya, termasuk lingkungan sekolah.

“Mungkin pada awalnya seseorang itu bergabung dalam suatu komunitas atau kelompok motor bukan untuk melakukan tindakan kriminal. Lama kelamaan kelompok geng motor ini mencari jati diri atau identitasnya dengan cara bertindak kriminal,” ucap Nufta.

Soal eksistensi geng motor di Kota Palu, Nufta memandang kelompok ini terbentuk secara sengaja, karena mempunyai hobi yang sama ingin menunjukkan eksistensinya dalam masyarakat. Namun citra diri yang ingin ditampilkan agar ditakuti oleh masyarakat.

Alhasil perilaku yang ditunjukan mengarah ke hal-hal negatif. Dia mengatakan motif tindakan kriminal yang dilakukan oleh geng motor ini bukan karena kekurangan ekonomi.

Untuk mencegahnya, Nuftah sumbang saran dengan mengaktifkan kembali sistem keamanan lingkungan. Paling sederhana mulai dari lingkungan terkecil selain keluarga, yakni wilayah RT dan RW.

“Pentingnya RT dan RW selalu mengontrol aktivitas warganya untuk bisa mendeteksi siapa yang teridentifikasi geng motor yang meresahkan masyarakat,” tutup Nufta.

 

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
3
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
1
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Kaleidoskop 2023: Hukum Kriminal
Kaleidoskop 2023: Hukum Kriminal
Darurat kekerasan seksual jadi salah satu fokus pemberitaan di Sulteng kurun 2023. Selain itu hadir…
TUTURA.ID - Menyemai sineas muda di kalangan pelajar Sulawesi Tengah
Menyemai sineas muda di kalangan pelajar Sulawesi Tengah
Pelaksanaan Festival Film Pelajar Sulteng 2024 telah memasuki tahap roadshow. Sinekoci akan mengunjungi beberapa sekolah…
TUTURA.ID - Hari Berpelukan: Seperti diet dan olahraga, kita butuh pelukan demi kesehatan
Hari Berpelukan: Seperti diet dan olahraga, kita butuh pelukan demi kesehatan
Saat terlahir, bayi butuh pelukan guna memberi kehangatan. Pun meredam tangis. Namun setelah makin dewasa,…
TUTURA.ID - Melihat kembali status kesehatan mental Gen Z di Sulteng
Melihat kembali status kesehatan mental Gen Z di Sulteng
Apa kabar kesehatan mental Gen Z di Sulteng? Terkait  peringatan Hari Kebahagiaan Internasional, Tutura.Id mengajak…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng