Kondisi kesehatan mental di Sulawesi Tengah harus menjadi perhatian serius. Pasalnya gangguan kejiwaan ini bisa berujung depresi, bahkan memunculkan pikiran untuk bunuh diri. Kesimpulan itu termaktub dalam Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023.
SKI dari Kementerian Kesehatan ini melibatkan sekitar 315 ribu rumah tangga yang tersebar di 38 provinsi dan 514 kabupaten/kota Indonesia pada 2023.
Metode penelitiannya menggunakan kuesioner Mini International Neuropsychiatric Interview (MINI) berisi 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban "ya" dan "tidak".
Pertanyaan terdiri dari tiga gejala utama depresi dan tujuh gejala tambahan. Responden dinyatakan mengalami depresi jika memiliki minimal dua gejala utama dan dua gejala tambahan.
Hasilnya, Sulteng bersama DKI Jakarta dan Yogyakarta berbagi prevalensi depresi sebesar 1,5%. Sementara kelaziman depresi rerata nasional tercatat 1,4%.
Prevalensi itu menggambarkan proporsi dari total populasi penduduk di atas usia 15 tahun yang memiliki problem atau berisiko terkena gangguan kesehatan mental.
Dalam hasil penelitian yang sama juga terungkap prevalensi kesehatan jiwa masyarakat Sulteng mencapai 2,5%. Lagi-lagi berada di atas rerata nasional yang tertatah pada angka 2,0%.
Tingginya prevalensi depresi di Sulteng agaknya berkait pula dengan penyelesaian masalah mental yang kurang menjadi perhatian. Perihal tersebut tergambar dalam jebloknya statistik Sulteng dalam hal pengobatan terhadap orang yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Jumlah individu yang mengalami depresi dan pernah berobat ke fasilitas kesehatan hanya 16,1%. Angka tersebut tertinggal dua kali lipat dari provinsi tetangga, Sulawesi Barat, yang mencapai 34,0 persen.
Dengan kata lain, perhatian Sulawesi Barat lebih tinggi ketimbang Sulteng dalam penanganan gangguan mental dan kejiwaan. Padahal prevalensi masalah mental di Sulbar jauh lebih rendah daripada Sulteng.
Demikian halnya dengan prevalensi penduduk berumur 15 tahun ke atas yang mempunyai pikiran mengakhiri hidup. Di Sulteng, angkanya cukup tinggi, yakni 0,35%. Lebih tinggi dari rerata nasional (0, 25%), sekaligus paling tinggi di regional Sulawesi.
Hasil SKI 2023 juga menyebutkan depresi pada usia muda lebih tinggi ditemukan pada perempuan (2,8%) dibandingkan laki-laki (1,1%). Perubahan hormonal dan hubungan dengan teman sebaya menyebabkan perempuan lebih rentan depresi ketimbang laki-laki.
Pada kelompok usia, prevalensi depresi paling tinggi ditemukan pada rentang umur 15-24 tahun, yakni sebesar 2%. Kemudian, diikuti kelompok usia lanjut 1,9%. Sementara kelompok usia dengan prevalensi terendah ialah 35-44 tahun yang sebesar 1%.
Upaya mencegah kesehatan jiwa secara dini sebenarnya bisa diberikan. Caranya dengan melibatkan anggota lingkungan terdekat, mulai dari rumah, sekolah atau kampus, hingga tempat kerja. Memunculkan relasi dengan keluarga, teman sekolah, dan teman kantor yang terjalin baik dan positif. Demikian diungkapkan Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Vensya Sitohang.
Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis (P3LP) juga bisa diberikan dengan menggunakan prinsip 3L, yaitu; Look alias mengamati perubahan perilaku seseorang; Listen, yakni mendengarkan keluhan; dan Link atau menghubungkan dengan sumber pertolongan atau bantuan untuk mendapatkan layanan sesuai masalah.
Senada dengan Vensya, Psikolog Klinis Reza Malik Akbar mengatakan, isu kesehatan mental yang akhir-akhir ini makin marak harus menjadi perhatian penting berbagai pihak.
Menurut Reza, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk mencari pertolongan ketika mengalami gangguan psikologis atau gangguan jiwa masih sangat rendah.
Karena itu, dukungan sosial dan dukungan dari orang lain dapat membantu meningkatkan pemahaman seseorang untuk mencari pertolongan ketika membutuhkan.
“Entah mungkin belum terlalu aware, ya. Akhirnya datang ke psikolog nanti sudah parah. Nah, Prinsip 3L itu memang harus dipahami oleh semua orang sebagai tindakan pertama,” kata Reza saat dihubungi Tutura.Id, Kamis (27/6/2024) siang.
Terlebih, kasus bunuh diri mayoritas disebabkan depresi. Orang dengan gangguan depresi punya ide untuk bunuh diri (suicidal thought) lima kali lebih tinggi daripada orang tanpa depresi.
Satu contoh kasus mengakhiri hidup akibat depresi yakni peristiwa yang terjadi di Desa Benteng, Kecamatan Toili, Banggai (17/2). Seorang remaja laki-laki berinisial FK alias M ditemukan meregang nyawa dekat pos ronda desa. Di tempat tersebut ditemukan pula seutas tali yang masih terlilit di lehernya.
Olehnya, Psikolog Klinis dari Bincang Psikologi ini berharap mencari pertolongan sejak dini sangat penting untuk mencegah kondisi yang lebih buruk. Mencari pertolongan harus dipahami sebagai bentuk kekuatan dari seseorang, bukan kelemahan. Kemudahan akses dan dukungan sangat berperan untuk meningkatkan kesadaran seseorang untuk mendapatkan pertolongan psikologis.
“Padahal sebenarnya dari berbagai kasus gangguan mental, penanganan psikologi itu penting. Secara kasat mata mungkin hampir tidak kelihatan, padahal banyak sebenarnya masalah. Misalnya pascabencana 2018,” pungkas Reza.
kesehatan mental kejiwaan psikologis depresi Survei Kesehatan Indonesia Kementerian Kesehatan generasi muda remaja Sulawesi Tengah psikolog klinis