Balada perempuan penopang keluarga dalam Generasi Sandwich
Penulis: Mughni Mayah | Publikasi: 17 Oktober 2023 - 21:36
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Balada perempuan penopang keluarga dalam Generasi Sandwich
Ilustrasi keluarga yang terdiri dari tiga generasi. Generasi Sandwich terhimpit situasi dan kondisi untuk menopang roda ekonomi untuk orang tua, diri sendiri, dan anak-anak (Foto: Steve Photography/Shutterstock)

Bunyi kokok ayam memecah keheningan pagi. Pertanda sang fajar telah tiba, isyarat setiap insan untuk bangun dari lelapnya yang tenang.

Mawar (bukan nama sebenarnya), perempuan berumur 32 tahun, beranjak dari tempat tidur sesegera menuju dapur. Segala kesibukannya bermula dari sini. Laiknya ruangan kantor, dapur menjadi tempatnya bekerja. Bedanya, kantor ini tidak ada liburnya.

Pada dua tungku yang terbuat dari susunan bata, bara menyembur menjadi api. Mawar bergegas memanaskan air, sedangkan tungku yang satunya lagi ia gunakan untuk menanak nasi. Sembari menunggu matang, ia lanjut memilah-milah rempah, mengolahnya jadi bumbu, dan memasak lauk

Aroma rempah yang legit dari tempe goreng sambal terasi favorit suaminya telah siap. Begitu juga sayur bening kelor untuk dua anak perempuannya. Sementara bubur yang masih mendidih diletakkan di atas piringan lebar. Hidangan yang diangin-anginkannya ini untuk ibu mertuanya.

“Bangun jo, so masa semua makanan,” ucap perempuan itu pada suaminya yang masih pulas dalam pembaringan.

Kelar membangunkan sang suami, Mawar langsung bergegas mengisi tas belanjaan. Diisinya tas itu dengan kue jajanan pilihan, lalu melangkah ke pasar untuk menjajakannya.

Fragmen di atas bukan cerita sinetron tentang tokoh menantu perempuan yang tangguh mengurusi pekerjaan rumah dan merangkap pencari nafkah keluarga. Mawar sosok nyata. Hanya saja kepada kami ia meminta namanya disamarkan.

Ia tinggal di rumah ibu mertuanya bersama suami dan anaknya di Kabupaten Parigi Moutong. Ibu mertuanya telah sepuh sehingga harus bolak-balik Puskesmas memeriksakan kesehatan.

Suaminya bekerja sebagai guru honorer dengan upah Rp900 ribu yang dibayarkan tiga bulan sekali. Pernah suaminya mengabdi di sekolah lain, namun upah turun delapan bulan sekali.

Kondisi ini bikin Mawar memutar otak mencari tambahan penghasilan untuk keluarga. Akhirnya ia memutuskan jadi penjual kudapan, seperti terang bulan, tahu isi, dan bakwan di pasar dekat rumahnya. Per hari ia bisa mengantongi Rp20 ribu hingga Rp200 ribu, tergantung ramai tidaknya pembeli.

Ada kisah yang memicu Mawar memutuskan ikut mencari nafkah. Suatu hari pedagang es krim melewati rumahnya. Anak perempuannya yang kala itu masih kecil merengek meminta dibelikan es krim.

Mawar panik karena tidak mengantongi uang barang sepeser. Suami dan ibu mertuanya juga sedang tak berada di rumah. Beruntung ada anak tetangganya yang ikut membeli. Mawar memberanikan diri berhutang kepada anak tetangga tadi demi sang buah hati bisa turut menikmati es krim.

"Dari situ saya mulai tergerak. Bagaimanapun saya juga harus punya pegangan. Harus punya penghasilan sendiri," kenang Mawar kepada Tutura.Id pada Sabtu (14/10/2023).

Individu yang termasuk generasi sandwich rentan stres karena menghadapi banyak tekanan (Foto: Vasin Lee/Shutterstock)

Stres berlebihan  

Sembari melempar pandangan, Mawar mengenangkan sewaktu masih belia juga memiliki cita-cita dan impian. Bisa kuliah dan mahir berbahasa Inggris.

Apa daya segala impiannya harus kandas lantaran kondisi ekonomi. Anak tertua dari tiga bersaudara ini harus bekerja sebagai karyawan untuk menambah penghasilan keluarga usai lulus SMA.

Kondisi tadi tak berubah setelah menikah. Mawar tetap harus menompang ekonomi keluarganya. Sebagai seorang ibu, istri, sekaligus menantu, Mawar tidak punya waktu untuk dirinya sendiri. Istilah healing atau me time tak berlaku dalam kamus hidup Mawar.

Setiap hari waktunya tercurahkan untuk mengurusi rumah, suami, anak-anak, bekerja menjual jajanan di pasar, dan merawat ibu mertuanya yang sakit-sakitan. Peran berlapis ini membuat jadwal tidurnya berantakan. Pun pola makannya.

Belakangan Mawar juga harus bolak-balik rumah dan Puskesmas untuk memeriksanakan dirinya. Berbekal Kartu Indonesia Sehat (KIS), Mawar bisa mendapatkan pengobatan gratis.

Dokter mengingatkan Mawar agar beristirahat yang cukup dan mengatur pola makan. Sebab dokter menemukan tekanan darahnya tidak normal. Tanda-tanda tubuh mengalami tekanan dan stres berlebih.

“Kalau mau dibilang capek, tidak terhitung capeknya. Kadang-kadang mengeluh, (tapi) tidak ada gunanya. Jadi diam saja. Sekarang tinggal cari cara bagaimana bersyukur. Ini saya anggap tanggung jawab dan saya bangga menjalaninya," ungkap Mawar pelan.

Kebanyakan orang tua tinggal bersama anak-anak mereka yang masih produktif bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup (Sumber: Badan Pusat Statistik)

Antara beban atau kebanggaan

Ada banyak orang lain yang juga mengalami kondisi seperti Mawar. Sekadar ilustrasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik tentang Penduduk Lanjut Usia 2022, di Indonesia ada 82,99 persen sumber pembiayaan rumah tangga lansia ditopang oleh anggota rumah tangga yang bekerja.

Masih merujuk sumber yang sama, sebanyak 35,93 persen lansia juga tinggal bersama dalam satu rumah yang dihuni tiga generasi. Terdapat 33,18 persen lansia pula yang tinggal bersama keluarga inti berisi anak/menantu, atau bersama orang tua/mertua dalam satu rumah tangga.

Situasi ini dikenal dengan istilah sandwich generation atau generasi roti lapis. Bukan istilah baru, tapi gaungnya kencang lagi kurun beberapa tahun ini.

Dorothy A. Miller, profesor sekaligus direktur praktikum di Universitas Kentucky, Amerika Serikat, memperkenalkan istilah ini dalam jurnal bertajuk The Sandwich Generation: Adult Children of the Aging (1981).

Istilah ini mengacu pada mereka yang menjalani peran ganda dalam memenuhi kebutuhan orang tua dan anaknya dalam waktu bersamaan.

Posisi mereka diibaratkan isian roti lapis (sandwich) yang terimpit karena harus menanggung beban generasi di atasnya (orang tua), dirinya sendiri bersama pasangan, dan generasi di bawahnya alias anak. Tipe paling umum ini mendapat sebutan the traditional sandwich generation.

Ada lagi tipe the club sandwich generation. Individu yang termasuk tipe ini memiliki tanggungan terhadap dirinya sendiri, anak, orang tua, bahkan kakek-neneknya.

Tipe terakhir open-faced sandwich generation yang dimaknai kondisi seseorang harus menanggung kehidupan orang tuanya atau bisa juga saudara-saudara kandungnya.

Sebagian orang menganggap ketiga situasi tadi bukan sebagai beban, tapi justru kebanggaan karena bisa menjadi solusi bagi keuangan keluarga. Apa yang disampaikan Mawar jadi salah satu contohnya.

Adab ketimuran yang masih kuat mengakar di Indonesia termasuk faktor pendukung mengapa individu seperti Mawar menganggapnya sebuah kewajiban. Sebagian lagi menilainya wujud kasih sayang kepada keluarga.

Padahal, seperti penuturan Vera Itabiliana Hadiwidjojo, psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan, Universitas Indonesia, dalam laman antaranews.com, generasi sandwich ini rentan stres akibat banyaknya tekanan.

"Juga karena terbatasnya waktu dan banyaknya tugas yang harus mereka kerjakan, generasi ini jadi mengabaikan masalah self-care untuk diri mereka sendiri," sambung Vera.

Lantas, bagaimana menjalani peran ganda tadi dengan bahagia? Vera menyebutkan beberapa prinsip utama, yaitu sebisa mungkin meluangkan waktu untuk diri sendiri, mencari dukungan dengan berbagi beban pikiran dengan sahabat atau orang terdekat, membuat skala prioritas, dan realistis dengan tidak memaksakan semua hal menjadi tanggungan sendiri.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
1
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
3
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Puan pengemudi ojek daring rentan jadi korban diskriminasi dan pelecehan
Puan pengemudi ojek daring rentan jadi korban diskriminasi dan pelecehan
Echy Abigail alias Mami dan Susanti berbagi kisah sebagai perempuan yang berprofesi menjadi pengemudi ojek…
TUTURA.ID - Giat lansia tetap produktif dan berdaya dalam kehidupan sosial
Giat lansia tetap produktif dan berdaya dalam kehidupan sosial
Sebanyak 151,44 ribu dari total 3,03 juta jiwa penduduk Sulteng masuk kategori lansia. Beberapa berstatus…
TUTURA.ID - Kekerasan dalam pacaran; jebakan berkedok cinta
Kekerasan dalam pacaran; jebakan berkedok cinta
Tantangan menyelesaikan kasus Kekerasan Dalam Pacaran karena masih banyak korban yang enggan melapor. Pun dianggap…
TUTURA.ID - Beragam ajang dan promosi wisata demi menggaet pelancong
Beragam ajang dan promosi wisata demi menggaet pelancong
Dinas Pariwisata Prov. Sulteng pasang target sebanyak 1,32 juta wisatawan datang sepanjang tahun ini. Sejumlah…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng