“Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat siang sobat nuestro!
Dengan beberapa pertimbangan yang sudah dipikirkan dan diusahakan, kami panitia Nuestrofest mengumumkan Seharilebihseru yang harusnya diselenggarakan 2 Februari 2023 DIUNDUR pada tanggal 16 Februari 2023!
Kami selaku panitia Nuestrofest @keepitlouder memohon maaf sebesar-besarnya kepada sobatnuestro atas pengunduran jadwal event, tapi jangan khawatir kita tetap bertemu di tanggal 16 FEBRUARY 2023.”
Demikian sepotong informasi yang diumumkan pihak Keep it Louder Organizer selaku penyelenggara Nuestro Fest melalui Instagram. Unggahan tersebut meluncur 30 Januari 2022 alias H-3 menjelang acara. Asa menyaksikan penampilan Moon Beams, Rakesh, dan The Changcuters kandas sementara.
Kontan postingan tersebut menuai banyak respons dari warganet. Beberapa di antaranya berbunyi:
“Antara mau heran dan ngakak hampir semua eo bgini setiap mau dkt hari H pasti diundur????,” tulis pemilik akun @dinaamasdii.
“Kenapa diundur? Belum kembali modal kah?” tanya @restiananda eksplisit.
“Nda profesional skli????” keluh @nurula_nnisa.
“Lagi mengikuti trend di palu yaa min?” giliran akun @adidot coba menyindir.
Apa yang menjadi subjek keheranan mereka di atas beralasan adanya jika melihat jejak sebelumnya yang diumumkan panitia Smafesia Fun Fest 2023.
Kelompok musik legendaris Slank yang sedianya manggung 22 Januari 2023 di Lapangan Telkom, Jalan Juanda, Palu, bergeser menjadi 26 Februari masih di tempat yang sama.
“Mohon maaf untuk pengunduran ini, hal ini dikarenakan atas pertimbangan dan persiapan yang lebih matang. Untuk yang sudah membeli tiket tetap berlaku diacara selanjutnya. Info refund (pengembalian) akan dikabari beberapa hari kedepan dengan jumlah 100% sesuai jumlah pembelian. Sekali lagi mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi.”
Alhasil lagi-lagi slankers, sebutan untuk kelompok penggemar Slank, harus kecele dan menahan rindu bisa menyaksikan idolanya tampil di depan mata. Kali terakhir band yang bermarkas di Gang Potlot, Duren Tiga, Jakarta Selatan, mentas di Lembah Palu terjadi dalam ajang “Pesona Indonesia Total Solar Eclipse Concert”, Maret 2016.
Menunda acara secara mendadak tentu berimbas pada banyak hal. Pasalnya segala agenda yang sudah tersusun sejak jauh hari terpaksa mengalami perombakan, mulai dari reschedule kedatangan artis, tata suara dan lampu dengan pihak vendor, tempat alias venue, hingga izin keramaian. Terpenting lagi adalah pertanggung jawaban kepada orang-orang yang kadung membeli tiket.
Panitia Smafesia Fun Fest 2023, misalnya, membuka ruang bagi mereka yang ingin melakukan pengembalian tiket. “Untungnya sejauh ini orang-orang yang melakukan refund tidak banyak,” ungkap Mohammad Zacky selaku ketua Smafesia Fun Fest saat ditemui Tutura.Id, Sabtu (4/2/2023) siang.
Zaky bersama teman-temannya yang masih berstatus pelajar sekolah menengah atas nekat mengadakan konser lantaran terpacu melihat tren. Kota Palu, seperti juga fenomena di kota-kota lain, sejak medio tahun lalu mendadak ramai penyelenggaraan konser dan festival musik.
Kepercayaan diri Zaky dkk. menggelar konser Slank berbekal pengalaman sebagai panitia acara TAS SMANSA 2022. Kala itu mereka menghadirkan Juno, Sejuk Sendu, Sound Good X Julian Laewa, dan Tiara Andini sebagai bintang utama.
“Pertama yang kitorang hubungi itu manajemennya Tulus. Itu November 2022. Lantaran tidak kunjung dapat kepastian, kitorang beralih ke Sheila on 7. Ternyata mereka juga belum bisa tampil di luar Pulau Jawa. Kemudian muncul publikasi Dewa yang mau main di Palu. Akhirnya kami berpikir kalau mau bersaing, maka artis yang kami undang harus selevel dengan Dewa. Setelah berunding sama teman-teman, kami sepakat memilih Slank,” jelas Zaky.
Setelah melakukan negosiasi, Smafesia Fun Fest langsung mengirimkan uang panjar kepada manajemen Slank sebagai prasyarat mengunci tanggal. Uang panjar yang dikirimkan berasal dari kantong pribadi lantaran kala itu mereka belum dapat sponsor.
“Kami bergerak cari sponsor sejak Desember 2022. Yang masuk itu sponsor-sponsor pendukung. Sementara beberapa merek rokok yang kami coba dekati agar bersedia menjadi sponsor utama ternyata menolak. Alasannya karena waktu mepet. Ada yang menerima, tapi tidak memberikan kepastian hingga mendekati hari pelaksanaan konser,” ungkap Zaky.
Padahal total ongkos produksi penyelenggaraan konser ini menurut estimasi Zaky hampir menyentuh Rp1 miliar. Harapan mereka dana tersebut bisa tertutupi dengan adanya sponsor utama.
Realita yang ada diakui Zaky sempat bikin suasana internal panitia jadi kacau. Sebab membatalkan acara berarti mereka harus merelakan segala uang panjar hangus. Sementara jika bersikukuh lanjut, maka pekerjaan teramat berat menanti di depan. Utamanya dalam hal menutup segala ongkos produksi tadi.
Keputusan bulat yang mereka ambil kemudian adalah memundurkan jadwal konser. Perpanjangan waktu tersebut akan dimanfaatkan untuk menggaet sponsor. Zaky juga berusaha menjelaskan kondisi yang dialami timnya kepada pihak Slank.
Lantaran mengerti sikon yang dialami pihak Smafesia Fun Fest, manajemen Slank kemudian memberikan dua pilihan tanggal penundaan, yaitu 26 Februari dan 5 Maret. Opsi pertama yang diberikan jadi pilihan.
“Apa pun yang terjadi tanggal 26 Februari itu Slank harus main sudah. Karena di kontrak itu kitorang cuma bisa satu kali penundaan saja,” ujar Wahid yang menjabat koordinator lapangan. Wahid datang belakangan. Ia dan Zaky sama-sama kelas XII di SMA Negeri 1 Palu.
View this post on Instagram
Menjaga keberlangsungan ekosistem industri musik
Semangat berkobar yang dimiliki Zaky dan kawan-kawan sepantarannya di Smafesia Fun Fest dari satu sisi tentu harus mendapat apresiasi. Begitu juga para penyelenggara konser musik lainnya di kota ini yang kebanyakan berisi generasi muda.
Pun demikian, dari sisi lainnya kita tidak bisa menyalahkan jika muncul kekhawatiran tentang nasib keberlangsungan ekosistem industri musik, khususnya bisnis pertunjukan, jika dikelola oleh orang-orang yang minim pengalaman.
“Saya pernah diundang meeting sama anak-anak pengelenggara konser musik. Rencananya dorang mau ajak Rakesh jadi salah satu pengisi acara. Tapi, pas itu dorang tanya Rakesh ini band aliran musik apa? Dalam hatiku mereka ini tidak riset band yang dorang undang main. Tidak profesional berarti,” kata Riskan Ahmad, gitaris Rakesh, sambil terkekeh-kekeh.
Mengadakan konser musik yang mengundang banyak massa, melibatkan banyak pihak, dan perputaran uang dengan jumlah tidak sedikit jelas bukan urusan ecek-ecek. Segala persiapan harus terencana dengan matang jika ingin acara berjalan mulus. Istilahnya agar tidak bikin penyelenggara tabrak tembok alias rugi.
Adrie Subono, promotor musik andal dari Java Musikindo, sudah lama mewanti-wanti betapa industri dan bisnis pertunjukan musik bagaikan dua sisi mata uang; menjanjikan keuntungan sekaligus berbahaya. "Jadi, kita benar-benar harus berhati-hati serta perhitungan,” ujarnya.
Penanganan konser yang serampangan akan menciptakan efek berantai dalam konteks negatif. Kerugian bukan hanya dirasakan oleh penyelenggara. Kepercayaan penonton bisa luntur. Sesama penyelenggara konser yang selama ini bekerja profesional bisa kena getahnya.
Paling fatal nama baik sebuah daerah ikut tercoreng di mata manajer para musisi. “Jangan mau lagi main di daerah itu. Soalnya tidak beres panitianya.” Waduh, amit-amit jangan sampai kejadian.
Isu ini menjadi perhatian serius lembaga seperti Forum Backstagers Indonesia dan Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI).
Budi Hi. Lolo selaku Ketua DPD Forum Backstagers Indonesia Sulawesi Tengah saat ditemui Tutura.Id, Jumat (3/2), menyebut bahwa pihaknya sudah punya agenda untuk melakukan semacam sharing session. Bisa juga menyebutnya transfer pengetahuan. Saling bertukar pengalaman perihal bagaimana mengelola sebuah acara dengan penuh persiapan matang.
Sesi tersebut akan menyasar generasi muda yang masih pemula atau pelajar sekolah yang selama ini getol mengundang musisi dari Jakarta. Ajangnya biasa lewat berbagai pentas seni ataupun konser dan festival.
Budi berharap sesi tersebut nantinya bisa membuat semua pihak, utamanya event organizer hingga komunitas, selaku penyelenggara bisa meminimalisir risiko sebuah perhelatan kandas di tengah jalan atau tetap berjalan, tapi dengan “berdarah-darah” alias rugi banyak.
Ketua Umum Backstagers Indonesia Sofyan Nasution saat menghadiri konferensi pers jelang pelantikan Budi sebagai Ketua DPD Backstagers Indonesia Sulteng (19/1) telah mengungkapkan hal serupa.
Sofyan bilang tugas besar penyelenggara acara saat ini adalah meningkatkan kemampuan pekerja yang terlibat dalam sebuah acara. Harus penuh perhitungan nan cermat. Jadinya terjun ke ranah event organizer bukan semata untuk mengejar cuan, mutlak tetap harus ada pertanggungjawaban kepada publik.
Misi besar lahirnya Forum Backstagers Indonesia juga ingin mendorong adanya sertifikasi profesi di bidang event dan sertifikasi perusahaan pengelola acara. Ini untuk menghindari pengelolaan acara oleh tangan-tangan yang tidak kompeten. Contohnya penyelenggaraan festival Berdendang Bergoyang yang sempat ramai jadi sorotan.
APMI melalui Dewi Gontha selaku Ketua Bidang Program & Investasi juga ingin menerapkan hal serupa kepada para anggotanya. Asosiasi ini akan menggodok panduan standarisasi penyelenggaraan konser musik di Indonesia sebagai upaya untuk meminimalisir masalah dalam penyelenggaraan konser di tanah air. Nantinya diharapkan ekosistem industri konser bisa berjalan dengan baik.
“Standar itu nantinya bisa dipergunakan oleh semua promotor ataupun penyelenggara acara,” tambah Dewi yang selama ini berada di balik Java Festival Production.
Zaky akhirnya mengakui bahwa mengadakan konser tak semudah yang ia pikir sebelumnya. Persiapan harus lebih matang dengan persediaan waktu yang tidak mepet, terutama jika ingin menyasar sponsor-sponsor besar yang biasanya minimal sudah harus didekati satu bulan setengah sebelum acara.
Soal niatan Backstagers Indonesia Sulteng yang ingin berbagi transfer pengetahuan terkait pengelolaan sebuah acara, Zaky dkk. mengaku sangat antusias. Hitung-hitung menambah bagasi pengetahuan. "Kami mau sekali ikut."
konser musik bisnis pertunjukan Smafesia Fun Fest Nuestro Fest event organizer Backstager Indonesia Sofyan Nasution Budi Hi. Lolo Asosiasi Promotor Musik Indonesia Slank The Changcuters Adrie Subono Java Musikindo Dewi Gontha Java Festival Production Berdendang Bergoyang