Kerja keras mewujudkan pertunjukan seni ''BAJALAN SAMA-SAMA''
Penulis: Hermawan Akil | Publikasi: 13 Oktober 2024 - 13:16
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Kerja keras mewujudkan pertunjukan seni ''BAJALAN SAMA-SAMA''
Pertunjukan teater "Dukun-dukunan" dalam acara pertunjukan seni "Bajalan Sama-Sama" yang diinisiasi empat sanggar seni dari sekolah yang berbeda | Foto: Hermawan Akil/Tutura.Id

Kota Palu hampir tidak pernah libur dari aktivitas komunitas yang mengadakan pelbagai acara, mulai dari forum diskusi, lokakarya, pameran, pemutaran film, dan pertunjukan seni. Skala acaranya juga beragam, ada yang mikro, sedang, hingga besar.

Satu acara yang berlangsung akhir pekan kemarin adalah pertunjukan seni bertajuk "BAJALAN SAMA-SAMA". Acaranya berlangsung di Museum Provinsi Sulawesi Tengah, Jalan Kemiri, Kelurahan Siranindi, Palu Barat, Sabtu (12/10/2024) malam.

Pentas seni ini dilaksanakan oleh gabungan sanggar seni dari sejumlah sekolah di Kota Palu, yaitu Dapur Seni 45 (dari SMK Negeri 2), Caraka Toveata (SMA Negeri 3), Technocrat 12 (SMK Negeri 3), dan Toveaku Art 22 (SMK Toveaku).

Mulanya pentas seni ini akan diadakan secara terpisah karena setiap sanggar seni sekolah memiliki acara tahunannya masing-masing.

Setelah melalui sejumlah pertimbangan, akhirnya semua pihak bersepakat lebur dalam satu acara yang sama. Lagi pula keempat sanggar seni sekolah tadi sudah sering terlibat kegiatan bersama.

Jadilah kemudian pertunjukan seni "BAJALAN SAMA-SAMA" diselenggarakan yang berisi pementasan teater berjudul “Dukun-dukunan”, musikalisasi puisi karya Sapardi Djoko Damono, dan tari kontemporer.

Acara secara keseluruhan berlangsung lancar. Para penonton merespons tiap penampilan dengan aplaus, tempik sorak, dan gelak tawa. Bikin seisi ruangan jadi meriah.

Pertunjukan musikalisasi puisi karya Sapardi Djoko Damono | Foto: Hermawan Akil/Tutura.Id

Vitto, salah satu anggota Sanggar Seni Technocrat 12 yang juga merangkap bagian dari tim produksi pertunjukan, langsung semringah dan mengucap syukur mengingat mayoritas dari mereka tergolong baru di atas panggung.

Mereka betul-betul memulainya dari awal. Belajar banyak hal ketika mengikuti sesi latihan yang dibawakan oleh Sanggar Seni Lentera Silolangi.

Menurut Vitto, sudah sejak lama siswa-siswi yang berasal dari keempat sanggar seni sekolah ini menjadikan Sanggar Seni Lentera Silolangi semacam wadah belajar. Tempat menyalurkan minat dan bakat di bidang kesenian ketika nanti lulus sekolah.

Jadi, tidak mengherankan bila hubungan keempat sanggar seni sekolah ini cukup dekat dengan Sanggar Seni Lentera Silolangi.

Sepanjang mempersiapkan diri untuk pertunjukan ini, Vitto dkk. kerap harus berpindah tempat latihan. Ada kesulitan untuk mencari lokasi latihan. Latihan di sekolah, misalnya. Waktunya terbatas hanya bisa sampai pukul enam sore.

Ketika memilih latihan di Taman Bumi Nyiur, Jalan Katamso, Besusu Tengah, mereka juga diberi syarat oleh masyarakat sekitar tidak boleh menyalakan lampu. Akhirnya latihan bergeser ke pelataran Kantor Gubernur Sulteng yang letaknya tak terlalu jauh dari Taman Bumi Nyiur.

Tempat yang awalnya mereka pikir bebas hambatan dan gangguan ini nyatanya juga tidak ideal. Ada beberapa anggota perempuan yang mendapat catcalling dari orang-orang sekitar. Alhasil tim memutuskan pindah lagi ke Gedung Radio Republik Indonesia Palu yang ada di Jalan Kartini.

Salah satu stan yang jadi bagian dari pertunjukan seni "Bajalan Sama-Sama" | Foto: Hermawan Akil/Tutura.Id

"Alhamdulillah sekali kami bisa latihan di RRI. Siang kami masukkan surat izin, sorenya sudah disetujui dan kita bisa pakai gedungnya secara gratis," ungkap Vitto.

Walaupun beroleh gedung tempat latihan gratis, bukan berarti semua kendala teratasi. Tim masih harus memutar otak mencari dana untuk konsumsi selama latihan, perlengkapan artistik, dan sewa gedung pertunjukan yang tidak murah.

Vitto dan kawan-kawan mafhum tak bisa mengandalkan bantuan dari pihak sekolah yang jumlahnya sangat terbatas. Alhasil mereka coba mengadakan bazar dengan berjualan roti,  menyebar proposal kepada para donatur, dan menjual tiket pementasan seharga Rp15 ribu.

Semua upaya tersebut mereka lakukan agar bisa mencukupi biaya tim yang terdiri dari pemusik, tim produksi, penari, dan anggota teater yang jumlahnya 40 orang.

Untuk menghemat pengeluaran dari kas yang terbatas, terkadang Vitto dkk. latihan sambil menyantap pisang dan ubi rebus. Murah dan sehat.

Ternyata perjuangan mereka selama ini tak sia-sia. Banyaknya aral yang merintangi selama masa persiapan berhasil mereka lewati dengan semangat kerja keras hingga bisa terus ba jalan sama-sama mewujudkan pertunjukan ini.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
11
Jatuh cinta
2
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Tari Mora’akeke ante Barakah di panggung World Dance Day
Tari Mora’akeke ante Barakah di panggung World Dance Day
Sanggar Seni Kaktus menampilkan tari Mora’akeke ante Barakah yang berakar dari ritual meminta hujan dalam…
TUTURA.ID - Membangun ekosistem berkesenian sejak dari kampus
Membangun ekosistem berkesenian sejak dari kampus
Gelar Karya Seni Komunitas Seni Tadulako berlangsung di Universitas Tadulako. Awalan bagus untuk menciptakan ruang-ruang…
TUTURA.ID - Pergelaran konser musik di Palu ramai hingga akhir tahun
Pergelaran konser musik di Palu ramai hingga akhir tahun
Panggung konser musik langsung kembali menggeliat setelah dua tahun sepi karena pandemi. Kali ini minim…
TUTURA.ID - Tiga komunitas seni Kota Palu yang tetap eksis produksi teater
Tiga komunitas seni Kota Palu yang tetap eksis produksi teater
Hilangnya Gedung Golni akibat gempa dan tsunami 2018 silam, disusul dengan pandemi Covid-19, namun 3…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng