“Ada di mana”
“Di mana-mana”
“Hanya rencana”
“Banyak diskusi”
“Hanya wacana”
“Hanya taiminyaaaa”
Sepenggal lirik lagu dari Carrabean Bunglon, band reggae asal Palu, berjudul “Tai Minyak". Sang vokalis, Empe, menyebutkan tai minyak dalam lagu itu adalah istilah yang digunakan untuk membuang gerutu dengan kesan lucu namun satir.
Istilah tai minyak dalam konteks bahasa pergaulan sehari-hari merujuk pada ucapan atau janji yang tak sesuai dengan kenyataan. Pendeknya berdusta.
Sementara secara harfiah, tai minyak yang dikenal masyarakat di Sulawesi, utamanya di Minahasa dan Palu, merujuk nama penganan yang berasal dari endapan sisa pembuatan minyak kelapa. Beberapa daerah menamainya blondo, klendo, atau galendo.
Suku Kaili yang mendiami Lembah Palu menyebut ampas minyak kelapa yang tidak bernilai atau berharga dengan sebutan tai lana. Demikian menurut Deni Karsana dalam jurnal yang diterbitkan oleh Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah (2015). Pun demikian, tai lana kemudian menjelma jadi istilah dengan konotasi negatif.
Lantaran telah lama jadi makanan khas yang merakyat, sejumlah penelitian kemudian dilakukan untuk mencari tahu kandungan tai minyak alias blondo. Salah satu hasilnya tertuang dalam jurnal penelitian Universitas Gadjah Mada yang berjudul “Penentuan Kandungan Nutrisi pada Blondo Sisa Pembuatan Minyak Kelapa”.
Ternyata metode pengasaman blondo memiliki nutrisi 19,54% protein, karbohidrat sebesar 21,78%, lemak 52%, dan total asam amino sebesar 24,70% yang terdiri atas 11,99% asam amino esensial.
Potensi gizi ini lantas dimanfaatkan oleh peneliti lain untuk menjadi bahan pangan, misalnya tepung mocaf, biskuit, dan berbagai olahan lainnya.
Dosen Fakultas Teknik Universitas Tadulako (Untad), Bambang Sardi, mengubah tai minyak dari pembuatan Vigin Coconut Oil (VCO) atau minyak kelapa murni menjadi biskuit untuk pemberian makanan tambahan balita. Namanya biskuit blondo.
VCO dibuat dengan metode fermentasi anaerob, yakni fermentasi yang tidak menggunakan bakteri dan tidak memerlukan oksigen dalam penguraiannya. Alhasil tai minyak dari VCO memiliki kandungan protein sebesar 8,95%, karbohidrat 63,45%, lemak 18,27%, asam laurat 2,97%, asam oleat 5,49%, dan kandungan lainnya. Setiap 100 gram biskuit blondo memiliki 83, 33% vitamin A dan 2,49% vitamin E.
“Blondo dengan pengolahan metode tanpa pemanasan kaya dengan protein yang utuh, tidak pecah. Namun, jika melalui pemanasan proteinya jadi pecah yang menimbulkan kolesterol,” jelas Bambang.
Bambang bersama Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAZ) Parigi Moutong telah memberikan pembinaan pembuatan biskuit blondo yang dibagikan gratis kepada sekitar 50 anak yang terindentifikasi stunting. Hasilnya, menunjukkan adanya penurunan jumlah anak dengan stunting di Kecamatan Siniu, Parigi Moutong.
Nikmah Utami Dewi, dosen gizi di Untad, mengungkapkan dalam perspektif ilmu gizi meskipun blondo memiliki protein yang baik, namun blondo memiliki kandungan lemak jenuh yang tinggi. Bila tidak dalam moderasi yang tepat, lemak jenuh ini meningkatkan kolesterol jahat. Olehnya, perlu pembatasan. Utamanya bagi orang dewasa.
“Mengonsumsi blondo dapat dilakukan, tapi perlu diperhatikan jumlahnya yang sewajarnya dan tidak berlebihan. Kandungan lemak dari blondo sebanyak seperempat dari kandungan lemak biasa. Jadi, komsumsi blondo sebaiknya tidak lebih dari dua sendok makan. Pun jika mengonsumsi blondo, asupan makanan lainnya jangan digoreng lagi,” jelasnya via WhatsApp, Sabtu (15/7/23).
tai minyak blondo tai lana Virgin Coconut Oil minyak kelapa murni stunting tengkes kesehatan Sulawesi Tengah Sulteng Untad Universitas Tadulako