Semangat atlet panahan di Sulteng membidik impian
Penulis: Robert Dwiantoro | Publikasi: 13 Mei 2024 - 22:26
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Semangat atlet panahan di Sulteng membidik impian
Para atlet panahan binaan Bulava Archery Club, sedang berlatih di Lapangan SDN Model Terpadu Madani, Jalan Soekarno-Hatta, Sabtu (11/5/2024) sore. Foto | Tutura.Id/Robert Dwiantoro

Belasan panah melesat cepat secara bersamaan mengincar lima papan target dengan jarak berbeda yang jadi sasaran tembak, mulai dari 10, 15, 20, 25, dan 30 meter.

Panah-panah itu berasal dari sekelompok pemanah berumur sekitar 9-16 tahun yang sedang berlatih.

Meski tak semua meraih 10 poin—skor sempurna jika anak panah menancap di lingkaran terdalam—tetapi para pemanah belia ini masih menujukkan ekspresi bahagia.

Sesekali terdengar seruan, “Ayo dicoba lagi!” dari dua pelatih yang mendampingi mereka. Teriakan semangat dari orang tua yang menyaksikan para buah hatinya dari tribun penonton juga jelas terdengar.

Pemandangan ini sering terlihat pada hari Senin, Rabu, dan Sabtu petang di Lapangan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Model Terpadu Madani, Jalan Soekarno-Hatta, Tondo, Mantikulore.

“Saya suka lihat olahraga panahan, terutama gaya pemanahnya. Itu keren menurutku," kata Zahra Amalina Qaanitha (10) dengan mata berbinar saat ditemui Tutura.Id usai latihan, Sabut (11/5/2024).

Dalam latihan berdurasi 90 menit itu, Qaanitha berlatih membidik papan target berjarak 15 meter, jarak terjauh untuk pemanah di kelas pelajar sekolah dasar.

Maklum, Qaanitha masih berstatus pelajar kelas lima di Madrasah Ibtidaiyah (MI) An Nur Buuts, Palu.

Selain Qaanitha, ada 10 pemanah remaja lainnya. Delapan orang berstatus atlet, sementara dua lainnya baru bergabung pada Mei 2024, alias masuk kategori pemanah pemula (fun archer).

Beda cerita dengan Moh. Rafly Maulana (16), pemanah muda lain sekaligus kakak kandung Qaanitha.

Remaja yang bersekolah di Madrasah Aliyah (MA) An Nur Buuts ini mengaku baru berlatih sekitar empat bulan. Belum terlalu lama dibandingkan sang adik yang duluan bergabung.

“Saya tertarik ikut panahan karena di rumah banyak peralatan memanahnya Qaanitha. Akhirnya saya juga minta untuk dikasih ikut,” ungkap Rafly usai menembakkan 12 anak panahnya ke papan target sejauh 30 meter.

Rafly juga memperkenalkan peralatan dan perlengkapan yang kerap menemani aktivitas memanahnya. Sanlida Hero 10, jenama busur panah (bow) di kategori compound, menjadi andalannya.

Busur panah jenis ini memiliki katrol di kedua ujungnya. Ini yang membedakannya dengan busur panah kategori standar (recurve), busur panjang (long bow), dan panahan tradisional (horsebow).

Lalu, ada anak panah (arrow) yang biasanya diisi dalam wadah khusus (quiver) dan sering diikatkan ke pinggang atau digendong di bagian punggung.

Kemudian, perangkat mirip teropong (sight/visir) untuk meningkatkan fokus bidikan, stabilisator yang menonjol ke depan, serta pemberat guna menyeimbangkan busur.

Ketiga alat tersebut umumnya tersedia pada busur kategori compound.

Tak ketinggalan pula alat bantu (release aid) atau sarung tangan (glove shooting) yang biasanya berfungsi untuk melapisi jari/tangan ketika menarik tali busur. Juga, seragam dan sepatu yang memang lazim buat para atlet ketika tampil.

Seleksi atlet memanah yang akan dipersiapkan mengikuti Prakualifikasi atau Babak Kualifikasi (BK) PON 2024 | Sumber: konisulteng.or.id

Upaya menghidupkan olahraga panahan di Sulteng

Menurut Samsu Alam, pelatih panahan di Bulava Archery Club Palu, ketertarikan orang Palu terhadap olahraga panahan masih terbilang minim. Ada beberapa alasan sehingga olahraga panahan di ibu kota Sulteng ini masih sepi peminat.

“Ada yang memang sekadar hobi atau buat having fun saja. Ada juga yang pikir-pikir panjang kalau mau jadi pemanah, karena panahan itu salah satu olahraga mahal. Kalau dihitung-hitung semua peralatannya bisa setara beli motor baru,” kata Alam.

Pernyataan Alam tak sepenuhnya keliru. Bila mengambil contoh beberapa perlengkapan busur yang dikenalkan Rafly di atas, harganya jelas bisa merobek kantong.

Di salah satu toko online terkemuka di Tanah Air, harga satu unit busur panahnya sekitar Rp11 juta. Satu lusin anak panah dan tasnya mencapai Rp2 juta, perangkat teropong (mulai Rp3 jutaan), serta alat bantu penarik tali busur (mulai Rp400 ribuan). Itu belum termasuk seragam dan peralatan lain yang belum disebutkan.

Kendati demikian, lanjut Alam, klub-klub panahan di Palu tetap berusaha menghidupkan olahraga yang mulai populer di Inggris sejak abad ke17 ini. Salah satunya dengan rutin merekrut calon pemanah dari tingkat sekolah dasar.

“Dari segi umur secara umum, sembilan atlet ini masih dini, tapi untuk olahraga panahan mereka senior kalau kelas Umur 13 (U-13). Mereka beberapa kali menyabet prestasi di berbagai turnamen yang berlangsung di Bogor, Balikpapan, Makassar, dan Palu. Salah satu atlet kami sampai direkrut oleh klub panahan di Bogor lantaran punya potensi besar,” kata Alam.

Meski Alam baru bergabung sebagai pelatih di Bulava Archery Club sejak 2021, tapi beberapa atlet muda mereka telah mengemas prestasi di sejumlah turnamen. Kurun setahun terakhir, ada lima medali diraih dalam ajang CGCA Archery Championship Bogor, Sulteng Memanah 1 (18 medali), Hasanuddin Open Archery Championship (7 medali).

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Bulava Archery (@bulava_archery_club)

Demi menaikkan pamor cabang olahraga (cabor) panahan Sulteng di level nasional, dalam dua kali percobaan untuk tampil pada Pekan Olahraga Nasional (PON)—salah satu turnamen multicabor terkemuka di Indonesia—atlet panahan Sulteng berhasil mengharumkan nama daerah.

Atlet yang dimaksudkan Andi Muhammad Khair Farhan (24). Dalam kualifikasi Pra PON (2023), Bogor, Jawa Barat, Khair—sapaan karibnya—berhasil menyabet medali emas. Pada nomor compound putra, Khair mencetak 145 poin, mengungguli Kadek Dian Vanagosi (143) dan I Gusti Raditya (141), dua atlet asal Bali.

“Perwakilan Sulteng enam orang, tiga putri dan tiga putra termasuk saya. Yang ikut kualifikasi itu sekitar 115 orang dari seluruh Indonesia. Alhamdullilah, bisa menang dari atlet unggulan dari Jawa Tengah, Jogjakarta, dan Jawa Barat,” ucap Khair ketika dihubungi lewat telepon.

Atas prestasi pria 24 tahun itu, Sulteng ketambahan satu medali emas dari ajang bergengsi. Khair juga berhasil mewakili Sulteng untuk cabor panahan di PON Aceh dan Sumatera Utara yang akan berlangsung September mendatang.

Menurut Khair, sebenarnya banyak atlet berbakat cabor panahan di Sulteng bila melihat dua kompetisi terakhir Pekan Olahraga Provinsi (Porprov), Parigi Moutong (2019) dan Banggai (2022). Apalagi di Palu yang punya banyak klub panahan.

“Atlet panahan itu butuh fokus, konsistensi, dan kedisplinan tinggi. Kalau sedikit event lokal, itu berpengaruh dengan kemampuan atlet. Makanya semakin banyak turnamen/kejuaran, mereka semangat untuk mengembangkan diri,” imbuhnya.

Khair mengaku awalnya panahan hanya sebatas hobi. Itupun kategori panahan tradisional. Ia baru mengecap gelanggang kejuaran di Porprov Parigi Moutong. Setelah itu, Khair makin rutin ikut program pengembangan atlet panahan hingga bisa mencapai level PON.

Sekretaris Perpani Sulteng, Hamzah, ketika ditemui di SMAN 1 Palu (12/5), menyebut sejak Perpani Sulteng terbentuk sekitar Desember 2007, olahraga panahan di Sulteng terus berkembang.

“Periode sebelum 2022-2025, sama sekali belum ada organisasi panahan yang menaungi atlet di daerah. Kalau ada event, biasanya klub yang berkoordinasi langsung dengan Perpani Sulteng. Kurun 2022-2024, sekitar 12 Perpani daerah (minus Banggai Kepulauan) telah terbentuk dan membina lebih dari 270 atlet panahan,” ujar Hamzah.

Demi mengembangkan potensi para atlet, sambung Hamzah, pihaknya terkadang merogoh kocek organisasi yang bersumber dari donatur, tanpa sumbangsih pemerintah. Adapula orang tua atlet yang turut mendukung pembiayaan.

Ihwal minimnya kejuaraan panahan lokal, lanjut Hamzah, pihaknya tak bisa menampik. Namun, ia berharap itu tak jadi alasan bagi atlet untuk tidak meningkatkan keterampilan memanah.

“Yang kami upayakan adalah khusus cabor panahan (single event). Makanya, kami dorong agar klub-klub mengadakan kejuaraan. Dengan keterbatasan, kami tetap usaha mendukung,” pungkasnya.  

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
0
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Pemicu kebakaran hutan dan lahan bukan semata faktor cuaca panas
Pemicu kebakaran hutan dan lahan bukan semata faktor cuaca panas
BMKG telah mengeluarkan surat edaran yang berisi rekomendasi siaga darurat karhutla dan kekeringan di daerah…
TUTURA.ID - Persipal U12 raih posisi keempat di Kejurnas FOSSBI 2023
Persipal U12 raih posisi keempat di Kejurnas FOSSBI 2023
Persipal U12 menempati posisi keempat di ajang Kejurnas FOSSBI U12 2023. Pemain Persipal U12, Arya…
TUTURA.ID - Meregenerasi Bahasa Kaili lewat buku-buku sastra
Meregenerasi Bahasa Kaili lewat buku-buku sastra
Komunitas Seni Lobo menggelar diskusi terbuka yang mengangkat topik tentang regenerasi Bahasa Kaili melalui karya…
TUTURA.ID - Setumpuk masalah Pemilu 2024 di Sulteng
Setumpuk masalah Pemilu 2024 di Sulteng
Masalah kesehatan serta kematian anggota KPPS, politik uang, dan netralitas ASN jadi masalah yang menodai…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng