Buku-buku yang merawat ingatan Gempa 28 September 2018
Penulis: Mughni Mayah | Publikasi: 23 September 2023 - 12:03
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Buku-buku yang merawat ingatan Gempa 28 September 2018
Deretan buku bacaan yang merespons peristiwa Gempa 28 September 2018 yang ada di Perpustakaan NEMU Buku, Jalan Tanjung Tururuka, Palu (Foto: Mughni Mayah/Tutura.Id)

Ada beragam cara untuk memperpanjang ingatan tentang sebuah peristiwa. Termasuk saat gempa 7,4 M menghantam Pasigala (Palu, Sigi, dan Donggala) pada 28 September 2018.

Pasca kejadian, penulis lokal maupun penulis luar Sulawesi Tengah yang berempati dengan peristiwa nahas itu melahirkan karyanya dalam bentuk buku bacaan.

Para penulis ini merespons kejadian dalam berbagai gaya tulisan dan ekspresi. Ada yang menuliskannya dalam bait-bait puisi, ada juga yang mengabadikannya sebagai novel fiksi.

Ada pula buku yang dominan berisi gambar sketsa dan ilustrasi, hingga buku yang sarat narasi mengulik pengalaman nyata dalam bentuk esai dan reportase.

Tak ketinggalan buku yang menuliskan kisah-kisah inspiratif para penyintas. Pendeknya beragam gaya dan pendekatan bisa jadi pilihan.

Harapan para penulis ini  sama; merawat ingatan tentang kebencanaan. Sebab bencana, termasuk gempa dan tsunami, punya sifat berulang.

Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk senantiasa berjaga, tidak boleh lengah, apalagi melupakannya. Mewariskan pengetahuan tentang kebencanaan mutlak harus dilakukan sebagai salah satu upaya mitigasi.

Berikut ragam buku bacaan yang dilahir sebagai respons peristiwa gempa lima tahun silam berdasarkan penelusuran Tutura.Id.

2018 Almanak Bencana dan Sajak-Sajak Renjana

Buku antologi yang berisi kumpulan prosa dan puisi dari 17 penyair lokal dan luar Sulteng. (Foto: Mughni Mayah/Tutura.Id)

Buku ini berisi antologi prosa maupun puisi dari para penyair, yang bukan hanya karya penyair Palu, tetapi berasal dari penyair penjuru nusantara.

Salah-satunya datang dari Joko Pinurbo, penyair tersohor kelahiran Sukabumi. Jokpin menyematkan puisi berjudul “Doa Cinta”.

Total 70 lembar mengisi halaman buku berukuran 20 x 14 cm itu. Diterbitkan oleh NEMU publishing pada tahun 2019.

Deretan puisi dalam buku ini lahir karena ingin membuat pembaca merasa lebih dekat dengan bencana yang menghancurkan Palu-Sigi-Donggala dan mengingatnya sebagai momentum perubahan di negeri.

Buku ini masih terpajang dalam deretan koleksi buku di Perpustakaan Mini Nemu Buku yang berada di Jalan Tanjung Tururuka, Palu Selatan. 

Bombatalu Ri Tasi Talise: Tsunami di Pantai Talise

Halaman buku yang berisi ilustrasi terjadinya tsunami di Pantai Talise, Kota Palu (Foto: Mughni Mayah/Tutura.Id)

Buku Bombatalu Ri Tasi Talise: Tsunami di Panatai Talise ditulis oleh Devi R. Uga. Sapaan akrabnya Mamakribo.

Sesuai judulnya yang menggunakan bahasa daerah Kaili, buku ini mencoba mengangkat cerita anak perempuan korban bencana bernama Putri.

Putri berkisah tentang situasinya saat menghadapi gulungan ombak tsunami di Pantai Talise.

Buku yang diterbitkan oleh CV. Gorga Pituluik, Yogyakarta, ini beredar sejak Desember 2018. Mata pembaca akan disuguhkan ilustrasi gambar oleh Na’imatur Rofiqoh sebagai media buku alternatif yang ramah bagi anak-anak.

Getar di Khatulistiwa: Bertahan, Berbaring, Bangkit di Lembah Palu

Isi buku Getar di Khatulistiwa : Bertahan, Berbaring, Bangkit di Lembah Palu (Foto: Mughni Mayah/Tutura.Id)

Buku ini ditulis oleh 14 penulis yang mayoritas berasal dari Sulteng. Mereka merangkum cerita-cerita yang lahir usai kejadian bencana di Sulawesi Tengah berdasarkan pengalaman.

Tiap bab judul penuh dengan kearifan lokal masyarakat, gotong royong, hingga cerita upaya bangkit kembali pascabencana.

Memiliki tebal 245 halaman, buku ini diproduksi oleh Penerbit Kemitraan /Partnership for Governance Reform. Dicetak pertama kali pada tahun 2020.

Ada total 20 cerita berisi esai dan refleksi berangkat dari ribuan reportase yang lahir pascabencana.

Kayori: Seni Merekam Bencana

Sampul depan buku Kayori: Seni Merekam Bencana (Foto: Mughni Mayah/Tutura.Id)

Buku setebal 1,5 cm adalah hasil riset dua penulis,  yaitu Ibe S Palogai dan Lala Bohang. Buku ini di produksi oleh Meloka pada Tahun 2021.

Isinya 211 halaman. Mengungkap asal usul Kota Palu dengan jejak kebencanaannya dalam bahasa yang apik dan penuh fakta.

Menurut penulisnya, bencana adalah salah satu subjek seni tertua. Jejak kebencanaan oleh para leluhur Lembah Palu diwariskan melalui tradisi lisan yang menggambarkan relasi antara manusia dan alam sebagai sumber utamanya.

Kemudian memunculkan cerita rakyat bertaut dengan tradisi, mitos, dan legenda yang ditinggalkan. Ini menjadi catatan penting sebagai petunjuk jejak kebencanaan di Sulteng.

Yang Lahir dan Berakhir di Teluk Palu

Novel fiksi karya Ikeniaty Sandili seorang penulis dan jurnalis kelahiran Kabupaten Banggai Laut (Foto: Mughni Mayah/Tutura.Id)

Sebuah novel fiksi yang mengisahkan seorang gadis kecil bernama Ziya sebagai korban bencana. Ia kehilangan tiga anggota keluarganya yang hilang tergulung tsunami.

Novel karya Ikerniaty Sandili, penulis dan jurnalis kelahiran Kabupaten Banggai Laut, ini berisi 152 halaman.

Diterbitkan oleh Basabasi dan merupakan kumpulan dari seri Novela Katastrofe, kisah-kisah bertema kebencanaan di Indonesia yang dikurasi dalam Sayembara Novela Basabasi pada tahun 2022. 

Buku ini masih dijual bebas dengan harga Rp65.000. Buku novel ini bisa diakses di Perpustakaan Mini Nemu Buku.

Tangkapan layar sampul buku Semua di Luar Nalar (Sumber: Pustaka Harakatuna)

Semua di Luar Nalar:  7 Kisah Inspiratif Melawan Amarah Gempa & Tsunami di Palu

Cetak pertama kali pada September 2019 oleh penerbit Pustaka Harakatuna, buku ini berisi narasi kebencanaan di Indonesia yang diungkap melalui kisah-kisah heroik para korban selamat.

Buku yang ditulis dosen UIN Datokarama Palu Dr. H Lukman S Thahir ini terdiri dari 96 halaman.

Setiap kisah seolah membawa pembaca terikat dengan pengalaman yang dirasakan para penyintas peristiwa gempa di Kota Palu, Kabupaten Sigi. dan Donggala.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
3
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Ragam hewan kurban sumbangan para kepala daerah di Sulteng
Ragam hewan kurban sumbangan para kepala daerah di Sulteng
Dinas Perkebunan dan Peternakan Sulteng menyebut sekitar 8.000 ekor sapi dan kambing dijadikan hewan kurban…
TUTURA.ID -  Ragam senjata tradisonal Sulteng yang dipakai saat perang lawan Belanda
Ragam senjata tradisonal Sulteng yang dipakai saat perang lawan Belanda
Istilah bambu runcing sebagai alat perjuangan melawan Belanda sudah sangat familiar. Namun, apakah hal yang…
TUTURA.ID - Achmad Intje Dahlan: Pustakawan bukan hanya soal mengurusi buku-buku
Achmad Intje Dahlan: Pustakawan bukan hanya soal mengurusi buku-buku
Hingga saat ini masih ada yang menganggap sepele tugas pustakawan. Padahal sosok pustakawan sangat penting…
TUTURA.ID - Mengenal ragam rupa batu akik andalan Sulteng
Mengenal ragam rupa batu akik andalan Sulteng
Batu akik asal Sulteng masih banyak diminati. Warna dan coraknya yang unik menerbitkan minat para…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng