Cokelat menjawab antara fakta dan fiksi soal sejarah perjalanan karier
Penulis: Andi Baso Djaya | Publikasi: 11 Juni 2023 - 19:38
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Cokelat menjawab antara fakta dan fiksi soal sejarah perjalanan karier
Penampilan Cokelat dalam acara Selebrasi Festival yang berlangsung di Lapangan Telkom, Palu, Sabtu (10/6/2023) malam | Foto: Anggra Yusuf/Tutura.Id

Reputasi grup band Cokelat di blantika musik tanah air sudah tak perlu diragukan. Sejumlah lagu hit masih menempel dan akrab di telinga para pecinta musik, terlebih bagi para Bintang Cokelat, sebutan untuk penggemar mereka.

Sebut misal lagu “Pergi”, “Karma”, “Luka Lama”, “Jauh”, “Segitiga”, “Kupilih Dia”, hingga “Bendera” ciptaan Eross Candra (gitaris Sheila on 7).

Terbukti saat band ini manggung dalam acara Selebrasi Festival yang berlangsung di Lapangan Telkom, Palu, Sabtu (10/6/2023) malam, para penonton berjingkrak kegirangan dan bernyanyi bersama saat lagu-lagu tadi dibawakan oleh Kikan Namara dan kawan-kawan.

Majalah Rolling Stone Indonesia, edisi Desember 2007, bahkan menahbiskan Rasa Baru yang rilis 2001 masuk dalam daftar “150 Album Indonesia Terbaik Sepanjang Masa”.

Dinamika perjalanan karier band ini, di luar soal ingar-bingar pemberitaan tentang kembalinya Kikan (vokalis) dan Ervin Syam Ilyas (drummer) setelah 12 tahun lamanya berpisah, juga tak kalah menawarkan kisah menarik.

Ada banyak fakta dan fiksi yang berputar. Entah informasi mana yang memuat kebenaran.

Kami coba meminta klarifikasi langsung kepada Kikan, Ervin, Ronny Nugroho (bassis), Edwin Marshal Syarif (gitaris), dan Ernest Fardiyan Syarif (gitaris) untuk meluruskan.

Obrolan berlangsung dalam sebuah kedai di ruang tunggu Bandara Mutiara Sis Aljufri, Minggu (11/6), petang, sembari menunggu keberangkatan pesawat membawa terbang para personel Cokelat kembali ke Jakarta.

Kami mengobrol sambil menyesap kopi susu diiringi tawa dan sesekali koreksi antarpersonel. Seolah mereka hanya berpisah sesaat dari dua orang anggota keluarganya. Tak ada yang namanya rikuh. Berikut petikannya.

Kikan Namara sempat mundur dari Cokelat sejak Juni 2010. Lalu bersama Ervin (drummer) memutuskan kembali lagi sejak Agustus 2022 | Foto: Anggra Yusuf/Tutura.Id

Nama Cokelat dilontarkan oleh Bernard

FIKSI

Kikan (K): Kurang tepat. Sebetulnya yang pertama kali mengidekan nama Cokelat itu mantan gitaris Cokelat. Namanya Robert (Pieter). Waktu itu Cokelat punya dua gitaris, Bernard (Rinaldi) dan Robert.

Hari lahir Cokelat disepakati 25 Juni 1996

FAKTA

K: Seingatku tanggal itu disepakati bertepatan dengan waktu pertama kali kami masuk studio untuk merekam demo tiga lagu setelah “Bunga Tidur” yang akhirnya masuk dalam album kompilasi Indie Ten (1998). Apa aja, ya, lagunya? Kok gue lupa, sih.

Edwin (E): “Untuk Bintang”, “Kita”, dan “Pergi”

Kalian berangkat dari Bandung ke Jakarta naik mobil Vitara kuning. Menempuh jalur Padalarang-Cianjur-Puncak-Jagorawi untuk tanda tangan kontrak di kantor Sony Music Indonesia

FAKTA

K: Kami sebagai band baru yang personelnya masih anak kuliahan tidak punya modal cukup kuat untuk memulai karier. Jadi, buat kami waktu itu fine-fine saja. Semangatnya juga lagi kuat-kuatnya. Enggak masalah bolak-balik dari Bandung ke Jakarta naik mobil.

Kadang naik mobil saya yang Vitara kuning itu. Kadang juga naik mobilnya Ervin yang Kijang warna merah. Terus kami ganti-gantian nyetir karena capek. Harap dicatat, waktu itu belum ada tol Cipularang. Kalau sekarang dipikir lagi, gila juga perjuangan kami waktu itu.

Personel Cokelat yang menumpang di dalam Vitara kuning itu ada Kikan, Ronny, Robert, Bernard, dan Deden

FAKTA

K: Orang-orang yang disebutkan tadi itu adalah formasi pertama Cokelat. Formasi ini hanya tampil di acara kampus kami. Belum yang main di mana-mana. Kemudian Deden mengundurkan diri. Akhirnya kami ngajakin Ervin gabung. Edwin masuk itu menggantikan Bernard. Formasi ini yang mengisi album pertama Untuk Bintang.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Cokelat Band Official (@cokelat_band)

Setelah masuk album kompilasi Indie Ten produksi Sony Music, Cokelat masih sempat menawarkan demo ke label musik EMI

FAKTA

E:  Setelah rekaman tiga lagu demo tadi, kami mulai intens workshop di kosan gue. Waktu masuk album kompilasi Indie Ten itu Cokelat dapatnya kontrak option atau lanjutan yang bunyinya bahwa setelah Indie Ten, opsi pertama harus ke Sony. Kami sebenarnya melakukan itu, tapi kami merasa tidak kunjung mendapatkan respons.

Akhirnya kami menawarkan demo lagu ke EMI. Eh, ternyata dalam waktu singkat mereka merespons. Ingin memproduksi album Cokelat. Kami bahkan sama EMI itu sudah hingga tahap baca kontrak dan membicarakan tentang konsep album.

Tiba-tiba sebelum masuk tahap tanda tangan kontrak dengan EMI, Sony Music Indonesia menghubungi Kikan. Mereka bilang siap merilis albumnya Cokelat.

K: Responsnya lebih ke marah, sih. Ha-ha-ha. Setelah kami jelaskan, ternyata memang ada miskomunikasi. Akhirnya kami minta maaf ke EMI, jadinya kami tanda tangan kontrak dengan Sony Music.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Cokelat Band Official (@cokelat_band)

Teken kontrak dengan Sony Music Indonesia langsung untuk produksi empat album

FAKTA

K: Waktu itu kami enggak pake mikir panjang langsung tanda tangan kontrak. Karena pada zaman itu dapat kesempatan tanda tangan dengan major label untuk bikin album susah banget. Artisnya Sony Music Indonesia juga masih dikit banget.

Lagian dalam album kompilasi Indie Ten, kan, ada 10 band. Enggak semuanya dapat tawaran kontrak bikin album. Makanya pas tahu terpilih, jadi sesuatu yang wah banget buat kami.

E: Bikin album, men. Makanya pas dapat kontrak, kami langsung gas.

Ernest sebelum diangkat jadi personel resminya Cokelat adalah teknisi gitarnya Edwin

FAKTA

Ernes (Er): Dari album pertama gue sudah ikut jadi teknisinya Edwin setiap tur. Sebenarnya waktu itu gue juga punya band yang mainin musik reggae. Namanya Tuff Gong. Pertama kali manggung dengan Cokelat mengisi acaranya Radio Ardan. Gue diajakin Edwin menggantikan Robert.

Resminya masuk Cokelat waktu lagi rekaman Segitiga (2003). Sebelumnya di album Rasa Baru gue cuma ikutan ngisi untuk lagu “Dia” sama “Jauh”.

Para personel sempat ragu karier Cokelat bakal panjang

FAKTA

K: Itu fase krusial. Ernest waktu itu belum gabung. Waktu album debut kami rilis, lagu “Pergi” yang jadi single andalan waktu itu enggak terlalu meledak di pasaran dan tangga lagu di radio-radio.

Makanya menuju album kedua sempat jadi pertanyaan besar buat kami apakah mau terus melanjutkan Cokelat atau enggak.

Kami berempat yakin untuk terus lanjut. Robert yang enggak yakin album kedua Cokelat bakal sukses akhirnya memutuskan mundur dari band.

Awal karier sering main di Fame Station, Bandung, membawakan lagu-lagu Alanis Morissette, Frente, dan The Cranberries

FAKTA

Er: Gue ini, kan, penonton di kafe yang ada live music-nya dan pensi. Cokelat bisa dibilang band yang hybrid. Selalu bisa diterima dengan baik entah main di kafe atau pensi. Karena tidak semua band waktu itu yang bisa seperti mereka.

K: Pokoknya kami main dari kafe ke kafe sebelum album pertama rilis. Walaupun kami senang membawakannya, lama-kelamaan jenuh juga bawain lagu-lagu orang terus. Makanya kami bikin lagu ciptaan sendiri.  Dimulai dari lagu “Bunga Tidur” yang masuk album kompilasi Indie Ten.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
5
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Lomba Sihir bertutur soal industri musik Indonesia hari ini
Lomba Sihir bertutur soal industri musik Indonesia hari ini
Perjalanan karier Lomba Sihir makin moncer. Tahun ini mereka berencana merilis lagu baru dan mengadakan…
TUTURA.ID - BaSuara Vol.1 jadi album kompilasi sanggar seni mahasiswa pertama di Kota Palu
BaSuara Vol.1 jadi album kompilasi sanggar seni mahasiswa pertama di Kota Palu
Mengusung semangat mendokumentasikan karya-karya lagu milik sanggar seni yang ada di kampus, Hammer City Production…
TUTURA.ID - Kolaborasi visual Fredxel dan Charles Edward dalam videoklip ''Riuh dalam Dada''
Kolaborasi visual Fredxel dan Charles Edward dalam videoklip ''Riuh dalam Dada''
Kekuatan "Riuh dalam Dada" yang dilantunkan Fredxel bikin Charles Edward, pemilik Kumbaja Photo, terpincut dan…
TUTURA.ID - Bertahan hidup ala PARAPAPPA dan inisiasi menghadirkan panggung rutin
Bertahan hidup ala PARAPAPPA dan inisiasi menghadirkan panggung rutin
PARAPAPPA menampilkan pertunjukan musik bertajuk "Survival". Langkah awal dari gagasan untuk terus menggeliatkan musik di…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng