Petualangan Sherina 2 yang memuat isu besar tentang satwa
Penulis: Juenita Vanka | Publikasi: 30 September 2023 - 20:53
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Petualangan Sherina 2 yang memuat isu besar tentang satwa
Sherina Darmawan (kiri) dan Sadam Ardiwilaga bertemu kembali di hutan Kalimantan dalam film Petualangan Sherina 2 (Sumber: Miles Films)

Antrean panjang mengiringi saya kala menonton Petualangan Sherina 2 di Cinema XXI, Palu Grand Mall, Jumat (29/9/2023) malam.

Ketika masuk dalam studio, jejeran bangku sudah terisi penuh. Ternyata banyak yang penasaran hendak mengetahui kelanjutan petualangan Sherina dan Sadam setelah 23 tahun berlalu.

Isi studio tak hanya dominan kanak-kanak dan remaja, tapi juga kalangan dewasa. Sekuel film drama musikal legendaris ini memang mengantongi kategori penonton "semua umur" dari Lembaga Sensor Film. Terasa pas jadi tontonan keluarga saat akhir pekan.

Pembuka film menampilkan Sherina Melodi Darmawan (diperankan Sherina Munaf) yang telah menjadi seorang reporter televisi. Ia bekerja di stasiun NEX TV.

Sherina bersama tandemnya, Aryo (Ardit Erwandha), sangat bersemangat merencanakan liputan ke World Economic Forum yang berlangsung di Davos, Swiss.

Bukannya mendapat persetujuan, Sherina dan Aryo alih-alih ditugaskan melakukan liputan khusus tentang pelepasliaran orang utan di tengah hutan Kalimantan.

Walau sangat berambisi ke Davos dan sempat beradu argumen dengan keputusan bosnya di kantor, Sherina akhirnya menerima tugas yang diberikan setelah mendengarkan nasihat ibunya (Ucy Nurul).

Penugasan yang awalnya diterima Sherina dengan setengah hati ternyata membawanya bertemu kembali dengan Sadam Ardiwilaga (Derby Romero).

Sahabat masa kecilnya itu kini telah berubah menjadi seorang yang sangat berwibawa, cerdas, dan peduli kepada orang sekitarnya.

Citra sebagai “anak mami” dan perisak yang dulu melekat pada Sadam seolah tak berbekas lagi. Sadam kini menjadi Program Manager di Konservasi Orang Utan Kalimantan (OUKLA), tempat Sherina akan meliput.

Momen nostalgia bertemu Sadam dan melihat aktivitas konservasi orang utan bikin Sherina seolah melupakan kesedihannya gagal berangkat ke Swiss.

Rimba Kalimantan yang hijau nan teduh, plus jadi saksi pelepasliaran satwa langka yang dilindungi, kini lebih menyita perhatiannya.

Setelah acara peliputan selesai dan hendak bertolak kembali ke Jakarta, tim OUKLA mendadak geger karena anak orang utan yang baru saja dilepaskan kembali ke alam liar mendadak hilang dari pantauan radio transmitter.

Rupanya komplotan pemburu satwa dilindungi yang dipimpin oleh Dedi (Randy Danistha) jadi dalang penculikan tersebut.

Dedi yang diperankan oleh Randy Danistha (kanan) jadi dalang penculikan orang utan yang harus dihadapi Sherina dan Sadam (Sumber: Miles Films)

Penafian; bagian tulisan ini mengandung bocoran cerita alias spoiler yang bagi sebagian orang mungkin mengganggu kenyamanan menonton.

Hal ini diketahui oleh Sindai (Quinn Salman), anak perempuan yang tinggal di sekitar hutan. Ia lalu mengajak Sherina untuk memburu komplotan tersebut.

Namun, di tengah usaha penyelamatan menyusuri belantara hutan Kalimantan itu, mereka ketahuan oleh anak buah Dedi. Sherina dan Sindai terpisah.

Rombongan Sadam yang belakangan datang menyusul harus membagi dua tim pencarian; mencari Sindai dan mendapatkan kembali anak orang utan yang telah diculik.

Sadam tentu saja bergabung dengan Sherina. Petualangan kedua tokoh ini yang kemudian menghadirkan banyak momen nostalgia.  

Keduanya seolah terlempar ke mesin waktu. Mengenang kembali masa kecil mereka saat bertualang di tengah lebatnya hutan dan perkebunan Lembang, Jawa Barat. Tak lupa juga dijelaskan mengapa keduanya baru bertemu kembali.

Sherina dan Sadam menyusuri hutan Kalimantan di atas perahu motor (Sumber: Miles Films)

Sekuel ini juga menjadi ajang reuni para aktor dan kru film yang dulu sama-sama menggarap film Petualangan Sherina (2000).

Tetap masih ada Mira Lesmana dan Riri Riza yang mengisi kursi produser dan sutradara. Begitu juga Jujur Prananto (penulis skenario), Yadi Sugandi (sinematografer), dan Eros Eflin (penata artistik).

Film berdurasi 126 menit ini tak lupa menghadirkan deretan pemain lain sebagai pendukung, antara lain Isyana Sarasvati, Chandra Satria, Kelly Tandiono, dan Gilbert Pattiruhu.

Saya sebenarnya tidak jadi saksi betapa hype-nya Petualangan Sherina saat pertama kali tayang di bioskop. Selain masih terlampau kecil, semua bioskop di Kota Palu saat itu juga sudah gulung tikar.

Walakin, saya tetap bisa menyaksikan keseruan Sherina dan Sadam beberapa tahun kemudian dari kepingan VCD. Pun saat ditayangkan melalui stasiun televisi.

Karakter Sherina bagi saya sangat membekas. Ia seolah melambangkan sosok perempuan kecil yang berani mengutarakan sesuatu yang dianggapnya tidak benar. Salah satunya lantang melawan perisakan. Tindakan yang sayangnya hingga hari ini masih kerap terjadi di sekolah hingga kampus.

Sherina dan Derby berhasil membuat penonton rasanya tidak ingin memalingkan mata barang semenit. 

Nyanyian dan tarian mereka masih sama energik. Lirik yang dibawakan juga masih bisa diikuti oleh kaum milenial maupun anak-anak zaman sekarang ini.

Sherina yang dalam sekuel ini meneruskan jejak mendiang Elfa Seciora sebagai music director patut mendapat apresiasi lebih.

Ia piawai mengambil lirik-lirik dari lagu yang dulu sudah sangat membekas, lalu menyesuaikannya dengan kehidupan Sherina dan Sadam saat dewasa.

Total tujuh lagu yang menghiasi soundtrack dalam film ini berusaha menjaga roh yang ada dalam prekuelnya.

Jika ada satu lagu yang sangat membekas di hati saat mendengarnya mengalun di layar lebar, maka pilihan itu jatuh kepada “Sayu”.

Sebuah lagu yang judulnya diambil dari nama karakter anak orang utan yang diculik oleh komplotan Dedi dkk.

Aransemen lagu yang diciptakan oleh Sherina bersama Mira Lesmana itu memasukan unsur alat musik tradisional Kalimantan. Liriknya menyampirkan pesan untuk menjaga hutan dan seisinya. Bukan justru merusaknya seperti praktik yang lazim terjadi sekarang.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Miles Films (@milesfilms)

Plot dalam film ini juga mengalir lurus tanpa kelokan berarti. Memudahkan semua kategori usia penonton, termasuk anak-anak, untuk menangkap pesan yang hendak disampaikan.

Misi petualangan Sherina dan Sadam pun masih sama. Mengangkat tentang keresahan-keresahan yang terjadi dalam kehidupan nyata.

Kali ini membahas tentang upaya konservasi orangutan yang kerap dijadikan buruan untuk menjadi koleksi pribadi. "Orang utan memang hewan yang lucu, tapi itu tak lantas ia layak dijadikan peliharaan," demikian sebuah pesan yang hadir dalam film ini.

Adanya komplotan pencuri, juga bos besar yang mendalangi misi pencurian anak orang utan, menambah keseruan saat menyaksikan film ini. Pasalnya Sherina dan Derby jadi harus melakoni adegan baku hantam.

Namun, dalam cerita kali ini tokoh Sadam mendapat panggung untuk menunjukkan perubahan karakternya yang sangat luar biasa dibandingkan film pertama.

Sikapnya yang makin dewasa ibarat pengingat bagi Sherina yang tampak masih tetap gegabah dan egois dalam mengambil keputusan.

Melalui Sadam, Sherina seolah diingatkan bahwa hidup bukan hanya tentang bergerak saja. Bertindak tanpa perencanaan matang bisa mendatangkan bahaya, bukan hanya bagi diri sendiri, tapi juga orang lain.

Film Petualangan Sherina 2 pada akhirnya tak hanya mengembalikan momen nostalgia dan kisah persahabatan dua orang dengan watak saling bertolak belakang.

Ada pesan besar tentang menjaga hutan dan fenomena memelihara satwa langka yang dilindungi hanya demi ajang pamer di media sosial.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
2
Jatuh cinta
2
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Kekerasan seksual di jalanan dan ruang publik Kota Palu
Kekerasan seksual di jalanan dan ruang publik Kota Palu
Bagian privat perempuan jadi target pelaku kekerasan seksual di ruang publik yang seharusnya aman. Kasus…
TUTURA.ID - Kadis Kehutanan Sulteng purnabakti dengan sederet prestasi
Kadis Kehutanan Sulteng purnabakti dengan sederet prestasi
Dr. Ir. H. Nahardi, MM., IPU akhirnya purnabakti setelah 14 tahun menjabat Kadis Kehutanan Prov.…
TUTURA.ID - Sumbangsih genre horor dalam perfilman Indonesia
Sumbangsih genre horor dalam perfilman Indonesia
Jumlah penonton film Indonesia di bioskop sepanjang 2022 berhasil mencetak sejumlah rekor. Genre horor masih…
TUTURA.ID - Saling bertukar pasar melalui Ruang ke Ruang
Saling bertukar pasar melalui Ruang ke Ruang
Hal Seruang kembali lagi dengan "Ruang ke Ruang". Misinya konsisten untuk menghadirkan efek berganda dari…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng