Usia Satuan Pemadam Kebakaran (kini Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan) tahun ini menginjak angka 105. Walau telah merentang lebih dari seabad, masih banyak yang perlu terus ditingkatkan oleh kesatuan penakluk api ini.
Damkarmat Kota Palu, misalnya, sungguh masih jauh dari kata ideal. Bangunan kantor utama yang sebelumnya berdiri di Jalan Balai Kota Timur roboh imbas gempa bumi 2018.
Setelah itu, mereka terpaksa menempati kantor sementara. Letaknya tak jauh dari lokasi bekas kantor utama yang masih satu kompleks dengan Kantor Wali Kota Palu.
Sempat tersiar rencana pindah markas, awal 2022. Lokasinya di belakang Terminal Induk Mamboro, Kecamatan Palu Utara. Pembangunan gedung tersebut rampung, Damkarmat Kota Palu urung pindah. Alhasil Dinas Perhubungan Kota Palu yang menempatinya.
“Damkar itu sebetulnya tidak bisa jauh dari kantor wali kota dan posisi kalau di sana agak jauh dari perkotaan. Medan yang kita tempuh itu juga berbahaya karena ada jalur yang agak menurun,” ungkap Kepala Dinas Damkarmat Kota Palu Hasan Lahinding kepada Tutura.Id, Senin (4/3/2024).
Menurut aplikasi Google Maps, jarak dari Terminal Induk Mamboro ke pusat Palu sekitar 9,9 kilometer. Sementara menurut standar operasional prosedur nasional, response time petugas damkarmat tidak boleh lebih dari 15 menit sejak diterimanya laporan. Tenggat itu bisa dicapai jika kantor pemadam terdekat berjarak sekitar 7 kilometer dari lokasi kebakaran.
Oleh karena itu, Hasan Lahinding berujar kemungkinan gedung kantor utama Damkarmat Kota Palu akan kembali menempati bekas kantor lama.
Pengusulan pembangunan kantor baru Damkarmat Kota Palu sejak tahun lalu sudah disampaikan kepada Bappeda Kota Palu. Pun telah dikomunikasikan dengan Wali Kota Palu Hadianto Rasyid.
Selain belum memiliki kantor baru, Damkarmat Kota Palu juga masih minim armada dan personel. Padahal dua unsur ini penting dalam menunjang penanganan bencana kebakaran yang lebih maksimal.
Menurut keterangan Kepala Seksi Penanggulangan dan Penyelamatan Damkarmat Kota Palu, Agung Tri Prasetiyawan, saat ini ada 12 unit kendaraan operasional yang mereka miliki.
Kendaraan-kendaraan tersebut terdiri dari dua mobil penyelamat, satu mobil truk pasukan, lima mobil penyuplai air, dan empat mobil tembak yang khusus melakukan penyiraman saat terjadi kebakaran. Semuanya berfungsi dengan normal.
Pun demikian, ia merasa jumlah tersebut masih kurang memadai untuk menjangkau seluruh wilayah Kota Palu. Perlu ada penambahan beberapa unit kendaraan lagi.
“Kalau untuk wilayah Kota Palu dengan jumlah padatnya warga sekarang ini, minimal itu ada 25 unit dalam keadaan aktif,” ucap Agung saat ditemui Tutura.Id, Rabu (6/3). Berdasarkan wilayah manajemen kebakaran, tiap satu kecamatan paling minim punya dua unit mobil pemadam, masing-masing berjenis mobil tembak dan penyuplai air.
Damkarmat Kota Palu, lanjut Agung, sebenarnya tiap tahun mengajukan dua kali penambahan armada kepada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah. Hanya saja ia memaklumi jika pengajuan tersebut kerap mentok.
“Karena itu mobil tidak murah. Satu unit Rp1 miliar harganya. Kalau ukuran 5000 liter kurang lebih hampir Rp2 miliar,” kata Agung.
Minimnya jumlah armada berbanding lurus dengan personel pemadam kebakaran. Saat ini jumlah petugas Damkarmat Kota Palu berjumlah 138 orang. Masih belum cukup.
“Untuk Kota Palu, pasukan itu minimal 250 orang, lah. Sebenarnya kami ingin sekali menambah personel. Tapi kembali lagi soal keuangan daerah. Mau dibayar pake apa mereka? Kalau pegawai negeri, kan, gajinya dari pusat. Sementara yang tenaga honorer itu gajinya dari Pendapatan Asli Daerah Kota Palu,” tuturnya.
Merujuk dokumen Rencana Strategis Damkarmat Kota Palu 2021-2026, Damkarmat Kota Palu dalam pelaksanaan tugas administratif dan operasionalnya didukung oleh 43 PNS. Sedangkan sisanya yang notabene petugas lapangan merupakan tenaga honorer alias bukan pegawai tetap.
View this post on Instagram
Keharusan menambah unit kendaraan dan jumlah personel damkar di lapangan sangat mendesak. Salah satu alasannya berkaca pada kasus kebakaran yang menghanguskan Khans Studio di Jalan Tembang, Kelurahan Palu Barat (12/2).
Saat itu, Damkarmat Kota Palu harus meminta bantuan satu unit mobil penyuplai air dari BPBD Kota Palu dan satu mobil water cannon milik Brimob Polda Sulteng untuk membantu memadamkan api. Sementara Damkarmat Kota Palu sudah menurunkan enam unit armadanya dengan sokongan 60 orang personel.
Berdasarkan data laporan kasus kebakaran yang terjadi dua tahun belakangan di Kota Palu, wilayah Kecamatan Mantikulore konsisten menempati urutan teratas.
Tahun lalu tercatat 113 laporan kebakaran di wilayah seluas 206,80 kilometer persegi itu. Sementara tahun sebelumnya lagi ada 62 laporan kebakaran.
Sebaliknya, Kecamatan Ulujadi menjadi wilayah yang paling sedikit mengalami kebakaran sepanjang 2023 dengan total 21 kasus. Periode 2022, Kecamatan Palu Utara jadi wilayah yang paling rendah mengalami kebakaran dengan laporan 5 kasus.
Jumlah kebakaran yang terjadi sepanjang 2023 juga meningkat drastis dibandingkan tahun 2022. Perbandingannya ada 182 kebakaran yang ditangani Damkarmat Kota Palu kurun 2022. Setahun kemudian meningkat jadi 373 peristiwa.
Menurut Kadis Damkarmat Kota Palu Hasan Lahinding, kebakaran lahan mendominasi kasus kebakaran sepanjang tahun lalu. “Karena cuacanya terlalu panas tahun 2023 itu. Ekstrem panasnya, luar biasa. Makanya kebakaran itu paling banyak di lahan.”
Menjelang bulan Ramadan, Hasan Lahinding mengimbau warga agar senantiasa hati-hati. “Kita harus waspada terhadap kejadian kebakaran terutama terkait dengan korsleting listrik. Penggunaan alat-alat masak juga, seperti kompor gas dan penanak nasi (rice cooker). Itu semua dapat menyebabkan kebakaran,” pungkas Hasan.
Damkarmat Kota Palu pemadam kebakaran tim rescue Hasan Lahinding Kadis Damkarmat Kota Palu Wali Kota Palu mobil pemadam personel pemadam kesatuan penakluk api