Daya pikat kelompok musik D'Masiv mendatangkan penonton ternyata belum luntur.
Sungguhpun karier mereka telah memasuki usia dua dekade, plus ketatnya persaingan di industri musik.
Rian Ekky Pradipta (vokalis), Dwiki Aditya Marsall (gitaris), Nurul Damar Ramadan (gitaris), Rayyi Kurniawan Iskandar Dinata (bassis), Wahyu Piadji (drummer), plus Vegry Harindah Husain sebagai additional player yang mengisi instrumen kibord, masih punya magnet kuat.
Pemandangan itu tersaji di Lapangan Sriti Convention Hall, Jalan Durian, Kamonji, Palu Barat, Selasa (24/5/2023) malam.
Ribuan penonton larut terbawa suasana lagu-lagu yang dilantunkan jebolan kompetisi A Mild Live Wanted 2007 ini.
Kedatangan ketiga D’Masiv di Lembah Palu dalam rangka mengisi hajatan Enin Sound of Music (Esom) Festival Volume 2. Sebuah acara perayaan kultur populer yang dipersembahkan Enin Store, salah satu lini pakaian terkemuka di kalangan anak muda Kota Palu.
Acara yang berlangsung sejak sore ini tak hanya gempita oleh panggung musik, tapi juga menyajikan beragam menu lain. Para penonton bisa menjajal lapangan basket mini yang bisa memuat duel 3x3, stan kompetisi Playstation, foto 360 derajat, face drawing, face painting, stuff drawing, hair styling, hingga aneka permainan berhadiah.
Demi menjamin para penonton tak kelaparan dan kehausan, Esom Fest edisi kedua ini menggandeng pula banyak UMKM yang mengisi deretan stan kuliner. Harga yang ditawarkan tak bikin kantong jebol.
Langit mendung mewarnai atmosfer sore sejak pintu mulai terbuka untuk penonton yang datang. Terasa sejuk, tapi di sisi lain cukup bikin ketar-ketir. Khawatir hujan lebat akan turun.
Dampaknya bisa memengaruhi jumlah penonton. Kelancaran acara juga bisa terhambat karena ada banyak hal yang harus dilakukan. Pendeknya, acara apa pun yang berlangsung di ruangan terbuka pasti tak ingin hujan turut meramaikan acara.
Antrean penonton di depan gerbang masuk saat pintu pertama dibuka tak terlalu mengular. Hanya ada beberapa orang ditambah sejumlah penjaga stan bercampur panitia yang lalu-lalang.
Sembari menunggu tata suara panggung menyalak, ada beberapa stan yang mencuri atensi penonton untuk mendekat.
Pajeco Jeans Custom, misalnya, menghadirkan recylce jeans dan potongan harga hingga Rp200 ribu.
Lalu ada Motorcycle Enthusiast yang memboyong beberapa motor custom milik anggotanya dan berjualan merchandise.
Enin Store sang empunya acara tak mau kalah. Stan mereka yang menggunakan rangka bertingkat diisi pameran “Rumbling Outfit” berupa kreasi produk fesyen hasil kolaborasi dengan beberapa band Palu.
Lalu ada gelar wicara yang berlangsung dalam dua sesi bersama Tutura.Id dengan nama “Meets Pop”.
Sesi pertama “Meets Pop” menghadirkan Muhammad Akbar, pemilik Pajeco. Sosok akrab dengan sapaan Bola itu membagikan pengalamannya memulai usaha menggunakan modal sendiri hingga sekarang pasang target menembus pasar global
Usai jeda beberapa saat demi memberikan kesempatan kelompok Diari tampil membuka tirai panggung musik, obrolan berlanjut dengan Andika Pramulia, sosok di balik penyelenggaraan Festival Titik Temu (FTT).
Subjeknya tentang bagaimana menjalankan festival musik dan membuatnya lebih bergaung. Dika dalam kesempatan tersebut juga sedikit membocorkan waktu penyelenggaraan FTT yang kedua tahun ini.
Makin ramai memasuki malam
Suasana yang masih tampak lengang ketika sore tampak kontras saat hari berganti malam. Satu per satu orang datang beriringan.
Unit kelompok hiphop Blurum asal Palu beraksi di atas panggung selepas jeda salat magrib.
Para personelnya tak hanya kompak mengenakan kaos putih, tapi juga solid mengeluarkan skill rap yang berhasil memanaskan suasana, termasuk ketika mereka membawakan lagu terbaru bertajuk “Cancel Culture”.
Rintik hujan seolah bukan halangan untuk maju mendekati panggung. Beruntung juga kondisi basah yang sedari awal dikhawatirkan hanya berlangsung sesaat. Lepas jeda salat isya, langit seolah bisa diajak kompromi.
Kelompok Prince of Mercy yang mengusung campuran musik pop punk giliran naik panggung.
Band yang pernah menjajal panggung Rock In Celebes 2016 ini mengentak lewat lagu “Kisah Pertemanan”, “All of You”, dan “216” yang berkolaborasi dengan Aji Prayoga (vokalis Cosmogony).
Tak berselang lama giliran Rakesh mengambil alih kendali panggung. Seperti biasa, band ini mengawali penampilannya dengan kompak mengenakan penutup wajah.
Lagu “Penguasa Malam” jadi amunisi pertama sebagai pembuka. Setelahnya Fikri Tsani, sang vokalis, mengundang Andiqu dan Syeren R. Bawias, dua personel Sejuk Sendu, untuk naik ke atas pentas.
Diqu menemani Fikri, sedangkan Syeren menambah kaya nuansa musik Rakesh lewat permainan kibordnya.
Kolaborasi ini membawakan lagu “Kita Tulis”, “Im.Pli.Ka.Si”, dan “Benci Tak Mau Mengalah”. Penampilan band yang sedang mempersiapkan perilisan album debutnya ini harus diakui semakin matang.
Mereka tak hanya berusaha menjaga kualitas audio, tapi juga menggarap serius sisi visual, mulai dari gaya penampilan hingga memanfaatkan ketersediaan LED videotron yang menjadi background panggung. Sebuah paket lengkap.
Area depan panggung makin sesak oleh kehadiran penonton ketika Rendi Brendy sebagai pemandu acara mendulat Dikta Wicaksono naik pentas.
Mantan vokalis Yovie & Nuno itu sukses menghadirkan histeria massal dari kaum hawa yang sedari tadi sudah tak sabar menyaksikan performanya. Ramai kamera ponsel terangkat demi membidik wajah sang penyanyi.
Dikta malam itu tampil mengenakan kemeja lengan panjang warna putih berpadu celana bahan hitam. Tak lupa tambahan bandana hitam melilit di leher. Beberapa penonton menilainya bak oppa asal Korea Selatan.
Materi lagu dalam mini album “Sendiri” yang rilis Oktober 2022 mengisi banyak repertoarnya.
Liriknya yang banyak bercerita tentang patah hati meskipun belum terlalu familiar di kuping penonton, tetap saja ramai beroleh tepuk tangan.
Koor massal baru tercipta saat ia menyanyikan kembali dua lagu lawas, yaitu “Can't Help Falling in Love” yang dipopulerkan Elvis Presley dan “Anak Sekolah” milik Chrisye.
Dua hits milik penyanyi legendaris beda zaman itu sukses mengangkat suasana yang tadinya melankolis berubah menjadi sanguinis.
Suasana euforia makin terasa saat D’Masiv naik menjejaki panggung. Sebagian penonton yang duduk meregangkan kaki, juga yang semula masih ramai di arena kuliner, langsung merangsek maju sedekat mungkin ke arah panggung.
Tampak beberapa penonton bermodal nekat juga tak mau ketinggalan larut dalam kemeriahan acara. Mereka menonton dari tembok pembatas yang memanjang di sisi utara lapangan.
Perhatian Rian sempat terbetot melihat pemandangan tersebut. “Wah, ada yang menonton dari balik pohon pisang juga. Hati-hati, ya,” selorohnya dari atas panggung.
Sama dengan Dikta, frontman D’Masiv ini juga piawai menjalin komunikasi dengan penonton. Memanfaatkannya, selain untuk beristirahat mengatur napas, sebagai jembatan menuju lagu selanjutnya.
Contohnya saat tuntas membawakan “Side by Side” dari kantong album Time yang rilis Februari 2022, Rian mengungkapkan bahwa ada seseorang yang mengirim pesan langsung via Instagram kepadanya.
“Saya tidak tahu siapa orangnya. Hanya yang jelas dia mengaku sedang merindukan seseorang. Mari kita penuhi permintaan orang ini teman-teman,” ujar Rian mengomandoi para personel D’Masiv lainnya untuk membawakan lagu “Merindukanmu”.
Puncak kemeriahan Esom Fest Vol. 2 berangsur surut ketika D’Masiv kelar mendendangkan “Cinta Ini Membunuhku” yang menjadi lagu ke-10.
Lampu-lampu panggung kembali berpijar terang. Menyoroti wajah-wajah penonton bermandikan peluh yang menyunggingkan senyum bahagia. Seolah lupa bahwa esok bukan hari libur.
Penyelenggaraan Esom Fest Vol. 2 secara umum berjalan lancar. Tiada kendala tata suara berarti yang terjadi.
Ajang ini sekaligus jadi penanda tak semua konser/festival musik terhenti di tengah jalan alias cancel, seperti yang belakangan marak terjadi.
konser musik pertunjukan bisnis Enin Store Pajeco Esom Fest D'Masiv Dikta Wicaksono kultur populer fesyen merchandise kuliner UMKM Sriti Convention Hall