Pelataran teras sebuah rumah di Jalan Tanggul Utara, Kelurahan Birobuli Utara, Palu Selatan, tampak ramai dikunjungi para penari usia pelajar sejak azan magrib berkumandang, Senin (19/6/2023).
Nur Halifah Abdilah alias Ivha, demikian sapaan akrabnya, memutuskan beranda teras berukuran sedang di rumahnya sebagai tempat latihan rutin Komunitas Pelajar Berbudaya (KPB).
Sanggar seni binaannya itu melatih ritmis gerak tubuh penari dengan musik. Saat Tutura.Id berkunjung, sesi latihan berlangsung selama empat jam.
Mereka melakukannya dalam rangka persiapan mengikuti tradisi Seren Taun yang berlangsung Juli mendatang di Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Ivha sebagai pembina menginsafi pentingnya persiapan matang tiap berpartisipasi dalam sebuah acara.
Pasalnya KPB hadir bukan hanya sebagai representasi, tapi sekaligus merawat eksistensi budaya berkesenian Sulawesi Tengah.
Tentang acara Seren Taun, ini merupakan upacara adat masyarakat Sunda yang diadakan saban tahun.
Rangkaian acaranya beragam. Selain acara ritual, ada juga pagelaran seni tradisional nusantara, seperti tari-tarian, nyanyian, hingga iring-iringan.
Bermula dari upaya Ivha mengikuti lomba mengirim karya tarian virtual tahun 2021 silam. KPB keluar sebagai pemenang pertama dari total 13 Provinsi di Indonesia yang mengikuti ajang lomba kesenian Jawa Barat tersebut.
Sehingga pada tahun 2022, KPB dinobatkan sebagai Duta Budaya untuk mewakili Sulteng menampilkan karya seni dalam pagelaran Seren Taun pada tahun yang sama.
“Capek, tapi saya senang,” sambat Among, salah satu penari remaja seraya menjatuhkan tubuhnya di lantai beralaskan karpet diikuti lima kawan lainnya membentuk lingkaran melepas keringat selesai latihan.
Sekilas Tentang KPB
Ivha, kelahiran Palu, 3 Januari 1993, berhasrat mendirikan KPB sejak tahun 2016. Sasarannya memang para pelajar yang melek teknologi, namun di sisi lain memiliki kreatifitas dan senang berekspresi.
Ivha yang telah bersentuhan langsung dan tumbuh besar dari keluarga penggiat seni melihat geliat berkesenian tak lagi sama menimbulkan kekhawatiran sendiri baginya. Banyak generasi Z yang kini terjun ke hal-hal tak baik.
Proses perekrutannya hingga 4-5 dalam setahun, Ivha menggaet para pelajar tak hanya dari Kota Palu tetapi juga melebar hingga ke seluruh sekolah Sulawesi Tengah. KPB mewadahi remaja yang ingin menyalurkan bakatnya dari tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Kebanyakan dari mereka adalah pelajar masih berusia di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Ada pula yang telah lulus atau melanjutkan kuliah tetap membersamai berkarya di KPB.
“Saya ingin melestarikan kesenian dimulai dari generasi muda,” tutur Ivha penuh keyakinan.
Menyoal soal karya, KPB tak ingin bertumpu pada hasil saduran karya orang lain. Komunitas ini memiliki tiga divisi, yakni tari, musik, dan IT sinematik.
Karya-karya bernuansa lokalitas asli daerah tanpa menghilangkan pakem adalah ciri khas karya yang dihasilkan KPB. Berangkat dari riset, gerakan tari KPB dekat dengan unsur cerita yang hidup di tengah masyarakat, khususnya kebudayaan Sulawesi Tengah.
Seperti tari Ranginggamagi, formasi gerakan tari tak sembarangan diciptakan. Memperturutkan lima orang penari dengan satu tongkat berukuran setengah lengan dipakai penari sebagai properti. Tempo musik etnik Kaili lebih cepat menghasilkan gerakan yang lebih energik.
Tarian Ranginggamagi dibangun dari kisah seorang putri bangsawan Kaili, Raja Baligau di Tatanga. Seorang pejuang perempuan yang gagah tidak terkalahkan melawan kolonial Belanda pada era 1894-1903.
Prestasi dari divisi tarian yang banyak membawa KPB sebagai pemenang dari lomba-lomba tingkat provinsi maupun nasional.
Tarian ini menjadi salah satu tarian yang akan ditampilkan KPB menuju upacara adat Seren Taun bulan Juli mendatang. Menyusul tiga tarian lainnya, yakni Tari Banggai (Kabupaten Banggai Kepulauan), Tari Sigi (Kabupaten Sigi), Tari Topebau (Kota Palu). Ada pula penampilan solo menyanyikan lagu daerah dengan Ivha sebagai penyanyinya.
Perjalanan merawat kesenian tradisional
Tentang geliat kesenian di Kota Palu, Ivha menyebut tahun-tahun sebelumnya, hingga Palu Nomoni masih rutin digelar, adalah bibit antusiasme masyarakat Sulawesi Tengah berkesenian dari generasi tua maupun muda itu lahir dan terawat.
“Kita di Sulawesi Tengah ini paling kuat DNA-nya adalah kesenian, terkait kelembagaan,” tutur Ivha.
Ivha menilai secara sumber daya, dalam hal ini anak-anak muda Sulawesi Tengah, sangat potensial menerima kesenian sebagai aktivitas berekspresi dengan kreatif. Yang kurang hanya wadah.
Ketika pandemi Covid-19 melanda dunia, KPB sempat vakum lantaran tak diberi ruang dari pemerintah untuk melakukan aktivitas kesenian.
KPB memanfaatkan teknologi secara virtual untuk tetap survive sebagai media menyalurkan karya. Hingga media sosial bukan lagi muncul sebagai ancaman stagnan bagi pelajar untuk berkreasi.
Seperti Among, remaja berusia 19 tahun ini bergabung KPB sejak 2017. Baginya tari adalah media yang paling berkesan mengekspresikan dirinya tanpa menjurus pada hal-hal negatif.
"Di sini banyak yang support, impian kami bisa sampai ke seluruh nusantara," tawa renyah menghiasi remaja itu.
Secara keseluruhan, KPB kini beranggotakan 30 orang. Hingga kini sanggar seni ini terus melakukan formula-formula baru untuk menambah jumlah anggota untuk mewadahi para pelajar melalui event kesenian yang secara mandiri dilakukan.
Seren Taun Komunitas Pelajar Berbudaya kesenian musik tradisi ritual adat Kaili tari tradisional sanggar seni kebudayaan pagelaran