Pernah ada masanya band atau musisi hanya memproduksi segala atribut—paling sering kaos—sebagai media promosi semata. Maksudnya agar orang-orang mengetahui keberadaan band atau musikus bersangkutan. Semacam jadi walking advertisement.
Model berpikir macam tadi perlahan memudar saat mengetahui industri musik dan fesyen, yang notabene anak kandung budaya populer, tak bisa terpisahkan.
Tiada pula mengherankan jika era kiwari muncul beragam ungkapan yang menjurus pada kelindan dua lingkup seni ini. Sebut contoh “outfit konser” dan “dandanan anak skena”.
Entah siapa pemicunya, yang jelas sebagian besar anak-anak generasi sekarang emoh menghadiri acara-acara musik, mulai dari skala besar macam festival hingga gigs dengan kapasitas terbatas, tanpa mengenakan kaos band. Serasa kurang afdol.
View this post on Instagram
Saat ini kesadaran dan kebanggaan untuk mengenakan merchandise—atau merch dalam versi singkatnya—sudah menancap makin kuat.
Alhasil dorongan memproduksi barang dagangan alias merchandise turut pula bergeser. Semula memproduksi seadanya dari hasil merogoh kocek sendiri, kini bisa turut menyumbang pemasukan.
Terbukanya pintu lain yang bisa menambah pundi-pundi kas musisi jelas berguna dalam menopang eksistensi band. Lini bisnis ini makin relevan jika menengok lanskap industri musik di Kota Palu.
Menyandarkan napas kehidupan band semata dari album, penjualan fisik maupun digital, jelas tak akan seberapa. Sementara ajakan manggung dalam sebulan yang disertai honor memadai juga masih bisa dihitung dengan jari.
Hasil dari menjual kaos lumayan bisa menutupi pengeluaran band, semisal ongkos produksi merekam lagu. Hal tersebut diungkapkan Yoga, vokalis dan gitaris CMGN, saat mengisi acara “Bedah Musik Kebangsaan” yang diselenggarakan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Palu (18/10/2023).
“Jurusnya kami waktu itu jualan kaos band pakai sistem todong. Kami paksa teman-teman terdekat supaya mau beli merchandise-nya torang. Kalau mereka beli, artinya mereka support keberlangsungan band ini. Soalnya hasil penjualan kaos itu kami putar lagi untuk ba rekam lagu bahkan mengadakan tur,” ujar Yoga.
Indra Dharma Inta, vokalis merangkap bassis band Temperament Navigasi yang berbasis di Tentena, Poso, saat kami temui di tempat terpisah mengamini perkataan Yoga.
Kepada Tutura.Id yang menemuinya di tengah berlangsungnya edisi kedua Festival Titik Temu (20-21/10), Quwo, sapaan akrabnya, menyebut penjualan merch walaupun tak terlalu besar cukup membantu kebutuhan-kebutuhan di dalam band.
“Benefitnya jualan merch itu lumayan besar untuk kami. Untungnya biasa kami simpan untuk produksi lagu. Sisanya untuk keperluannya personel Sejuk Sendu dalam bermusik tentunya”, tutur Andiqu, vokalis Sejuk Sendu.
Apa yang dilontarkan deretan musisi tadi benar adanya. Pembuktian dari slogan “Support your local band” salah satunya dengan membeli rilisan asli band, mulai dari album hingga merch.
Sebenarnya merch bisa hadir dalam beragam rupa, mulai dari kaos, hoodie, bandana, pin, stiker, tumbler, topi, tas, bahkan sepatu. Semua tergantung kesanggupan band bersangkutan hendak memproduksi barang apa. Tak lupa kejelian dalam melihat potensi bisnis merch tersebut laku atau tidak di pasaran.
Kelompok Scarhead Barricade yang belum lama ini merilis album Nakana di bawah naungan HBF Studio, misalnya. Tak hanya menjual kaos dan topi, band ini juga menjajakan asbak, gantungan kunci, sendok, dan kopi yang bekerja sama dengan pihak lain dalam pembuatannya.
Dus, tercipta kolaborasi di sana dalam produksi merchandise band. Sebagaimana diungkapkan Kukuh Ramadhan dari pihak HBF Studio, jika aneka merch Scarhead Barricade laku, Ramporame Craft dan Sebati Kopi selaku mitra dalam memproduksi merch tadi bisa terus berproduksi.
Kelompok Sejuk Sendu melalui pengakuan Diqu, sapaan akrab sang vokalis, sebenarnya terpikir untuk merilis merch yang tidak biasa; bikin kaos kaki. Sebuah ide yang unik. Harga sepasang kaos kaki juga tak semahal kaos alias baju sehingga ongkos produksinya tak menggerus isi kantong terlalu dalam.
“Untuk sekarang, kami lagi produksi flashdisk yang isinya materi dari mini album Awan dalam Buku. Nanti itu dikemas dalam amplop kecil berisi buklet dan sticker pack,” tambah Diqu.
View this post on Instagram
Kebanyakan band Palu membanderol merch mereka pada rentang harga Rp100-300 ribu. Menjual kaos dengan desain artwork album atau single masih jadi pilihan terdepan. Oleh karena itu, peluncurannya kerap bersamaan dengan perilisan sebuah lagu atau album baru. Sebagai awalan, mereka biasanya mencetak satu hingga dua lusin kaos.
Seiring waktu, segelintir band juga sudah tak ragu lagi mencetak desain kaos baru jika hendak manggung dalam sebuah acara. Semacam kaos edisi tur atau konser seperti kebanyakan band-band ternama dunia.
Paling terbaru dilakukan kelompok Sejuk Sendu. Dalam rangka menyambut penampilan perdana mereka di festival musik Rock in Celebes di Makassar (28-29/10), unit pengusung folk pop ini merilis kaos khusus dengan tema “Berarus Menuju Selatan”.
Kata berarus terangkut dari penggalan judul lagu mereka, “Rias Berarus”. Sementara selatan merujuk Provinsi Sulawesi Selatan yang notabene beribu kota di Makassar. Perkara desain dikerjakan oleh Naldi Cante.
Momen penjualan kaos spesial tersebut berlangsung saat penyelenggaraan edisi kedua Festival Titik Temu (20-21/10). Tak perlu menunggu lama, semua kaos mereka nyatakan terjual habis alias sold out.
Diqu berujar momen saat manggung dalam sebuah acara cukup efektif dalam menjajakan merch. Pun demikian, kanal penjualan paling efektif sejauh ini masih via media sosial Instagram lantaran cakupannya lebih luas.
“Kalau di event biasanya kurang. Mungkin karena orangnya itu-itu saja. Jadi, biasanya merch itu banyak yang beli lewat medsos. Pesanan bahkan datang dari Pulau Jawa dan Bali.,” tutur Quwo dari Temperament Navigasi.
Temperamen Navigasi bahkan punya unit khusus yang mengurusi perihal merch band. Namanya Navigator Merch. Segala bentuk pra-pesan dan penjualan berlangsung secara daring melalui Instagram.
View this post on Instagram
Perihal desain untuk merch, terutama kaos, selain menggunakan jasa pihak luar sebagai ilustrator, tak jarang juga dikerjakan sendiri oleh personel band bersangkutan. Ini tentu bisa menekan bujet.
Sentimental Kampung Halaman asal Poso termasuk dalam kategori ini. Rial Pakamundi sang vokalis mengaku mendesain sendiri kaos bandnya.
“Awal saya cetak merch ini waktu kami jadi pembuka konsernya Iwan Fals di Poso (6 Agustus 2022, red.). Karena teman-teman ada yang tahu kalau saya punya band, jadi dorang ingin merch begitu,” imbuh Rial.
Duo yang telah merilis mini album bertajuk Jelata Kaya ini berencana kembali merilis merch sebagai media promosi mini album kedua mereka nanti.
Band Galahero asal Ampana juga memandang pentingnya kehadiran merch untuk promosi. Hanya saja, unit pengusung pop punk ini belum berani memproduksi kaos dengan jumlah yang besar.
“Mungkin nanti ke depannya kami akan cetak massal. Sekalian dengan rilis album untuk promosi begitu. Soalnya hasil dari penjualan merch ini luar biasa membantu. Biasanya kami pergunakan untuk keperluan manggung,” jelas Indra, vokalis dan bassis Galahero.
View this post on Instagram
Selain menjual sendiri barang dagangan band melalui akun medsos atau di tempat mengisi acara, opsi lain yang sebenarnya bisa dilakukan untuk meluaskan distribusi adalah melalui sistem titip jual di toko-toko baju alias clothing store.
Enin Store yang berlokasi di Jalan Pramuka, Besusu Timur dan Jalan Mohammad Hatta, Lolu Utara, termasuk yang mengakomodir model kerja sama tersebut.
“Kalau yang titip jual biasanya dari mereka (band, red) produksinya. Sekitar 1-2 lusin yang dijual di toko kami. Pembagian hasilnya 20% untuk potongan toko,” ujar Ahmad Nugraha, pemilik Enin Store, saat dihubungi Tutura.Id via WhatsApp (24/10).
Laiknya toko-toko yang menjual segala kebutuhan fesyen remaja, Enin Store tak jarang memproduksi langsung merch band-band di Palu dalam bentuk kolaborasi. Beberapa di antaranya KB18, Later Smill, dan Gandhi.
Berdasarkan pengalaman Uga, demikian sapaan akrab Nugraha, jenis merch yang laku terjual di Enin Store biasanya kaos berhias artwork. Maka ia berani mengatakan bahwa potensi bisnis memproduksi merch band di Palu sebenarnya amat menjanjikan karena peminatnya banyak.
Andi Baso Djaya turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
merchandise barang dagangan band musik bisnis fesyen Temperament Navigasi Sejuk Sendu Sentimental Kampung Halaman Galahero Enin Store