Sosok calon wakil presiden (cawapres) bisa jadi penentu kemenangan dalam perjalanan menuju Pemilu 2024. Cawapres tak lagi dipandang sebagai pelengkap bagi calon presiden (capres). Sebaliknya, sosok cawapres bisa jadi determinan politik; penyumbang suara yang bisa memperluas basis dukungan.
Posisi itu kian penting, bila mengingat tiga tokoh potensial pada pos capres juga tak kunjung menunjukkan posisi aman. Ganjar Pranowo, tokoh terkuat dalam pelbagai survei, elektabilitasnya paling tinggi berkisar di angka 25-27 persen. Sedangkan Dua kandidat capres lainnya, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan, terus berkutat di angka belasan persen.
Secara umum, pelbagai survei menunjukkan empat nama terkuat dalam bursa cawapres yakni Erick Thohir, Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Sandiaga Uno. Hanya posisi urutan dan persentase elektabilitas yang berbeda-beda.
Beberapa tokoh lain yang sering disebut dalam bursa cawapres ialah Puan Maharani, Andika Perkasa, Airlangga Hartarto, Yenny Wahid, dan Khofifah Indar Parawangsa. Catatan lain, sejumlah lembaga survei juga masih melakukan simulasi bila Ganjar, Prabowo, dan Anies dijadikan cawapres.
Riset Survei dan Polling Indonesia (SPIN) menunjukkan bahwa Ridwan Kamil dan Erick Thohir bersaing ketat. Kang Emil berada di posisi pertama dengan nilai keterpilihan mencapai 17,2 persen. Erick Thohir menyusul di posisi kedua dengan elektabilitas 17,1 persen.
Tokoh populer lain yang juga masuk dalam simulasi cawapres SPIN ialah Ganjar Pranowo (13,4 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (10,7 persen), dan Airlangga Hartarto (2,8 persen). Survei tersebut melibatkan 1.230 responden dari 34 provinsi, dengan margin of error 2,8 persen, dan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei ini berlangsung selama periode 3–13 Februari 2023.
Situasi agak berbeda termaktub dalam survei Litbang Kompas, yang menempatkan nama Sandiaga Uno (12,4 persen) sebagai kandidat cawapres paling perkasa. Pada posisi lanjutan beredar nama Ridwan Kamil (10,1 persen), Anies Baswedan (6 persen), Ganjar Pranowo (5,9 persen), Prabowo Subianto (3,8 persen), dan Agus Harimurti Yudhoyono (,7 persen).
Adapun survei Litbang Kompas melibatkan 1.202 responden dari 38 provinsi. Klaim tingkat kepercayaannya mencapai 95 persen, dan margin of error 2,83 persen.
Ganjalan bagi kandidat cawapres
Setahun jelang Pemilu 2024, roda politik kian cepat berputar. Arahnya yang dinamis membuka pelbagai kemungkinan. Begitu pula dengan posisi politik masing-masing tokoh yang mulai disebut sebagai kandidat cawapres. Para tokoh ini juga terkesan hati-hati, tak berani lempar sesumbar di ujung lidah.
Erick Thohir, misalnya, mengatakan bahwa dirinya masih berfokus pada pembenahan dunia sepak bola tanah air. Menteri Badan Usaha Milik Negara itu memang baru dapat posisi baru sebagai Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
“Saya mau melanjutkan transformasi sepak bola. Ini paling penting. Tingginya hasil survei itu, tak menandakan individu bisa mencalonkan. Karena sistem Pilpres di Indonesia mensyaratkan ambang batas 20 persen,” ujar Erick Thohir, dikutip detik.com, dari momen peresmian gedung Graha PENA’98 di Menteng, Jakarta Pusat (19/2/2023).
Padahal, sejauh ini, sinyal dukungan untuk Erick sudah menguat. Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Amanat Nasional (PAN) sudah menyatakan kesiapan mengusungnya sebagai pendamping Ganjar Pranowo.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil juga enggan bicara soal kansnya menjadi cawapres. Ia mengaku sedang fokus menjalankan amanat barunya sebagai wakil ketua bidang penggalangan pemilih di Partai Golkar.
“Saya sedang fokus mengajak generasi Z dan milenial untuk bergabung dengan Partai Golkar, membawa narasi perubahan,” ujar mantan wali kota Bandung dua periode itu, seperti dikutip CNN Indonesia (31/1/2023).
Politisi yang karib disapa Kang Emil itu juga terganjal dengan kenyataan politik bahwa Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto sudah lebih dulu mendeklarasikan diri untuk bertarung pada Pilpres 2024.
Adapun posisi Sandiaga Uno agaknya terbelah di antara dua kemungkinan. Ia bisa jadi pendamping Prabowo atau Anies.
Posisinya sebagai kader Partai Gerindra membuat Sandiaga perlu mempertimbangkan suara Prabowo--sebagai "pemilik saham" terbesar di partai berlambang Garuda Emas itu. Bila Sandiaga kembali berduet dengan Prabowo, pasangan ini punya modal besar yakni 44,5 persen suara dari Pilpres 2019.
Di sisi lain, ada pula kerinduan sebagian warga untuk mengulang kejayaan Anies-Sandi pada Pilgub DKI Jakarta 2017. Hal itu terlihat dalam survei Litbang Kompas. Sandiaga paling moncer saat dipasangkan dengan Anies (14,9 persen); dibandingkan dengan Prabowo (13,5 persen).
Partai Keadlian Sejahtera (PKS) juga sudah berulang kali menyatakan minatnya untuk memajukan Sandiaga sebagai pendamping Anies. Namun Sandiaga tetap terdengar hati-hati menanggapi arus dukungan.
"Dunia politik itu dinamis ya, tapi sekarang ini kan tentunya dalam kontestasi demokrasi yang sudah memasuki tahapan selanjutnya, partai politik mulai menyiapkan dan aspirasi-aspirasi itu bisa tentunya kita apresiasi,” ucap Sandi, dilansir iNews (3/3/2022).
Jalan Agus Harimurti Yudhoyono menuju kompetisi politik 2024 di atas kertas terlihat lebih memungkinkan. Dengan status sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, AHY lebih leluasa untuk menentukan arah politik.
Problemnya, Partai Demokrat seolah terjebak dalam lingkaran negosiasi alot dalam Koalisi Perubahan--yang juga beranggotakan Partai NasDem dan PKS. Sejauh ini, ketiga partai sudah sepakat mengusung Anies sebagai capres. Namun kesepahaman tak kunjung tercapai saat membicarakan sosok cawapres.
Meski begitu, belakangan, Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh mulai kasih sinyal dukungan kepada AHY untuk maju sebagai kandidat cawapres. Bila sinyal itu benar adanya, AHY dan Partai Demokrat hanya perlu meyakinkan PKS guna melabuhkan dukungan.
partai politik pemilu pilpres anies baswedan prabowo subianto ganjar pranowo sandiaga uno erick thohir ridwan kamil survei ahy agus harimurti yudhoyono