Cuaca panas yang terjadi belakangan ini sekali lagi mengingatkan kita tentang pentingnya fungsi pepohonan.
Bukan sekadar jadi payung yang menghalau terik matahari, tapi lebih luas lagi untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
Bagi warga perkotaan yang udaranya sudah terkontaminasi emisi, rimbun pepohonan atau aneka tanaman berdaya meningkatkan kualitas udara yang diperlukan tiap bernapas.
Pada umumnya, semua tumbuhan memiliki kemampuan menyerap karbon dioksida yang terbuang dari hasil pembakaran bahan bakar fosil. Namun, besaran hasil penyerapannya bervariasi.
Oleh karena itu, Undang-Undang No.26 Tahun 2007 mewajibkan tersedianya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah perkotaan. Luasnya minimal 30% dari keseluruhan area kota.
Sesuai namanya, kawasan ini harus berisi pepohonan yang salah satu fungsinya mengurangi tingkat pencemaran udara dari polutan.
Sementara untuk kawasan rumah pribadi warga, Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu kasih saran menanam buah-buahan produktif yang hasilnya sehat pula untuk dikonsumsi.
Agar tidak menubruk bangunan, penting untuk mengetahui metode tanam. Semisal mencermati jarak tanam antara bangunan dan pohon.
Lantas apa saja jenis tanaman peneduh dan pohon produktif yang bisa jadi pilihan tanam di pekarangan rumah maupun kawasan perkotaan? Berikut kami pilihkan beberapa.
Ketapang Kencana
Pohon yang berasal dari Madagaskar ini punya ranting yang menghampar dan bertingkat. Daun-daunnya kecil bergerombol membentuk payung dan bisa melindungi tanaman yang ada di bawahnya.
Bentuk dahannya yang bercabang berfungsi sebagai penyaring sinar matahari. Alhasil kulit tidak langsung terpapar radiasi sinar ultraviolet.
Tanaman ini menjadi pohon yang banyak terdapat di taman kota atau RTH. Tak jarang pula tumbuh di kompleks perumahan rumah.
Trembesi
Pohon perindang satu ini biasanya hadir di sepanjang jalan. Punya nama lain pohon hujan alias Ki Hujan. Rentangan cabangnya bisa sepanjang hingga lebih dari 15 meter. Daya serap karbonnya mencapai 23 ton per tahun.
Tak hanya sebagai penyerap karbon, bentuk pohon trembesi dari daunnya yang rindang memiliki efek teduh. Suhu udara di bawah kanopi pohon trembesi lebih sejuk 3°C- 5°C dibandingkan tanpa naungan pohon trembesi.
Kelor
Tanaman yang dinobatkan sebagai the mircale tree oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ini juga efektif menyerap karbon dioksida.
Hasil penelitian di Jepang pada 2016 mengungkap tanaman kelor mampu menyerap karbon hingga 50 kali lebih tinggi dibandingkan pohon cedar Jepang dan 20 kali lipat dari vegetasi umumnya di Jepang.
Orang Palu biasa menanamnya di pekarangan rumah karena dimanfaatkan untuk sayur. Buah, daun, dan biji kelor bisa menurunkan kolesterol, menyeimbangkan gula darah, dan meredakan masalah kesehatan lainnya.
Mangga
Pohon mangga selain produktif menghasilkan buah yang sehat dikonsumsi, juga bisa dimanfaatkan sebagai penyejuk rumah. Tempat berteduh dari cuaca panas.
Akar dan batang pohon mangga sangat kokoh tanpa merusak pondasi atau tanah karena merambat ke bawah alih-alih ke samping.
Berdasarkan hasil penelitian, pohon mangga dapat menyerap 455 kilogram karbon dioksida dalam setahun. Jumlah ini setara dengan emisi yang dihasilkan mobil yang berjalan sejauh 1.685 kilometer.
Kersen
Bentuk buahnya kecil dan berwarna merah terlihat seperti ceri. Tanaman peneduh yang tingginya bisa mencapai enam meter ini tergolong buah nonmusiman. Pohonnya berbuah sepanjang tahun. Rasanya manis. Kerap jadi santapan burung.
Tak susah menamam pohon kersen sebab bisa tumbuh di mana saja Perawatannya juga mudah. Daunnya yang terdiri empat jenis warna; hijau muda, hijau tua pekat, kuning, dan cokelat cocok untuk menambah estetika pekarangan rumah.
Laju penyerapan karbon pohon ini rata-rata 23,92 mikromol per liter/m2/detik. Cocok untuk mengisi RTH di perkotaan.
Pohon Kiara Payung
Salah satu dari sekian banyak tanaman peneduh yang menjadi favorit masyarakat saat ini. Memiliki karakteristik daun yang lebat berwarna hijau tua. Batangnya sangat keras dan kuat sehingga mampu bertahan dari terpaan angin kencang.
Kiara payung dapat berfungsi sebagai pengarah angin, penyaring udara, meredam suara, mencegah erosi, pelindung dari sengatan matahari, serta bernilai estetika secara visual. Daya serap karbonnya mencapai 404,83 kilogram/tahun.
pohon tumbuhan tanaman ruang terbuka hijau dinas lingkungan hidup emisi karbon polusi perkotaan kompleks perumahan kesehatan ekosistem pemanasan global