Film Jagat Arwah mengisahkan keberadaan batu jagat yang dipercaya secara turun temurun dapat menjaga keseimbangan dua dunia; dunia arwah dan dunia manusia.
Untuk mewujudkan hal itu, maka keberadaan batu jagat harus dijaga oleh keturunan Wangsa Aditya yang murni dan terpilih. Sosok pilihan tersebut jatuh kepada Raga (diperankan Ari Irham), seorang remaja dengan impian besar ingin menjadi musisi terkenal. Kematian ayahnya, Sukmo (Kiki Narendra), yang terjadi secara mendadak dan mencurigakan mendorongnya untuk menelusuri kehidupannya yang penuh hal mistis.
Ternyata ia merupakan keturunan penyeimbang Jagat Arwah sekaligus Jagat Manusia yang bergelar Aditya ke-7. Mimpi jadi anak band terkenal harus ia pertaruhkan demi melanggengkan tradisi keluarganya.
Dibantu pamannya, Jaya (Oka Antara), Raga berusaha mengendalikan kekuatan di dalam dirinya dan membawanya bertemu arwah-arwah di sepanjang perjalanan; sedulur papat limo pancer alias teman gaib yang selalu menemani manusia sejak lahir hingga meninggal.
Apresiasi patut diberikan kepada Visinema Pictures. Rumah produksi yang sebelumnya menuai sukses lewat Mencuri Raden Saleh (lebih 2,3 juta penonton) menyuguhkan sebuah film horor dengan pendekatan berbeda dengan film bergenre sejenis yang beredar kebanyakan. Judulnya juga terasa ear-catchy.
Tema horor dalam Jagat Arwah berbalut pendekatan fantasi supranatural, petualangan, dan tambahan adegan aksi laga. Jadi, lebih dari sekadar memborbardir penonton dengan penampakan setan atau hantu. Sesuatu yang jarang menjadi pilihan oleh para sineas.
Alhasil kehadiran Jagat Arwah semacam memberikan nafas baru dan opsi kepada para pencinta genre film seram.
Ruben Adrian selaku sutradara sekaligus penulis skenario—ditemani M. Rino Sarjono dan Mike Wiluan—mengangkut pula elemen mitologi dan budaya Jawa dalam film ini.
Para karakter utamanya tetap menampilkan sosok yang sudah populer di kalangan pencinta film, sebut misal tokoh koboi, genderuwo, kuntilanak, dan Noni Belanda.
Namun, berbagai karakter tersebut ditampilkan dengan kemasan yang lebih modern dan tidak melulu hadir menyeramkan. Semacam yōkai dalam anime Jepang yang ditampilkan lebih warna-warni.
Jika genderuwo dalam film-film lain kerap digambarkan laiknya raksasa dipenuhi rambut lebat menutupi sekujur tubuh, mata merah, dan warna kulit legam, maka Jagat Arwah lewat penampilan aktor Ganindra Bimo memodifikasinya dengan tampilan kasual dan modern. Postur tubuhnya atletis, menggunakan celana jeans, dan bersepatu Docmart.
Sheila Dara yang kebagian peran sebagai Kuntilanak memang tetap hadir dalam balutan kostum serba putih, tapi sangat modis. Model rambutnya sebahu. Ada tambahan aksen kepang tempel.
Lain lagi penampilan Cinta Laura Kiehl sebagai Nonik. Tokoh yang semasa hidupnya dikisahkan bekerja sebagai suster saat masa penjajahan Belanda ini hadir dalam balutan kostum serba hitam dan memakai topi. Elegan sekaligus misterius.
Berangkat dari tampilan visual para tokoh utama yang demikian, ekspektasi awal ketika menyaksikan film ini adalah sebuah sajian horor yang tidak melulu suram.
Adegan pembuka yang menampilkan asal-usul batu jagat disertai riwayat Wangsa Aditya hadir menggunakan teknik animasi. Keterlibatan Dreamcatchers Studio yang menangani bagian efek Computer-Generated Imagery (CGI) secara umum patut dipujikan. Rapi dan halus.
Pemilihan lokasi juga memanjakan mata. Sepanjang 107 menit durasi film penonton disuguhkan pemandangan desa di kaki gunung bernuansa asri khas pedalaman Jawa.
Sungguh disayangkan segala potensi tersebut tidak mampu menghindarkan film ini dari klise yang banyak diterapkan dalam film. Formulaik. Adegan pamungkas juga berakhir antiklimaks. Kurang greget.