Giat lansia tetap produktif dan berdaya dalam kehidupan sosial
Penulis: Juenita Vanka | Publikasi: 29 Mei 2023 - 19:09
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Giat lansia tetap produktif dan berdaya dalam kehidupan sosial
Program Khatam Al-Quran untuk lansia yang rutin berlangsung di Yayasan Ar-Rahman, Palu (Foto: Juenita Vanka/Tutura.Id)

Saat aku lanjut usia

Saat ragaku terasa tua

Tetaplah kau slalu di sini

Menemani aku bernyanyi.

Petikan bait di atas berasal dari lagu “Saat Aku Lanjut Usia” milik kelompok Sheila on 7. Konsep lansia menurut WHO dan UU No. 13 Tahun 1998 adalah penduduk berusia 60 tahun ke atas.

Sayangnya tak semua orang bisa menghabiskan masa tuanya ditemani orang-orang tercinta.

Pun hidup di tengah kondisi yang mapan lagi sejahtera. Segala kebutuhan dan keperluan ada yang mengurusi. Istilahnya menjalani usia tua dengan ongkang-ongkang kaki.

Banyak lansia yang hidupnya sebatang kara tanpa sanak-famili yang mengurusi. Berusaha tetap produktif dan mandiri demi bisa bertahan hidup.

Alhasil terkadang lansia melakukan pekerjaan yang tak sesuai dengan kondisi fisiknya. Ada lagi golongan lansia tidak potensial yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Padahal UU No. 13/1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia telah mengatur bahwa pemerintah, masyarakat, dan keluarga bertanggungjawab atas terwujudnya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.

Hari Lanjut Usia Nasional yang diperingati saban 29 Mei juga kerap menitikberatkan kesejahteraan lansia sebagai tema. Untuk tahun ini, Dinas Sosial mengusung tema “Lansia Terawat, Indonesia Bermartabat.”

Qorarti Dini Maharani yang menjabat Kepala Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Dinas Sosial Kota Palu, menuturkan bahwa upaya yang dilakukan instansinya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial lansia adalah memberikan bantuan dasar seperti layanan kesehatan dan dokumen kependudukan.

“Karena biasanya lansia beranggapan kalau dokumen kependudukan tidak terlalu penting untuk mereka. Padahal dengan dokumen itu mereka dapat mengakses bantuan-bantuan yang manfaatnya untuk mereka juga,” terang Qorarti saat ditemui Tutura.Id (26/5/2023).

Apa dimaksudkan Qorarti tadi meliputi Bantuan Sosial (Bansos) dan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

Selama ini Dinsos Kota Palu juga bermitra dengan beberapa yayasan yang memiliki panti jompo atau rumah perlindungan lansia, yaitu Yayasan Ar-Rahman, Al-Kautsar, dan Al-Ikhlas.

Ilustrasi salah satu aktivitas yang berlangsung di panti jompo agar para lansia tetap produktif (Sumber: pekalongankota.go.id)

Menengok aktivitas lansia di Yayasan Ar-Rahman

Merujuk data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk Sulteng sebanyak 3,03 juta jiwa pada Juni 2021. Sebanyak 151,44 ribu jiwa alias 4,99% orang merupakan kelompok lansia.

Diproyeksikan jumlah penduduk lansia di Sulteng makin bertambah tiap tahunnya. Kecenderungan serupa juga terjadi jika melihat angka lansia yang bertatus tinggal sendiri.

Badan Pusat Statistik Prov. Sulteng (2022), menyebut pada tahun 2020, sebanyak 7,44% penduduk lansia di wilayah ini berstatus tinggal sendiri, lebih tinggi dibandingkan tahun 2019 yang tercatat 5,44%.

Kondisi tersebut dikhawatirkan berisiko membuat lansia tidak terlindungi, cenderung miskin, dan memiliki pola makan yang kurang baik sehingga berpengaruh terhadap kesehatannya.

Hadirnya panti jompo, rumah perlindungan lansia, atau apa pun sebutannya, dimaksudkan meminimalisir risiko tersebut. Sekaligus bukti peran negara dalam menyejahterakan lansia sesuai amanat undang-undang.

Salah satu yayasan yang menyediakan rumah singgah untuk merawat kelompok baby boomer ini adalah Ar-Rahman. Lokasinya di Jalan Sungai Manonda, Tatanga, Palu. Selain lansia, yayasan yang berdiri sejak 2009 ini juga menampung anak yatim piatu.

Kebetulan saat Tutura.Id melawat ke yayasan tersebut, Minggu (28/5) petang, Ustaz Irwandi selaku pengelola yayasan memberi informasi bakal ada kegiatan khatam Quran untuk lansia.

Ini salah satu program rutin yang dilaksanakan setiap bulan untuk mendorong para lansia lebih produktif dan mempertebal keimanan.

Ada juga program serupa yang berlangsung saban pekan. Biasanya diikuti sekitar lima kelompok yang mencicil bacaan Al-Quran tiap juz.

Saat itu ada sekitar 81 orang lansia yang telah duduk memenuhi masjid. Kebanyakan mereka adalah lansia nonpanti. Artinya tidak tinggal dan menjadi tanggungan Yayasan Ar-Rahman.

Program rutin lain untuk lansia di Yayasan Ar-Rahman juga mencakup bidang kesehatan. Setiap Jumat, sekira pukul 06.00 WITA, dilaksanakan senam kebugaran. Tempatnya di sekretariat Yayasan Ar-Rahman yang jaraknya tak jauh dari kompleks panti.

Ada lagi program wisata religi berjamaah yang diikuti lansia panti dan nonpanti. Target mereka melaksanakan umroh tahun depan. Ongkos keberangkatan berasal dari uang patungan.

Para lansia yang terdaftar di yayasan juga memiliki program kemanusiaan. Mereka menamakannya gerakan 1000. Jadi setiap pertemuan mereka akan mengumpulkan Rp1000 atau lebih dengan target yang sudah ditentukan untuk mendanai bedah rumah bagi orang-orang yang mereka anggap layak menerima.

“Kami juga bukan orang yang mampu, tapi menyisihkan sebagian dari kepunyaan kami tentu saja bukan hal yang merugikan,” ungkap Hj. Katty Pandegirot, salah satu perwakilan kelompok lansia nonpanti di Yayasan Ar-Rahman. 

Pembagian beras untuk para lansia yang berhasil khatam Al-Quran di Yayasan Ar-Rahman (Foto: Juenita Vanka/Tutura.Id)

Cara memenuhi segala keperluan penghuni panti

Menurut ustaz Irwandi, saat ini tersisa empat orang lansia yang tinggal di Yayasan Ar-Rahman. Beberapa lainnya telah wafat.

“Ada juga beberapa lansia di tempat kami yang lain. Kalau di sini mereka diberikan bantuan berupa dana dari pemerintah untuk uang makan hariannya saja. Selebihnya yayasan yang bergerak memberi bantuan,” ungkap Irwandi.

Contohnya pemberian bantuan beras untuk lansia yang berhasil menamatkan bacaannya dalam program Khatam Al-Quran sore itu. Dananya murni berasal dari kocek yayasan.

Jamal Suele selaku Humas Yayasan Ar-Rahman menyebut mereka berusaha memenuhi sendiri segala kebutuhan lansia dan penghuni panti lainnya. Dengan atau tanpa bantuan pemerintah.

“Kalau di sini, semuanya kami kerjakan sendiri. Sebagian dari hasil usaha ternak panti kami pakai untuk keperluan penghuni yayasan. Ada juga donatur yang setia memberikan bantuan. Kami juga punya ambulans sendiri. Intinya hampir semua kami kerjakan secara independen,” imbuh Jamal.

Pun demikian, Jamal tetap berharap sumbangsih pemerintah sesuai UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
2
Jatuh cinta
1
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Masalah peminta-minta di Palu; benarkah kita terlalu dermawan?
Masalah peminta-minta di Palu; benarkah kita terlalu dermawan?
Meski sudah ada Perda yang mengatur, peminta-minta dan pengharap sumbangan liar masih banyak berkeliaran di…
TUTURA.ID - Petani milenial untuk membangun masa depan pertanian yang berkelanjutan
Petani milenial untuk membangun masa depan pertanian yang berkelanjutan
Perluasan pengetahuan dan penerapan teknologi menjadi kunci untuk melangkah maju dan menjawab tantangan krisis pangan.
TUTURA.ID - Festival Lestari 2023 jadi tempat promosi potensi agrobisnis di Sigi
Festival Lestari 2023 jadi tempat promosi potensi agrobisnis di Sigi
Pemkab Sigi terus menggenjot potensi pasar agrobisnis agar makin beroleh tempat saat pelaksanaan Festival Lestari…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng