Hal penting di balik drama Elon Musk akuisisi Twitter
Penulis: Muammar Fikrie | Publikasi: 29 Oktober 2022 - 15:52
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Hal penting di balik drama Elon Musk akuisisi Twitter
Elon Musk mengakuisisi Twitter senilai Rp683 triliun. - Foto: Sergei Elagin/Shutterstock.com

Elon Musk, orang terkaya di dunia versi Bloomberg dan Forbes, resmi jadi pemilik Twitter setelah 10 bulan tarik-ulur akuisisi penuh drama.

Musk borong saham Twitter. Total nilai akuisisi mencapai USD44 miliar atau sekitar Rp683 triliun.

“Si Burung telah dibebaskan,” begitu terjemahan bebas kicauan Musk menandai pembelian layanan mikroblog populer tersebut. Orang kaya tukang shitposting itu juga bakal bertindak sebagai direktur eksekutif sementara di Twitter. "Chief Twitter" demikian profil Musk di platform para pekicau itu.

Tutura.Id menyarikan beberapa poin penting seputar pencaplokan Twitter oleh Musk.

Twitter jadi perusahaan privat

Lewat akuisisi ini, Twitter berubah bentuk jadi perusahaan privat. Saham Twitter berhenti diperdagangkan di Bursa Efek New York terhitung pada Jumat pagi (28/10).

Para investor menjual saham mereka senilai USD54,20 per lembar kepada Si Pemilik Baru. Twitter selanjutnya akan tergabung dalam X Holdings, induk bisnis milik Musk. 

Status Twitter sebagai perusahaan privat ini menguntungkan bagi Musk. Perusahaan privat tak perlu kasih laporan publik per triwulan; tak seperti perusahaan publik yang wajib beri pertanggungjawaban tiap kuartal. Sebagai pemilik tunggal, Musk pun punya kuasa lebih atas perusahaan. 

“Dengan menjadikannya privat, Anda punya lebih banyak fleksibilitas,” kata Brian J.M. Quinn, profesor di Boston College Law School, seperti dilansir The New York Times.

Mungkin itulah keinginan Musk: fleksibilitas mengatur Twitter tanpa berbagi kepentingan dengan pemegang saham lain. Fleksibilitas yang bisa mengarah pada otoritarian.

Pemecatan brutal dan ancaman PHK

Pertanda otoriter langsung terasa. Tuan Musk sekonyong-konyong memecat para petinggi Twitter begitu proses akuisisi rampung. Reuters melukiskan pemutusan hubungan kerja ini sebagai “efisiensi nan brutal”.

Mereka yang dipecat dari Twitter antara lain Parag Agrawal (Direktur Eksekutif), Ned Segal (Direktur Keuangan), dan Vijaya Gadde (Kepala Bidang Hukum). Meski demikian, mereka cabut dari perusahaan dengan dompet tebal. Agrawal, misal, dapat kompensasi pemecatan hingga USD38,7 juta—lebih dari setengah triliun rupiah.

Adapun 7.500 karyawan di Twitter barangkali sedang harap-harap cemas atas nasib mereka. Pasalnya, seperti dilaporkan Washington Post, ada rencana memangkas jumlah pekerja hingga 75 persen. Konon proses PHK akan menyisakan sekitar 2.000 pekerja.

Jalan panjang dan sengkarut akuisisi

Musk mencaplok Twitter secara perlahan lewat perjalanan penuh drama sejak awal tahun. Drama berlangsung selama 10 bulan, penuh tarik ulur, kontroversi, hingga keruwetan aspek hukum.

Pada awal tahun, Musk mengaku punya 5 persen saham Twitter. Akhir Maret 2022, pemilik perusahaan roket Space X itu memulai kasak-kusuk dengan lempar rencana membangun alternatif untuk Twitter. Ia menyebut Si Burung tak berkomitmen pada kebebasan bependapat.

Twitter memang punya kebijakan mencabut (sementara atau permanen) akun-akun yang dianggap ofensif dan melanggar asas kebebasan berpendapat. Termasuk di antaranya akun milik Donald Trump yang dihapus permanen. Kicauan dari bekas presiden Amerika Serikat itu dianggap memicu kekerasan dalam Pemilu AS 2020. 

Sebaliknya, Musk beranggapan penghapusan itu melanggar kebebasan berpendapat. Sebagai pendukung radikal kebebasan berpendapat, Musk berjanji bakal mengembalikan Trump ke Twitter.

Pada 14 April 2022, untuk pertama kalinya Twitter mengakui bahwa Musk mengajukan akuisisi senilai USD44 miliar. Saat itu, Musk sudah berstatus pemilik saham mayoritas di Twitter dengan penguasaan 14,9 persen. Hartawan berusia 51 tahun itu juga sempat ditawarkan posisi dalam dewan direksi, tetapi belakangan menolaknya.

Lantaran negosiasi terasa buntu, para petinggi Twitter--yang tak ingin Musk masuk dalam perusahaan--memainkan kartu “poison pill”. Itu merupakan mekanisme bertahan dengan menaikkan harga saham agar calon pembeli berpikir dua kali.

Tarik ulur pun terjadi. Musk bilang bahwa dirinya batal beli Twitter. Namun, pada Juli 2022, bos perusahaan mobil listrik Tesla itu mengajukan tuntutan hukum. Ia tuding Twitter menyembunyikan angka akun palsu dalam layanan mereka. Twitter juga balas menuntut Musk untuk segera menyelesaikan proses transaksi. 

Pada 4 Oktober, Musk putar arah. Ia lempar tawaran akhir pada Twitter. Momen itu terjadi sehari sebelum persidangan. Ada tendensi Musk menghindari persidangan. Banyak pakar hukum meyakini bahwa Twitter akan menang dalam persidangan.

Twitter akhirnya menyatakan kesepakatan atas tawaran Musk. Pada 27 Oktober drama berakhir; Musk jadi pemilik Twitter; dan sejumlah ekskutif media sosial tersebut terdepak dari perusahaan.

Masa depan Twitter di bawah Musk

Media-media barat nan progresif merasa khawatir perihal masa depan Twitter di tangan Musk. Ketakutan paling utama ialah kembalinya akun-akun yang telah dihapus dan menodai kebebasan berpendapat. Atas nama free speech, besar kemungkinan  informasi keliru dan hoaks juga bisa meluas.

Musk merupakan pendukung free speech pada titik ekstrem. Ia disebut-sebut akan "menghargai" kebebasan berpendapat, betapa pun berpotensi jadi ujaran kebencian. Lantaran kecenderungan itu satu opini di The Guardian menyebut Musk sama sekali tak mengerti soal free speech.

Adapun situs teknologi, The Verge menyebut bahwa Musk bermimpi membuat “X, sebuah aplikasi untuk segalanya”. Akuisisi Twitter dinilai sebagai langkah awal untuk menciptakan super-apps termaksud. 

Konsep ini meniru WeChat di China. Perusahaan itu semula sekadar platform berbagi pesan. Kini bisnisnya berkembang jadi layanan pembayaran, gim, hingga transportasi daring.

Musk bilang tak ada yang seperti WeChat di luar China. “Jika kita dapat membuatnya dengan Twitter, kita akan sukses besar,” kata Musk, saat bicara di hadapan karyawan Twitter, Juli silam. 

Musk pun mengklaim bahwa niatnya mengambil alih Twitter bukanlah untuk menghasilkan uang. Di sisi lain, ia juga punya rencana mengenakan “sedikit biaya” bagi perusahaan dan pemerintah yang ingin pakai Twitter.

Mengatasi problem bot dan spam juga sering jadi retorika Musk. Ia juga hendak mengubah algoritme untuk menghindarkan echo chambers (bilik gema) dan memperbarui cara mengurasi konten yang akan disajikan kepada pengguna.

Meski begitu, ia belum memerinci bagaimana cara menangani masalah yang sudah jadi pekerjaan rumah Twitter sejak beberapa tahun belakangan tersebut.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
2
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Medsos: Panggung politik utama untuk menggaet pemilih muda
Medsos: Panggung politik utama untuk menggaet pemilih muda
Anak muda lebih suka mencerna gagasan dan informasi lewat medsos. Politisi tentu saja melirik medsos.…
TUTURA.ID - Efek penutupan sejumlah gerai Transmart, bagaimana di Palu?
Efek penutupan sejumlah gerai Transmart, bagaimana di Palu?
Persaingan bisnis ritel makin kompetitif. Transmart sepanjang 2021 hingga awal 2023 sudah menutup 39 gerai…
TUTURA.ID - Eksistensi warnet di Kota Palu dan kondisinya sekarang
Eksistensi warnet di Kota Palu dan kondisinya sekarang
Pernah ada suatu masa bisnis warnet bertebaran di Kota Palu. Mirip usaha warung serba Rp10…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng