Hari Berpelukan: Seperti diet dan olahraga, kita butuh pelukan demi kesehatan
Penulis: Robert Dwiantoro | Publikasi: 21 Januari 2023 - 19:19
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Hari Berpelukan: Seperti diet dan olahraga, kita butuh pelukan demi kesehatan
Perasaan cinta, keakraban, dan keintiman mendorong kita untuk memeluk anak-anak, orang tua, pasangan, dan teman-teman. (Foto: Shutterstock)

"Teringat masa kecilku. Kau peluk dan kau manja. Indahnya saat itu. Buatku melambung..."

Itu ialah bait pembuka dari lagu “Yang Terbaik Bagimu (Jangan Lupakan Ayah).”  Lagu ini didendangkan oleh Ada Band bersama Gita Gutawa.

Pelukan seolah-olah telah jadi kebutuhan manusia sejak lahir. Saat lahir, bayi butuh pelukan untuk menghangatkan tubuh. Pun guna meredam tangisan. Namun, betapa pun pentingnya sebuah dekapan, konon semakin dewasa seseorang, jumlah pelukan yang diterima pun kian berkurang.

Pelukan lazim terjadi secara spontan. Misal saat seseorang berpamitan untuk bepergian. Ia jadi bahasa tubuh untuk menunjukkan keengganan berpisah. Pada titik lain, pelukan jadi wujud kerinduan, ketika kita lama tak jumpa dengan seseorang nan penting dalam hidup. 

Pelukan juga acap kali terjadi dalam suasana haru. Dalam suasana dukacita, misalnya, ia jadi cara menunjukkan empati, atau berbagi beban. Ada kalanya pula pelukan menjadi ungkapan kegembiraan, seperti saat pemain sepak bola merayakan gol.

Meski kerap terjadi secara mendadak; tak jarang seseorang masih merasa malu saat berpelukan. Orang dewasa memang unik dan kadang sulit dimengerti. Banyak dari kita yang masih canggung atau sungkan untuk memeluk orang tua, atau saudara sendiri.

Situasi macam itulah yang membuat Kevin Zaborney, seorang warga negara bagian Michigan, Amerika Serikat, menggagas National Hugging Day. Ia tergugah lantaran melihat orang dewasa di Amerika Serikat sering merasa malu untuk menunjukkan perasaan di hadapan umum. 

Momen perayaannya pertama kali dilakukan pada 21 Januari 1986. Lalu mulai diperingati saban tahun. Momen itu dipilih lantaran berdekatan dengan Natal, Tahun Baru, dan Valentine alias Hari Kasih Sayang. 

Gagasan Zaborney itu meluas. Momen ini lantas dirayakan pula dengan skala berbeda-beda di beberapa negara lain, misalnya Kanada, Inggris, Australia, Jerman, dan Polandia. 

Sejak itu, beberapa orang dan pemberitaan media mulai menyebutnya sebagai Hari Berpelukan Sedunia. Meskipun tiada kesepakatan internasional atas hal tersebut.

Bila kalian masih ragu atau canggung buat berpelukan, simaklah manfaat pelukan berikut ini.

Segudang manfaat pelukan 

Psikolog klinis asal Palu, I Putu Ardika Yana, menjelaskan bahwa berpelukan punya segudang manfaat, salah satunya untuk meredakan stres. “Berpelukan itu menjadikan seseorang menjadi lebih rileks, damai, dan tenang,” kata Putu, saat inteviu bersama Tutura.Id, Jumat (20/1/2023).

Putu juga melukiskan pelukan sebagai wujud “kehadiran.” Semacam cara menunjukkan bahwa kita bisa merasakan perasaan yang sama dengan orang yang dipeluk.

Misalnya, dalam kedukaan. “Kalau ada orang meninggal, pelukan kepada orang yang ditinggalkan, menunjukkan kita hadir dalam suasana kebatinan mereka,” tuturnya.

Banyak riset yang menunjukkan bahwa pelukan bisa melepaskan hormon oksitosin sekaligus menurunkan tekanan darah. Adapun oksitosin kerap dijuluki sebagai hormon cinta. Live Science menulis bahwa oksitosin memainkan peran utama dalam relasi dan ikatan sosial.

Tiffany Field, Direktur Riset ihwal Sentuhan Manusia di University of Miami School of Medicine, mengatakan bahwa setiap orang membutuhkan pelukan harian. Porsinya dalam kesehatan, sama penting dengan diet dan olahraga. Namun bukan asal peluk. Kualitasnya juga penting.

"Seperti diet dan olahraga, Anda membutuhkan dosis pelukan harian nan stabil," kata Field. “Jika Anda mendapatkan pelukan tipis, itu tidak akan berhasil. Anda butuh pelukan yang hangat untuk merangsang pelepasan oksitosin.”

Contoh butterfly hug. (Foto: Shutterstock).

Pelukan alternatif

Putu juga mengisahkan pengalamannya kala melakukan aksi psikososial bagi penyintas bencana alam Padagimo, 28 September 2018 silam. “Karena tim kami terbatas, maka prakteknya adalah memeluk diri sendiri. Prinsipnya, tidak harus dua orang, tapi pelukannya,” katanya. 

Metode yang disebut Putu ialah butterfly hug. Bentuknya berupa menaruh dua tangan bersilangan sedikit di bawah pundak, seperti sayap kupu-kupu yang menguncup, dan mendekap tubuh. 

Butterfly hug dipercaya punya manfaat yang sama dengan pelukan antara dua orang. Metode ini dikembangkan oleh Lucina Artegas, saat menangani para penyintas Badai Pauline di Acapulco, Meksiko pada 1998.

Bila Anda tak punya pasangan untuk dipeluk dan jenuh pula dengan mendekap tubuh sendiri, sebaiknya dengarkan kesimpulan riset dari tiga sarjanawan asal Swedia ini. Mereka kasih saran untuk memelihara hewan peliharaan seperti kucing atau anjing. 

Riset yang dimuat dalam laman Frontiers itu menyimpulkan bahwa meringkuk dan mendekap anabul mungkin kurang lebih sama fungsinya dengan memeluk manusia. Saat bersentuhan dengan bulu-bulu hewan peliharaan, saraf sensorik kita akan bekerja, merilis hormon cinta, sekaligus menerbitkan perasaan senang lagi tenang. 

Jadi, kalian ingin memeluk siapa di hari ini?

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
2
Jatuh cinta
3
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Kios sampah di Kelurahan Balaroa terhenti akibat ketiadaan lahan
Kios sampah di Kelurahan Balaroa terhenti akibat ketiadaan lahan
Upaya pengelolaan sampah yang dilakukan warga Balaroa terpaksa berhenti karena ketiadaan lokasi tempat untuk mengepul…
TUTURA.ID - Pound fit jadi pilihan menghilangkan stres
Pound fit jadi pilihan menghilangkan stres
Olahraga yang termasuk kardio ini berkembang pesat beberapa tahun belakangan. Hadir di Palu sejak 2021.…
TUTURA.ID - Eksplorasi Rio Bouty di kolam gambar
Eksplorasi Rio Bouty di kolam gambar
Jika menggambar diibaratkan kolam luas, maka Rio Bouty akan selalu menjelajahinya tanpa henti demi mencoba…
TUTURA.ID - Anak kecanduan gawai, orang tua harus tak kalah pandai
Anak kecanduan gawai, orang tua harus tak kalah pandai
Anak umur 0-2 tahun memiliki risiko terganggu perkembangannya akibat kecanduan gawai. Orang tua diminta bersikap…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng