Inovasi menciptakan kaledo yang cepat saji dan praktis
Penulis: Denthamira Rahmandha Kusuma | Publikasi: 7 April 2023 - 15:10
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Inovasi menciptakan kaledo yang cepat saji dan praktis
Kaledo dipercaya sejak berabad silam telah jadi makanan khas Suku Kaili yang mendiami Lembah Palu (Foto: Shutterstock)

Salah satu warisan kekayaan nusantara adalah melimpahnya aneka kuliner tradisional. Masing-masing daerah memiliki cita rasa yang khas. Ada beberapa sajian antardaerah yang selintas mirip, namun berbeda dari segi rasa.

Kaledo termasuk dalam ragam tersebut. Sebagian orang meyakini penamaan makanan ini berasal dari akronim kaki lembu Donggala, kabupaten di Sulawesi Tengah yang jaraknya sekira 70 kilometer dari Kota Palu.

Sebagian lainnya menyebut akronim tersebut hanyalah cocokologi belaka. Kaledo menurut kubu yang lain terangkai dari dua kata dari bahasa Kaili, yaitu “ka” (keras) dan “ledo” (tidak). Pendeknya olahan masakannya tidak keras alias empuk.

Olahan makanan khas suku Kaili ini sekilas mirip dengan olahan sop sapi lain, semisal sop konro khas Sulawesi Selatan atau sop sekengkel yang ada di Aceh. Sama-sama menggunakan tulang sapi sebagai bahan baku utama.

Pembeda utamanya tentu bukan hanya pada nama, tapi juga rasa yang muncul dari pemilihan ragam bumbu.

Jika konro mengutamakan tulang iga sapi dengan guyuran kuah berwarna coklat kehitaman, olahan kaledo lebih mengutamakan sumsum yang berasal dari tulang kaki dengan kuah lebih bening. Sementara sop sekengkel memanfaatkan iga, kaki, dan bagian tulang sapi lainnya.

Warna bening kuah kaledo lantaran menggunakan bumbu lebih sederhana. Hanya perlu asam muda, cabe rawit, garam, dan jeruk nipis. Tempo dulu, ada tambahan penggunaan tava nusuka alias daun melinjo yang banyak tumbuh di lereng pegunungan Lembah Palu.

Rasanya menghasilkan perpaduan asam nan gurih. Untuk mendapatkan tekstur daging yang empuk, diperlukan waktu berjam-jam untuk merebus.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2017 silam telah menetapkan kaledo sebagai warisan budaya takbenda Indonesia.

Dus, bagi para pelancong yang baru pertama kali menjejaki Bumi Tadulako, seolah belum sahih rasanya jika tidak memberikan lidah kesempatan mencicipi nikmatnya kaledo. Ubi rebus bisa jadi pilihan makanan pendamping ketimbang nasi.

Petunjuk penyajian Kaledo Instan (Sumber: akun Instagram @kaledoinstan.plw)

Zaman kiwari beragam inovasi masakan kaledo sudah hadir memanjakan lidah, sebut misal bakso kuah kaledo, sop ubi kuah kaledo, dan binte kuah kaledo ikan asap.

Rupanya inovasi dari kaledo masih terus berlanjut. Kali ini penyajiannya lebih cepat saji. Namanya Kaledo Instan.

Inovasi ini dihadirkan Septianindi (20), Dian Septiawati (21), dan Nur Annisa (19) dari Program Studi Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Tadulako, saat mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Tingkat Nasional di Universitas Jambi tahun lalu.

Tim yang dibimbing langsung oleh dosen gizi Dr. I Made Tangkas, M.Kes. itu meraih gelar juara ketiga di kategori kewirausahaan.

Kaledo dalam bentuk kemasan bungkus akhirnya bisa dikembangkan menjadi produk cendera mata alias oleh-oleh yang serba praktis laiknya bawang goreng. Penyajiannya juga mudah dan cepat.

Dekan FKM Untad Prof. Dr. Nurdin, M.Si, M.Kes. mengungkapkan bahwa awal mula tercetusnya produk Kaledo Instan berawal dari penelitian untuk pencegahan stunting.

“Ternyata makanan khas suatu daerah memiliki kandungan yang memiliki peran besar dalam pemenuhan nutrisi ibu hamil dan peran pencegahan bayi yang dikandungnya mengalami stunting,” kata Prof. Dr. Nurdin.

Sumsung tulang sapi yang jadi bahan baku kaledo diketahui mengandung kalori dan lemak baik untuk meningkatkan fungsi otak. Pun terdapat sejumlah kecil nutrisi, seperti protein dan vitamin B12.

Hasil penelitian Lembaga Kawasan Sains dan Teknologi Institut Pertanian Bogor juga menyebut sumsum tulang sapi berpotensi mendukung pertumbuhan janin selama dalam kandungan.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Kaledo Instan (@kaledoinstan.plw)

Produk Kaledo Instan kemudian hadir lagi mengikuti Lomba Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), Agustus 2023. Dalam lomba tersebut, terjadi penambahan dua personel dalam tim seturut hadirnya Desika Winasti Imran (20) dan Indriani Purnama Putri (21).

Gagasan yang mereka usung tentang produk Kaledo Instan berhasil mendapatkan dukungan pendanaan sebesar Rp5,8 juta dari Kemenristekdikti RI.

Produk yang telah melewati uji coba dan penelitian ini merupakan hasil kolaborasi dan berkat dukungan banyak pihak, mulai dari kampus hingga dinas/lembaga dalam lingkup pemerintahan daerah.

Meskipun hadir dalam bentuk kemasan, cita rasa khas kaledo tidak berubah. Tekstur dagingnya dipertahankan awet empuknya. Kuahnya juga tetap gurih.

Pemesanan Kaledo Instan bisa melalui akun Instagram @kaledoinstan.plw. Satu kemasan dengan berat bersih 200 gram dipasarkan dengan harga Rp40 ribu.

“Harapan kami Kaledo Instan ini bisa berkembang besar. Dan untuk rencana ke depannya kami ingin membuat perusahaan serta bisa mempunyai rumah produksi sendiri,” ungkap Septianindi selaku ketua tim saat dihubungi Tutura.Id via WhatsApp (6/4/2023).

Dr. Muhammad Ryman Napirah, S.KM., M.Kes. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik FKM turut mendukung ikhtiar para mahasiswinya dalam berwirausaha.

“Kami memberikan akses seluas-luasnya kepada mahasiswa maupun dosen FKM Untad untuk berkreasi dan menghasilkan karya inovatif yang dapat bermanfaat bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan mengharumkan nama FKM Untad di tingkat lokal, nasional, maupun internasional,” ujar Dr. Muhammad Ryman.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
3
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Untad akan menindak akun kampus cantik
Untad akan menindak akun kampus cantik
Akun kampus cantik berseliweran di Untad. Aktivitasnya rawan eksploitasi perempuan. Konon Satgas PPKS Untad akan…
TUTURA.ID - BaSuara Vol.1 jadi album kompilasi sanggar seni mahasiswa pertama di Kota Palu
BaSuara Vol.1 jadi album kompilasi sanggar seni mahasiswa pertama di Kota Palu
Mengusung semangat mendokumentasikan karya-karya lagu milik sanggar seni yang ada di kampus, Hammer City Production…
TUTURA.ID - Memupuk militansi penutur Bahasa Kaili yang kian memudar
Memupuk militansi penutur Bahasa Kaili yang kian memudar
Kebanyakan to Kaili, terutama remaja, di Kota Palu merasa kurang bangga menggunakan Bahasa Kaili. Mereka…
TUTURA.ID - Mengurai benang kusut antara musisi lokal dengan penyelenggara acara
Mengurai benang kusut antara musisi lokal dengan penyelenggara acara
Musisi dan penyelenggara acara alias EO yang hidup berdampingan dalam ekosistem musik seharusnya saling menguntungkan.
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng