Harapan dan realita di kawasan wisata kuliner
Penulis: Syahrul Wardana | Publikasi: 30 Desember 2023 - 13:39
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Harapan dan realita di kawasan wisata kuliner
Tampak depan “Wisata Kuliner Teluk Tomini” yang diresmikan Wali Kota Palu Hadianto Rasyid pada 25 Februari 2023 (Foto: Syahrul Wardana/Tutura.Id)

Seorang pria berperawakan tegap yang mengenakan sweter merah dan celana puntung memasuki kawasan bertuliskan “Wisata Kuliner Teluk Tomini”, Kelurahan Lolu Utara, Kecamatan Palu Timur, mengendarai motor matik hitam.

Ia memelankan laju motornya dan kemudian berhenti di depan salah satu stan penjual pisang goreng.

Berselang beberapa menit, seorang pria lainnya datang turut mengantre. Mereka tak sabar ingin membeli pisang goreng panas yang baru saja diangkat dari wajan berisi minyak mendidih.

Warga sekitar menyebut keberadaan penjual pisang goreng tadi menjadi alasan masih dikunjunginya tempat itu oleh warga.

Kawasan "Wisata Kuliner Teluk Tomini" diresmikan Wali Kota Palu Hadianto Rasyid pada 25 Februari 2023.

Hadi, sapaan akrab Hadianto, dalam sambutannya menyebut pembukaan pusat kuliner tersebut merupakan upaya membantu pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Palu memutar roda ekonomi.

Sebelumnya pada Oktober 2022, Hadi juga telah meresmikan Pusat Kuliner Gunung Bosa yang jaraknya sekitar satu kilometer dari Jalan Teluk Tomini. Pengadaan satu lokasi khusus berjualan itu jadi bagian dari tanggung jawab sosial Perusahaan Listrik Negara Area Palu.

Menjadikan sebuah kawasan pusat jajanan atau niaga juga merupakan langkah penataan agar jejeran lapak pedagang kaki lima tampak jadi lebih elok, teratur, bersih, dan indah. Demikian yang diharapkan Pemerintah Kota Palu.

Faktor tersebut yang membuat Pemkot Palu kemudian membangun yang namanya Pusat Batu Akik Nangka Bening pada Maret 2023. Isinya 14 stan penjual batu akik yang sebelumnya menyebar tak beraturan di sepanjang Jalan Nangka hingga ke Jalan Datu Pamusu, Palu Barat.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Pemerintah Kota Palu (@palu.kota)

Terdorong rasa penasaran seperti apa rupa kawasan tersebut saat ini, saya kemudian mendatangi kembali kawasan "Wisata Kuliner Teluk Tomini", Jumat (29/12/2023) siang.

Letaknya persis di belakang kompleks gedung Radio Republik Indonesia Palu atau bersemuka dengan Jalan Gunung Sidole.

Terdapat gapura bertuliskan "Wisata Kuliner Teluk Tomini" menyambut di pintu masuk utama. Stan-stan untuk pedagang UMKM berderet memenuhi sisi kanan bahu jalan sepanjang 100 meter.

Saat saya tiba sekitar pukul 13.50 Wita, terlihat hanya ada tiga pedagang yang buka. Dua pedagang berjualan gorengan dan satunya penjual makanan berat bersama es kelapa muda.

Ketiga pedagang tidak menempati stan yang telah disediakan, tapi menghuni lapak terpisah walau masih di lokasi yang sama. Menurut keterangan Salim, 62 tahun, yang sehari-hari menjaga kawasan tersebut, awal November lalu baru saja dilakukan renovasi di stan-stan tersebut.

Ada penambahan atap kanopi dan pemasangan dinding. Sebagian pedagang tetap menjual dengan membangun pondok sementara di depan stan-stan yang direnovasi, sebagiannya lagi hingga sekarang belum kunjung berjualan.

Stan-stan di “Wisata Kuliner Teluk Tomini” yang telah rampung direnovasi, tapi belum kunjung ditempati para pedagang (Foto: Syahrul Wardana/Tutura.Id)

Alhasil suasana terlihat sunyi. Hanya ada tukang ojek daring yang tampak sedang mengaso. Mirisnya, satu stan yang menempati deretan paling pertama rusak. Berdasarkan info warga setempat, kerusakan diakibatkan serudukan mobil beberapa hari sebelumnya.

Salim menyebut lokasi ini memang tak begitu ramai bahkan sedari awal peresmiannya. Letaknya yang bukan di jalan poros menjadi salah satu alasan lokasi itu jarang dikunjungi pembeli.

"Ada yang tempati, ada yang tidak. Sempat ada dulu penjual, karena sedikit pembeli akhirnya tidak lanjut dia menjual," kata Salim tentang kondisi Wisata Kuliner Teluk Tomini selama ini.

Yanti (43), salah satu pedagang yang memutuskan tetap bertahan, menyebut dalam sehari ia bisa mendapatkan penghasilan sekitar 200 ribuan dari berjualan nasi serba 10 ribu dan es kelapa muda.

"Habis semua tadi orang beli makanan. Alhamdulillah. Tapi saya masih buka sampe malam karena saya juga ada jual es kelapa muda," ucapnya.

Pun dengan Hasdani (40) yang menempati lapak sementara persis di samping Yanti. Saban pagi hingga petang ia berjualan pisang goreng, dampo, taraju, dan beberapa jenis gorengan lainnya.

"Ini, kan, belum normal kantor. Masih libur. Kalau hari-hari kantor buka, biasanya orang-orang antre," ungkap Hasdani.

Jika melihat kondisinya, beberapa stan sebenarnya telah rampung direnovasi. Pun demikian, stan-stan tersebut belum ada yang buka atau digunakan kembali oleh pemiliknya untuk berjualan.

Menurut keterangan Salim, para penjual dibebankan uang pemasangan instalasi listrik sebesar Rp1 juta.

"Sebenarnya sudah disuruh masuk semua, tapi dimintai dana Rp1 juta untuk listrik. Karena sebelumnya tidak ada listrik," imbuhnya.

Kepala Dinas Koperasi, UMKM, dan Tenaga Kerja Kota Palu Setyo Susanto membantah adanya pembebanan biaya listrik kepada para pedagang. Para penjual hanya diharuskan memasang instalasi listrik di stannya masing-masing.

Hasdani sehari-hari menjual pisang goreng di kawasan "Wisata Kuliner Teluk Tomini” (Foto: Syahrul Wardana/Tutura.Id)

"Bukan dimintakan biaya lampu. Anggaran kami itu hanya membangun stan. Tidak sampai pemasangan instalasi lampu. Tinggal bagaimana para pedagang di situ pasang instalasi listrik di lapaknya masing-masing. Kan, mereka sudah mengelola sendiri," jelas Setyo saat dikonfirmasi via WhatsApp (29/12).

Dinas Koperasi, UMKM, dan Tenaga Kerja Kota Palu telah pula menyiapkan meteran listrik untuk masing-masing pelaku UMKM. Hanya saja penyerahan atau pemasangannya akan dilakukan jika para pedagang telah memasang instalasi listrik di stan masing-masing.

"Karena pihak PLN nanti akan pasang kalau instalasi lampunya sudah jadi. Baru mereka pakai meterannya. Makanya, kan, sekarang belum ada meteran," tambah Setyo.

Lampu jalan kini jadi satu-satunya alat penerangan yang diandalkan para pedagang di tempat tersebut saat malam tiba.

Kehawatiran terhadap keamanan perlengkapan jualan juga menjadi salah satu alasan mereka enggan pindah ke stan yang telah disiapkan. Pasalnya pintu dan jendela stan terlihat belum memiliki penutup yang aman.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
1
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Rencana membangun pasar tematik di Kota Palu, tanpa studi mendalam bisa sia-sia
Rencana membangun pasar tematik di Kota Palu, tanpa studi mendalam bisa sia-sia
Pemkot Palu berencana mendandani sejumlah pasar tradisional berbasis tematik. Tanpa riset mendalam, proyek ini berpotensi…
TUTURA.ID - Cerita produksi bawang goreng renyah dari Wombo Kalonggo
Cerita produksi bawang goreng renyah dari Wombo Kalonggo
Desa Wombo Kalonggo masih eksis menjadi salah satu sentral penghasil bawang goreng. Salah satu produk…
TUTURA.ID - Merawat momentum Adipura untuk mengelola kebersihan dan kelestarian lingkungan
Merawat momentum Adipura untuk mengelola kebersihan dan kelestarian lingkungan
Euforia kesuksesan menerima penghargaan Adipura jangan bikin terlena. Momentumnya harus dimanfaatkan untuk menciptakan budaya berkelanjutan.
TUTURA.ID - Upaya Sikola Mombine mendorong kepemimpinan perempuan di Sulteng
Upaya Sikola Mombine mendorong kepemimpinan perempuan di Sulteng
Sikola Mombine gelar Jambore Kepemimpinan Perempuan Sulteng 2022. Partisipasi perempuan dalam politik dan pembangunan jadi…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng