
Bagi militer Indonesia, lebih-lebih masyarakat Papua Barat, 19 Desember 1961 akan selalu dikenang sebagai peristiwa monumental. Itu karena 62 tahun silam, Indonesia melakukan serangan militer atas kolonialisasi Belanda di Papua Barat (dahulu disebut Irian Barat).
Aksi itu lebih dikenal dengan sandi “Operasi Trikora” alias Operasi Tiga Komando Rakyat. Sementara 19 Desember 1961 dinobatkan sebagai “Hari Trikora” dan mewarnai sejarah perjalanan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Perlu diketahui, Operasi Trikora dilakukan akibat perselisihan Indonesia dengan Belanda soal status Irian Barat usai Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda, 23 Agustus-2 November 1949.
Perundingan dianggap gagal sebab Belanda dinilai tak serius mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia.
Meski setuju melakukan penyelesaian selama satu tahun, tetapi status Irian Barat tak kunjung menemukan solusi.
Berang dengan sikap Belanda tadi, Presiden Sukarno sebagai panglima tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia alias ABRI (sekarang TNI) mengambil langkah provokatif dengan melakukan serangan militer.

“Hei seluruh rakyat Indonesia, kibarkan bendera Sang Merah Putih di Irian Barat itu!” tegas Presiden Sukarno dalam pidatonya di Yogyakarta.
Militer Indonesia lalu memilih beberapa lokasi strategis di Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur sebagai basis operasi melawan pendudukan Belanda.
Sebagai peringatan terhadap gerakan perlawanan itu, dibangunlah monumen Tugu Trikora yang merujuk nama sandi operasi serangan.
Simbol pembebasan Irian Barat tersebar di lokasi berbeda, mulai dari Bitung (Sulawesi Utara), Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah), Ambon (Maluku), Morotai (Maluku Utara), dan Sorong Selatan (Papua Barat).
Dua lokasi lainnya memilih nama berbeda, yakni Monumen Pembebasan Irian Barat (Jakarta) dan Monumen Mandala (Makassar). Tugu terakhir yang berlokasi di ibu kota Sulawesi Selatan sekaligus menjadi Markas Komando Pembebasan Irian Barat bernama Mandala.
Rekam ingatan Operasi Trikora di Banggai Kepulauan
Tugu Trikora di Banggai Kepulauan terletak di Kelurahan Salakan, Kecamatan Tinangkung. Bangunan bersejarah ini berada di Pulau Peling, basis pemerintahan sekaligus permukiman terbesar di Banggai Kepulauan.
Pulau Peling jadi satu dari sekian banyak saksi bisu aksi pembebasan Irian Barat yang berlangsung hingga 15 Agustus 1962.
Kondisi di kawasan timur Sulteng saat itu dapat dibaca melalui “Prasasti Djajawidjaja” di area monumen dan keterangan warga lokal yang merasakan langsung suasana Operasi Trikora.

Dalam prasasti disebutkan sebanyak 8.000 ribu prajurit TNI dipersiapkan untuk operasi militer tersebut. Mereka tersebar di 10 kapal cepat torpedo, empat kapal selam, 20 kapal Angkatan Laut (AL), 40 kapal RI, 25 batalyon tempur bernama pasukan pendarat-45.
Yusuf Basah (78), tokoh masyarakat sekaligus eks pengawas pembangunan Monumen Trikora Salakan, menyebut mulanya Pulau Peling dalam suasana tenang sebelum rombongan tentara menginjakkan kakinya. Kala itu, Yusuf masih berstatus pelajar berusia 12 tahun.
“Saat itu saya sedang pakansi (libur semester usai ujian), lalu datang satu kapal di Teluk Ambelang, disusul satu kapal lainnya. Torang (kami) di Salakan ini takut karena sudah banyak kapal. Meski masih anak-anak, tapi sudah paham keadaan. Pas Hari Raya Maulid, torang dengar bunyi tembakan,” ungkap Yusuf melansir media.alkhairaat.id (23/5/2023).
Yusuf bercerita, tembakan ke udara berulang kali terjadi akibat kemunculan pesawat pengintai tak dikenal di langit. Menyangka unit tempur milik Belanda, ternyata milik Amerika Serikat yang sedang meninjau kekuatan militer Indonesia.

Demi mengenang histori ini, pada 12 Agustus 1995, mewakili Presiden Suharto, Edi Sudrajat, dan Siswono Sudirohusodo—dua menteri Kabinet Pembangunan VI—meresmikan Monumen Trikora Salakan. Pembangunan monumen ini dimulai sejak 1985 alias berlangsung selama 10 tahun.
Monumen ini berdiri kokoh setinggi 17 meter di puncak Kota Salakan, ibu kota Banggai Kepulauan dengan pemandangan menghadap Teluk Ambelang dan Pulau Bakalan. Memiliki 214 anak tangga sebagai penghubung bagian atas dan bawah.
Sekalipun jadi penanda sejarah besar, rupanya kondisi Monumen Trikora kini terbengkalai. Semak belukar menghiasi area mulai dari bagian bawah, kiri kanan anak tangga, menutupi sebagian besar bagian relief, hingga bagian atas di mana tugu berbentuk pilar segitiga sama sisi menjulang tinggi.
Situasi sedikit berbeda terlihat dalam pewartaan sulteng.antaranews.com (28/8/2023), yang sempat memotret beberapa pengunjung dan view bendera Merah Putih yang dipasang di pagar yang melingkari tugu.
operasi militer pembebasan perebutan perlawanan kolonial belanda indonesia papua barat irian barat banggai kepulauan salakan

