Joki skripsi bukan pembimbing eksternal mahasiswa
Penulis: Mohammad Reza | Publikasi: 6 Maret 2023 - 19:08
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Joki skripsi bukan pembimbing eksternal mahasiswa
Pasar joki skripsi awet terpelihara karena banyaknya peminat (Sumber: Shutterstock)

Ketidakmampuan (atau semata malas?) mahasiswa mengerjakan dan menyusun tugas akhir jadi pintu masuk jasa penjoki hadir menawarkan solusi.

Praktik lancung ini jadi opsi untuk meraih nilai tugas akhir yang bagus. Pun gelar sarjana. Cukup ketik saja kata kunci “joki tugas” di Twitter, Instagram, atau TikTok. Eureka! Banyak pilihan muncul seketika.

Ragam pengerjaan tugas juga bervariasi, mulai dari makalah, proposal, skripsi, hingga tesis. Tarifnya bergantung level kesulitan.

Kami bertemu Birdella (nama samaran), seorang penjoki skripsi berusia 26 yang memulai “kariernya” awal 2018.

“Waktu itu saya hanya sekadar membantu temanku merevisi proposalnya. Setelah tugasnya selesai diperiksa oleh dosen pembimbing, saya dikasih uang jajan. Karena saat itu jauh dengan orang tua, akhirnya saya mulai berpikir kalau ini ternyata menghasilkan,” ungkap Birdella.

Birdella punya bekal cakap. Ia lulus dari Universitas Tadulako pada 2018 dengan predikat cum laude. Tarif mengikuti level kerumitan tugas yang dikerjakan.

Semisal pengerjaan proposal, Birdella pasang banderol Rp800 ribu. Sementara jika diminta mengerjakan hingga tahap skripsi, paketnya berkisar Rp2 juta hingga Rp3 juta.

Penawaran jasa joki skripsi dilakukan eksplisit melalui media sosial (Sumber: twitter.com/unhisinny)

Dalam proses pembuatan skripsi, Birdella punya satu kredo; klien tidak boleh pasif. Artinya sang pemesan juga harus terlibat dalam penyusunan tugas akhir.

“Saya tidak mau sistem tinggal beres. Karena bagaimanapun mereka yang ujian,” sambungnya kepada Tutura.Id (4/3/2023).

Jika klien ingin melakukan konsultasi, Birdella membuka ruang lewat aplikasi chat di ponsel atau datang langsung ke rumahnya sepanjang jam kerja.

Walaupun berpredikat mahasiswa cum laude, bekerja menjadi joki skripsi tetap saja penuh tantangan. Selalu ada teori-teori yang baru diketahuinya. Pun demikian, kliennya tidak pernah lebih dari tiga kali melewati revisi dari dosen pembimbing.

Sebenarnya dari aspek hukum, pelaku dan pengguna jasa joki tugas sebenarnya bisa terjerat pidana sesuai UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional.

Pasal 25, ayat 2 dalam UU itu menyoal karya ilmiah hasil jiplakan yang digunakan mahasiswa untuk memperoleh gelar akademik, profesi, atau vokasi otomatis dicabut gelarnya.

Sementara Pasal 70 dalam UU yang sama mengatur hukuman bagi pelaku yang dimaksudkan Pasal 25, ayat 2. Pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp200 juta.

Peniruan tulisan karya ilmiah jika telah melebihi 20 persen juga melanggar Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).

Dr. Hj. Nuraisyah, M.Si., Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tadulako (Foto: Mohammad Reza/Tutura.id)

Tanggapan sivitas akademika

Prof. Ir. Nizam, M.Sc. selaku Plt. Dirjen Dikti, Kemendikbudristek, dalam laman detikX mengakui hampir setiap tahun ada laporan terkait kasus perjokian tugas akhir di kampus. Berapa jumlah kasusnya enggan dibocorkan oleh Nizam.

Dr. Hj. Nuraisyah, M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tadulako, memberi tanggapan terkait praktik joki skripsi yang masih jamak, terutama di lingkungan Untad.

“Sebagai penanggung jawab bidang akademik, saya akan melakukan rapat bersama pimpinan, evaluasi, serta interogasi jika ada yang kedapatan menggunakan jasa joki ini. Akan ada sanksi berat, entah itu skorsing atau dikeluarkan, karena melakukan pelanggaran berat terhadap akademik apalagi ini tugas akhir,” tegasnya.

Mahasiswa yang memanfaatkan jasa pembuatan tugas akhir, atau melakukan plagiarisme, jelas telah melanggar kode etik akademis.

Alibi bahwa penjoki berfungsi sebagai pembimbing eksternal, seperti model yang disyaratkan oleh Birdinella, juga tak boleh dapat pemakluman. Ibarat hubungan dagang antara produsen dan konsumen, jelas peran joki lebih dominan dibandingkan mahasiswa. Bukan sebaliknya.

Demi mencegah aksi salin-tempel sebuah karya ilmiah dilakukan oleh mahasiswa FISIP, Untad, Nuraisyah sudah kasih ultimatum. Ada sanksi berat menanti jika terbukti.

“Kalau di FISIP, kami ada tim dari tiap lima program studi. Tim ini sudah mulai bekerja sejak tahun lalu. Tugas mereka mengecek tingkat plagiasi menggunakan aplikasi Turnitin. Prodi sosiologi bahkan melakukan seminar judul untuk mencegah plagiasi,” ungkap Nuraisyah.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
2
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
2
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Ketua Satgas PPKS Untad minta korban kekerasan seksual jangan bertindak sendiri
Ketua Satgas PPKS Untad minta korban kekerasan seksual jangan bertindak sendiri
Kekerasan seksual juga merambah Kampus Untad. Satu kasus sedang ditangani Satgas PPKS Untad. Diharapkan korban…
TUTURA.ID - Kelompok sipil di Sulteng menyebut Perppu Cipta Kerja wujud otoritarianisme
Kelompok sipil di Sulteng menyebut Perppu Cipta Kerja wujud otoritarianisme
Status inkonstitusional bersyarat UU No.11/2020 tentang Cipta Kerja kini gugur berkat perppu yang diteken Presiden…
TUTURA.ID - Praktik mahasiswa memberikan parsel kepada dosen saat ujian skripsi
Praktik mahasiswa memberikan parsel kepada dosen saat ujian skripsi
Praktik mahasiswa memberikan parsel kepada dosen saban mengikuti ujian skripsi sebenarnya termasuk gratifikasi, tapi langgeng…
TUTURA.ID - Prof. Amar terpilih menjadi rektor baru Untad
Prof. Amar terpilih menjadi rektor baru Untad
Pelantikan Prof. Dr. Ir. Amar Akbar Ali sebagai rektor baru Untad dijadwalkan berlangsung 6 Maret…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng