Kehadiran perempuan di skena musik independen, mulai dari skala nasional hingga global, sudah jadi hal jamak hari-hari ini. Walaupun secara jumlah masih kalah banyak dibandingkan laki-laki, kontribusi mereka sangat diperlukan. Tak kalah cempiang dengan figur musisi lelaki yang lebih mendominasi.
Dalam konteks skena musik lokal di Palu, umumnya perempuan berkiprah dalam sebuah band mengisi posisi vokalis atau kibordis. Salah satunya Zhul Usman, vokalis Culture Project.
Zhul sejak SMP sudah menggeluti dunia tarik suara dengan mengikuti berbagai lomba nyanyi. Beberapa gelar juara sempat ia raih. Berlanjut ke bangku SMA, dirinya bergabung di ekskul teater sebagai penyanyi pengiring dalam berbagai pementasan.
Kecintaannya dalam olah vokal tetap berlanjut hingga kuliah. Zhul aktif mengikuti berbagai kompetisi menyanyi mahasiswa. Pada saat kuliah ini Zhul berkenalan dengan Umariyadi Tangkilisan atau yang kerap disapa Adi. Mereka berdua yang hingga saat ini bersama membesarkan kelompok musik Culture Project.
Zhul menuturkan bahwa embrio lahirnya Culture Project berawal dari sebuah komunitas musik di Kota Palu pada 2005. Tiga tahun berselang Culture Project lahir dengan tujuan sebagai proyek musik yang membawakan kembali lagu-lagu lama karya Hasan Muhammad Bahasyuan, maestro seni Sulawesi Tengah.
Awalnya Culture Project tidak diniatkan menjadi serius. Mereka hanya latihan dan manggung jika ada undangan. Medio 2019, para personel mulai berpikir menjadikan band ini sebagai proyek serius. Lagu-lagu nan memikat mereka ciptakan, sisi manajerial juga ikut diperkuat.
Alhasil reputasi band ikut terkatrol naik. Kini Zhul bersama rekan-rekan bermusiknya telah menjejaki banyak panggung, mulai dari Java Jazz Festival, Rock in Celebes, dan masih banyak lagi.
***
Sisca Christine Dama juga merupakan satu penyanyi berbakat lainnya yang berkiprah di skena musik Palu. Belakangan ini kelenturan olah vokalnya bisa disaksikan bersama kelompok The Mangge.
Perjalanan musikal, khususnya keterampilan menyanyi, didapatkan Sisca sejak masih kecil lewat kesempatan-kesempatan bernyanyi di gereja. Bahkan saat berseragam putih abu-abu, Sisca sudah mulai mendapatkan penghasilan dari bakatnya bernyanyi.
Di bangku kuliah, Sisca berhasil menjuarai kompetisi Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida) dan lomba Bintang Radio pada tahun 2014 dengan menyabet juara pertama. Ia kemudian menjadi utusan Indonesia di tingkat ASEAN.
Pada akhir 2020, Sisca memutuskan bergabung dengan kelompok The Mangge sebagai vokalis lewat single “Kasih Maafkan Aku”.
Selama berkiprah sebagai musisi dan manggung di banyak tempat, Zhul maupun Sisca mengaku tidak pernah mengalami pelecehan seksual. Mereka juga tidak pernah mendapatkan perlakuan yang super spesial dibandingkan personel band lain.
Dengan gaya panggungnya masing-masing, Sisca dan Zhul berusaha menghargai penonton dalam setiap penampilan musik yang mereka lakukan.
Ruang masih terbatas
Menurut Zhul, keterlibatan laki-laki di dunia musik Sulteng harus diakui masih sangat dominan. Kaum Adam mengisi semua lini, mulai dari yang beraksi di atas hingga belakang panggung. Sementara perempuan biasanya tercatat sebagai personel band.
Kebanyakan mengisi pos sebagai penyanyi. Ada satu dua juga yang kemudian hadir sebagai kibordis/pianis dan manajer band. Sementara atribut sebagai gitaris, bassis, dan drummer hingga hari ini masih jadi pemandangan yang jarang.
“Sejauh yang saya lihat, skena musik kita masih didominasi oleh laki-laki. Mungkin ini dilatarbelakangi persoalan akses atau bisa juga minat perempuan yang kurang terhadap posisi-posisi dalam industri musik, seperti jadi bassis, audio engineer, dan lain-lain. Namun, sejauh yang saya tahu tidak ada ketimpangan yang terjadi, khususnya di Culture Project,” ujar Zhul ketika diwawancarai Tutura.Id di kediamannya, Sabtu (17/12/22) malam.
Sedangkan Sisca mengaku sempat mendapat stigma tentang vokalis perempuan yang dianggap ada hanya untuk mempermanis tampilan band.
“Sebenarnya pernah juga, sih, dapat cap kayak, ‘Oh, dia ini penyanyi di dunia entertainment. Pasti sama saja dengan ada lah beberapa penyanyi di luar sana yang plus-plus.’ Harus dijelaskan kalau kita tidak seperti itu. Kalau kita tegas memberi tahu saya rasa mereka juga bisa mengerti,” terang Sisca (18/12).
Mengisi peran penting dalam band
Walaupun kerap dianggap sebagai pelengkap atau pemanis dalam sebuah grup, vokalis perempuan ternyata memegang peranan penting dalam sebuah band.
Zhul mengaku kehadirannya di Culture Project sebagai satu-satunya personil perempuan justru membuat pondasi band semakin kuat lantaran perannya sebagai penengah dalam diskusi-diskusi yang dilakukan.
Vokalis berperan sebagai pemimpin dalam setiap pertunjukkan musik dan berinteraksi dengan penonton untuk membangun suasana.
“Kalau di perform, ya, saya yang menentukan. Kalau saya berhenti (menyanyi), apa yang terjadi kira-kira? Ya, walaupun musik bisa jalan tanpa vokal, tapi vokal yang menonjol untuk menyuarakan isi lagu yang dibawakan,” ujar Zhul.
Sisca juga sependapat dengan Zhul tentang peranan vokalis dalam sebuah band.
“Bagi saya The Mangge itu sudah bukan lagi teman band, tapi seperti keluarga yang kalau mau ngomong, ya, ngomong aja. Secara perasaan malah lebih enak, karena diratukan. Biasa disuruh istirahat duluan begitu. Semua ide ditampung dan dibicarakan bersama.”
Sisca bukan satu-satunya personel perempuan yang memperkuat formasi The Mangge. Masih ada Syeren R. Bawias yang mengisi peran sebagai pemain kibor.
Kehadiran mereka bukan hanya sekadar pemanis kala manggung, tapi juga berperan penting dalam pengambilan keputusan dalam kelompok band yang diperkuatnya.
Zhul maupun Sisca mengaku diberi kesempatan yang sama untuk berpendapat dan mengambil keputusan dalam kelompoknya masing-masing.
musik skena musik musik independen kaum perempuan perempuan musisi The Mangge Sisca Dama Culture Project Zhul Usman diskriminasi pelecehan seksual Hari Perempuan Internasional