Kisah korban kekerasan berbasis gender online; dari manipulasi foto sampai pemerasan
Penulis: Mughni Mayah | Publikasi: 30 Mei 2023 - 16:34
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Kisah korban kekerasan berbasis gender online; dari manipulasi foto sampai pemerasan
Ilustrasi korban kekerasan berbasis gender online (KBGO). | Foto: Shutterstock

Meli, bukan nama sebenarnya, hanya bisa tertegun saat mengangkat satu panggilan telepon dari nomor tak dikenal. Tiada kata yang sempat terucap dari bibirnya. Perempuan berusia 46 tahun itu terperanjat, lantas terdiam sejenak, dan akhirnya mematikan ponsel.

Ia kaget bukan main lantaran melihat seorang pria sedang bermasturbasi dalam panggilan video tersebut.

Meli tak taruh curiga pada panggilan itu. Ia memang punya bisnis jualan barang-barang secara daring; menerima telepon dari nomor tak dikenal jadi hal biasa baginya.   

Masalah belum selesai. Beberapa menit usai panggilan video tak senonoh itu. Sebuah pesan masuk ke ponsel Meli. Pesan itu memuat tangkapan layar (screenshoot) dari panggilan video itu. 

Ringkasnya, tangkapan layar itu seolah menunjukkan bahwa Meli dan Si Lelaki sedang melakukan aktivitas seksual secara daring. Pengirim pesan lantas meminta Meli mengirimkan sejumlah uang. Bila tak dipenuhi, pelaku mengancam akan menyebarluaskan foto hasil tangkapan layar tersebut.

Meli bergeming, tak memberi tanggapan. Pelaku mengambil langkah laknat dengan menyebarkan foto tersebut. Meli pun dibuat repot lantaran harus mengklarifikasi ke keluarga besarnya. Pun sempat cekcok berat dengan Sang Suami.

Pada akhirnya, masalah ini memang terselesaikan. Keluarganya paham bahwa Meli berstatus korban dalam kasus ini. Meski demikian Meli mengalami trauma.

“Sampai sekarang saya memutuskan untuk tidak jualan online lagi. Supaya tidak banyak bersentuhan dengan orang-orang asing,” kata perempuan yang berdomisili di Parigi Moutong itu.

***

Perkara yang menimpa Meli merupakan salah satu jenis kekerasan berbasis gender online (KBGO). 

Ada juga yang menggunakan istilah kekerasan siber berbasis gender (KSBG). Istilah lain termuat dalam Undang-Undang 12/2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual dikenal, yang mengenal frasa kekerasan seksual berbasis elektronik (KSBE).

“Tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan yang dilakukan sebagian atau sepenuhnya menggunakan teknologi informasi dan komunikasi,” demikian Komnas Perempuan menjelaskan definisi KBGO.

Komnas Perempuan juga mencatat jumlah kenaikan laporan kasus KBGO dari tahun ke tahun. Pada 2017, angka KBGO hanya berjumlah 16. Setahun berikutnya, angkanya naik jadi 97 kasus. Pada 2022, laporan KGBO mencapai 678 kasus.

Ada setidaknya 11 jenis KBGO. Beberapa jenis yang disebutkan misalnya: Cyber harrasment (ancaman pemerkosaan), morphing (media buatan/manipulasi digital), impersonating (peniruan diri), sextortion (ancaman berbasis seksual), dan stalking (menguntit).

Bentuk lainnya: Online defamation (penghinaan secara daring), sexting (tindakan mengirim gambar seksual), cyber hacking (peretasan), cyber flashing (mengirim pesan atau video seksual tanpa izin), non-consensual intimate image (gambar intim tanpa izin), dan cyber grooming (memanipulasi dengan cara membangun kepercayaan).  

***

Kekerasan seksual di ranah daring ini tak hanya menyasar perempuan. Lelaki pun bisa jadi korbannya. Tutura.Id mengobrol dengan Rendra, lelaki yang jadi korban KBGO. 

Pria berusia 22 tahun itu mengaku pernah mendapatkan banyak pesan pribadi yang memuat foto-foto hasil manipulasi yang menampilkan wajahnya dengan gambar foto yang memperlihatkan bagian intimnya.

Rendra sempat syok saat menerima banjir pesan tak senonoh itu. Pengirim pesan juga meminta uang tebusan Rp500 ribu; bila tak ingin gambar tersebar luas. Pesan-pesan bernada ancaman itu masuk dengan nomor telepon yang berbeda-beda.

Lantaran tak beroleh respons, pelaku mulai mengirimkan foto-foto syur itu ke teman dan keluarga Rendra. Bahkan foto itu ditandai juga ke akun media dan kanal resmi milik kepolisian.

Tak ingin terjebak dalam lingkaran pemerasan tersebut. Rendra akhirnya memutuskan untuk mengganti nomor. Namun, selama beberapa pekan, foto-foto syur itu terus disebarkan kepada keluarga dan teman.

"Saya sudah capek berurusan dengan yang begini. Walaupun bukan kita yang salah dan ada juga yang badukung. Biasa ada yang tidak suka dengan kita, malah cerita ditambah-tambah sama orang," ujar pria yang berdomisili di Kabupaten Sigi itu saat mengobrol dengan Tutura.Id, Sabtu (28/5/2023).

Sekadar informasi, di Sulawesi Tengah, Komnas Perempuan mencatat ada delapan kasus KBGO sepanjang 2022.  Nining, Direktur LBH Apik Sulteng, menyebut bahwa jumlah kasus bisa lebih besar lantaran masih ada keengganan dari korban untuk melapor.  

"Ada banyak kasus KGBO di Sulawesi Tengah tapi tidak dilaporkan, modus paling sering adalah soal video atau foto korban yang disimpan pelaku untuk digunakan mengancam korban. Kebanyakan orang tidak memahami itu adalah bentuk kekerasan," ujar Nining, yang dihubungi Tutura.Id pada Senin (29/5/2023).

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
3
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Eva Bande; 25 tahun jadi aktivis agraria, kini berjuang menuju Senayan
Eva Bande; 25 tahun jadi aktivis agraria, kini berjuang menuju Senayan
Kisah Eva Bande dan sepak terjangnya selama 25 tahun sebagai aktivis perempuan; berjuang melawan pelanggaran…
TUTURA.ID - Satgas PPKS Untad: Kami tak pandang bulu dalam kasus kekerasan seksual
Satgas PPKS Untad: Kami tak pandang bulu dalam kasus kekerasan seksual
Satgas PPKS Untad resmi terbentuk. Mereka berjanji akan bertindak profesional dalam penanganan kasus--termasuk menyapu relasi…
TUTURA.ID -  Kiprah Nabiyah di pusaran adat dan warisan leluhur untuk jaga budaya dan alam Suku Lauje
Kiprah Nabiyah di pusaran adat dan warisan leluhur untuk jaga budaya dan alam Suku Lauje
Nabiyah dari Desa Palasa Tengah masih tegak berdiri sebagai tokoh kunci adat Suku Lauje. Di…
TUTURA.ID - Eksistensi warnet di Kota Palu dan kondisinya sekarang
Eksistensi warnet di Kota Palu dan kondisinya sekarang
Pernah ada suatu masa bisnis warnet bertebaran di Kota Palu. Mirip usaha warung serba Rp10…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng