Klarifikasi penyelenggara konser Vierratale di Gelora Bumi Kaktus
Penulis: Moh Rifky | Publikasi: 7 November 2022 - 20:52
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Klarifikasi penyelenggara konser Vierratale di Gelora Bumi Kaktus
Konser Vierratale di Gelora Bumi Kaktus, 19 Oktober 2022 (Foto: Mugni Supardi/Radar Sulteng)

Berselang lebih dari dua pekan sejak perhelatan “Emotional Fest” yang menghadirkan Vierrratale sebagai penampil utama di Gelora Bumi Kaktus, Talise, Palu (19/10/2022), Chandra Mindset selaku penyelenggara akhirnya buka suara.

Lewat klarifikasinya, kepada Tutura.Id, Chandra berusaha meluruskan simpang siur informasi seputar acara.

“Hal pertama yang saya mau bilang bahwa tidak betul itu kami menjual 6.800 tiket,” ujar Chandra saat dihubungi Tutura.Id melalui sambungan telepon (7/11/2022).

Berdasarkan rekapitulasi yang dilakukannya, hanya ada 6.100 penukaran tiket. Jumlah itu terbagi atas 4.000 lembar tiket yang terjual dan sisanya diberikan untuk sponsor, media, dan free pass.

Pihaknya juga membantah telah menjual tiket yang melebihi kapasitas gedung sehingga membuat sejumlah penonton tidak bisa masuk menyaksikan konser. Pasalnya, menurut pengakuan Chandra, kapasitas GBK sebetulnya masih sangat muat untuk diisi oleh penonton.

Jawaban atas pelarangan masuk ke dalam gedung lantaran pihaknya sejak awal memberlakukan sistem close gate. Penutupan pintu masuk pada jam yang telah ditentukan yakni pukul 20.30 WITA.

Kebijakan menutup pintu masuk itu juga sudah diinformasikan sebelumnya kepada para pembeli tiket. Jadi bukan karena gedung tidak muat menampung antusiasme penonton.

“Mereka memang datang sebelum jam close gate, tapi kalau datangnya jam 20.00 WITA secara bersamaan, tentu menimbulkan antrean yang sangat panjang sehingga ketika sampai di pintu masuk sudah close gate,” ujar Chandra.

Jumlah pembeli tiket yang berkerumun di depan gedung karena tertahan tidak bisa masuk juga bukan ribuan orang.

"Karena hanya ada seratusan tiket saat kami melakukan proses refund," tambah Chandra.

Terkait suasana yang terjadi di dalam gedung, kami coba meminta keterangan tiga orang penonton yang bisa masuk ke dalam gedung.

Jawaban ketiganya kompak menyebut bahwa area tribun sudah sangat penuh dan tidak memungkinkan untuk diisi lagi oleh penonton. Berbeda dengan situasi di area festival atau lapangan yang masih tersisa sedikit ruang di bagian belakang.

“Di dalam yang saya liat kalau di tribun itu sudah full sekali. Sudah berdesakan orang. Baru kalau dipaksa mungkin siksa sekali. Tapi kalau di bagian festivalnya masih ada sedikit space untuk penonton. Mungkin kebanyakan yang tidak masuk itu yang tiketnya dapat tribun. Makanya tidak bisa masuk karena yang di festival masih bisa masuk,” ujar Ami.

Arul mengamini kesaksian Ami. “Kalau di tribun saya rasa benar-benar tidak bisa masuk orang. Karena sudah sangat full. Di festival yang masih ada space penonton untuk masuk.”

Ozan yang juga ikut menonton berkata bahwa adanya sedikit ruang di bagian belakang area festival dimungkinkan karena banyak orang yang saling berebutan menuju bagian depan panggung. “Jadi masih ada yang kosong di belakang,” ujarnya.

Kabar beredar yang menyebut ada penonton yang pingsan lantaran berdesakan turut dibantah oleh Chandra. Pun soal adanya stan penjualan tiket saat malam konser berlangsung.

Selain menyediakan tim medis dan ambulans, Mindset Organizer telah menyiapkan 20 kipas air dan menjual air minum di dalam gedung GBK.

Sementara stan yang diasumsikan sebagai tempat penjualan tiket on the spot sejatinya adalah tempat penukaran tiket. “Karena mungkin ada yang dari luar kota belum sempat tukar tiketnya. Jadi, itu yang kami tunggu,” ungkap Chandra.

Terkait gelombang protes terhadap kinerja panitia yang disuarakan oleh para penonton melalui Instagram, mulai dari tudingan kurang profesional, bekerja serampangan, dan lain sebagainya—beberapa arsipnya bisa dilihat dalam unggahan infopalu, Chandra tegas membantah.

Panitia menurutnya sudah bekerja dengan bagus karena diisi oleh orang-orang profesional yang sudah berpengalaman mengadakan konser. Acara pun sukses menyedot banyak penonton dan berlangsung aman hingga selesai.

Adapun orang-orang baru kurang berpengalaman yang diperbantukan dalam konser tersebut hanya bersifat sukarelawan. Tugas mereka bukan mengerjakan hal-hal teknis bersifat penting selama acara.

Volunteer yang kami pakai itu ada 30 orang. Kami rekrut untuk membantu menjual tiket dan membantu saat hari penyelenggaraan. Mereka memang bukan orang yang profesional, tapi untuk yang mengurus event adalah orang-orang profesional,” tegas Chandra.

Salah seorang yang ikut menjadi sukarelawan menjelaskan kepada kami skema kesepakatan dengan pihak Mindset Organizer.

Tugas pokok mereka menjual 50 lembar tiket yang telah ditargetkan. Para sukarelawan yang berhasil menjual tiket sesuai target akan mendapatkan pembagian 10% dari total angka penjualan.

Jika tidak bisa menjual habis sesuai target, sekalipun sudah terjual 49 lembar, maka fee yang mereka dapatkan hanya 5%.

Para tenaga sukarelawan juga dijanjikan mendapatkan bayaran lagi sebagai bonus. Namanya fee lapangan. Berapa nominalnya tidak dibicarakan sejak kesepakatan awal.

“Nah, fee lapangan itu yang sampai sekarang belum dibayarkan,” ungkap sukarelawan yang menolak disebutkan namanya.

Menyoal upah lapangan yang jadi bonus diakui panitia memang belum sempat terbayarkan. Hanya saja bukan karena ingin mangkir dari janji.

Pihak Mindset Organizer menunggu para volunteer menyelesaikan laporan pertanggungjawaban mereka. Bentuknya tak harus tertulis, tapi bisa juga melalui mekanisme pemaparan saat bertemu langsung.

Dalam akhir percakapan, Chandra mengatakan bahwa pihaknya selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik saat mengadakan acara. Sebab hanya dengan begitu iklim bisnis pertunjukan bisa terus cerah.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
5
Jatuh cinta
1
Lucu
10
Sedih
0
Kaget
7
Marah
2
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Kolaborasi visual Fredxel dan Charles Edward dalam videoklip ''Riuh dalam Dada''
Kolaborasi visual Fredxel dan Charles Edward dalam videoklip ''Riuh dalam Dada''
Kekuatan "Riuh dalam Dada" yang dilantunkan Fredxel bikin Charles Edward, pemilik Kumbaja Photo, terpincut dan…
TUTURA.ID - Volume ketiga Unjuk Gi-Gigs hadirkan 14 band lintas genre dan generasi
Volume ketiga Unjuk Gi-Gigs hadirkan 14 band lintas genre dan generasi
Moraya Kreatif kembali menghelat "Unjuk Gi-Gigs" yang telah memasuki volume ketiga. Sebuah asa untuk terus…
TUTURA.ID - Pilah-pilih nama Gedung Kesenian Kota Palu
Pilah-pilih nama Gedung Kesenian Kota Palu
Gedung Kesenian Palu sedang dalam proses pembangunan. Bagaimana jika namanya merujuk pada satu sosok, laiknya…
TUTURA.ID - Mencipta harmoni antara musisi dengan lingkungan
Mencipta harmoni antara musisi dengan lingkungan
Musisi global makin sadar pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Dari Indonesia hadir gerakan bernama IKLIM yang…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng