Sebuah notifikasi pesan pribadi di Instagram berbunyi di gawai saya. Isinya konfirmasi ajakan pertemuan dengan Mohammad Farid Youka di Taman GOR Palu. Lelaki yang kerap disapa Palido ini adalah peraih medali perak olahraga skateboard nomor “best trick down ledge” dalam Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) ke-VI yang diselenggarakan di Palembang, 1-7 Juli 2022.
Sesampainya di taman GOR, nampak empat pemuda sedang asyik bermain luncur papan di arena. Tak berselang lama, Palindo muncul dengan menunggangi skateboard andalannya mendekati saya. Mengenakan kemeja berwarna krem berpadu celana jin, Palindo tersenyum semringah mengulurkan tangan dengan maksud bersalaman.
Pria berumur 27 tahun ini menyebut komunitas Palu Skateboarding terbentuk sejak 2008. Lantaran kota ini tidak memiliki skatepark, mereka mengalihfungsikan sisa lapangan basket di Taman GOR menjadi arena bermain seluncur papan.
Sedari awal eksis hingga sekarang, kebanyakan orang yang bergabung dalam komunitas adalah generasi remaja dan anak baru gede alias ABG.
Aktivitas rutin yang berlangsung di skatepark Taman GOR tidak hanya sebatas unjuk keahlian personal meluncur di atas papan selebar 7,5-8,25 inci, sesama anggota juga kerap saling berbagi teknik dan pengalaman.
Olahraga ekstrem yang mereka tekuni siapa sangka akhirnya berbuah prestasi membanggakan. Palido, misalnya, memboyong dua medali dalam dua pelaksanaan FORNAS, masing-masing perunggu di FORNAS 2019 dan perak di FORNAS 2022.
Beberapa anggota lain komunitas Palu Skateboarding juga pernah mengharumkan nama Sulawesi Tengah dalam berbagai ajang di luar daerah.
Pun demikian, sepak terjang komunitas ini tidak serta-merta bikin pemerintah kota maupun provinsi langsung melirik. Mulai dari fasilitas wahana bermain yang diberikan tidak memenuhi standar, hingga ketiadaan apresiasi bagi para rider yang mendapatkan medali.
View this post on Instagram
“Untuk skateboard, jujur hanya dijadikan ladang untuk politik menurut saya,” ujar Palido agak ketus. Sudah banyak politikus yang pernah menyambangi komunitas ini, tapi hingga sekarang para skater yang tergabung dalam Palu Skateboarding tak kunjung diperhatikan.
Beberapa fasilitas penunjang yang ada di arena bermain Taman GOR adalah hasil urunan para anggota, mulai dari kabel untuk penerangan hingga mengisi pulsa listrik lampu sekitar skatepark. Urusan pemeliharan dan perawatan juga berasal dari kocek pribadi anggota komunitas.
“Ndak ada dana dari pemerintah. Lampu ini juga dipakai untuk menerangi yang lain. Makanya biar tidak ada orang yang bermain, lampu ini biasa tetap menyala. Padahal dorang tidak tahu uang pulsa mengisi listrik ini ceka-ceka (urunan, red.),” tutur Palido sambil tertawa.
Harapan sempat muncul saat Pemerintah Kota Palu melalui Dinas Pekerjaan Umum pada tahun 2019 membangun skatepark di Kawasan Hutan Kota, Jalan Jabal Nur, Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore.
Namun, setelah pembangunannya kelar ternyata skatepark itu tidak memenuhi standar. Lantainya bertekstur kasar. Rentan bikin cedera. Para skater jadinya tetap lebih memilih beraksi di Taman GOR. Alhasil arena tersebut kini terbengkalai.
“Skatepark di Hutan Kota itu tipenya bowl. Cuma tidak proper karena tidak ada hitung-hitungannya. Padahal bikin skatepark itu harus ada hitung-hitungannya. Makanya jadi tidak memenuhi standar,” demikian Palido menjawab alasan mengapa Palu Skateboard enggan memanfaatkan skatepark yang ada di Hutan Kota.
Palido juga menyayangkan pembangunan skatepark yang sama sekali tidak melibatkan para skater dari komunitas ini. “Tau-tau sudah jadi. Padahal kalo ada konsultan yang memang ahli dalam bidang skateboard tidak akan begitu desainnya,” sambungnya.
Selain tidak dilibatkan dalam hal pembangunan infrastruktur terkait hobi yang mereka tekuni, ketiadaan apresiasi dari pemerintah daerah juga turut menjadi keluhan Palu Skateboard.
“Kami tidak diapresiasi sama pemerintah. Waktu saya bertanding di Fornas Palembang, tadinya diiming-imingi bonus kalau bisa bawa pulang medali. Lumayan, kan, bisa untuk anak istri. Pas sampai di Palu waktu pengalungan medali kembali oleh wakil gubernur saat upacara di kantor gubernur, saya pikir setelah upacara akan dikasih. Ternyata tidak ada juga,” keluh Palido.
Oleh karena itu, Palido berharap pemerintah daerah, semisal kota atau provinsi, memberikan perhatian dan apresiasi kepada mereka laiknya atlet dari cabang olahraga lainnya ketika menorehkan prestasi. Sebab mereka juga membawa nama baik daerah kala bertanding.
“Tolong perhatikan juga kitorang. Kami ini tujuannya baik supaya mewadahai minat dan bakat anak muda Kota Palu dalam bidang skateboard. Selain itu biar anak muda di kota ini tidak kriminal, tidak ba begal, narkoba. Saya kecewa sama pemerintah, kecewa sekali,” pungkas Palido.
skateboard komunitas Palu Skateboard FORNAS olahraga ekstrem skatepark Taman GOR pemerintah daerah