Pasar mingguan di pesisir barat Teluk Palu
Penulis: Hermawan Akil | Publikasi: 30 Desember 2024 - 15:21
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Pasar mingguan di pesisir barat Teluk Palu
Berbagai hasil usaha pertanian dijual di pasar mingguan Tipo saban Kamis dan Minggu | Foto: Hermawan Akil/Tutura.Id

Setiap Kamis dan Minggu, sekira pukul 13.00—21.00 Wita, lapakan pasar dadakan hadir di bibir barat Teluk Palu, tepatnya di Jalan Poros Palu—Mamuju, seberang Masjid Jami Al-Hidayah, Kelurahan Tipo, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu.

Walau kecil, barangkali tidak lebih dari 500 meter persegi, pasar ini terbilang cukup bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan dapur rumah tangga. Ikan, sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, telur, bermacam sabun, perlengkapan dapur, dan masih banyak lagi kebutuhan rumah tangga bisa didapatkan di sini.

"Cari apa? Ada rica, alpukat, atau ubi. Ini ubi baru dari kebun," ujar Evi, salah seorang pedagang, saat Tutura.Id menyambangi pasar mungil tersebut, Minggu (29/30/2024).

Tampak jelas terlihat kalau umbi jenis singkong yang berjejer rapi tersebut masih diselimuti tanah yang agak basah. Sepertinya baru saja dipanen.

Hampir seluruh isi lapakan di sini bersumber dari kebun milik sendiri yang ada di lahan Komunitas Adat Nggolo. Orang lebih sering menyebutnya sebagai orang Salena, Kelurahan Buluri, Kecamatan Ulujadi.

Hasil bumi melimpah selaras dengan laku hidup masyarakatnya yang punya keterhubungan kuat pada tanah dan tradisi.

Falsafah "Indoku Dunia, Umaku Langi" yang memiliki arti "Ibuku adalah bumi(tanah) dan ayahku adalah langit", menjadikan orang Salena punya pandangan untuk terus menjaga harmoni alam dan memanfaatkan tanah dengan bercocok tanam.

Secara sadar orang Salena memahami konsep sebab-akibat. Apa yang ditanam itulah yang akan dituai. Apalagi bila melihat kondisi gunung-gunung di sekitar permukiman orang Salena saat ini yang telah dikeruk perusahaan atas nama pembangunan.

Jarak antara permukiman orang Salena menuju pasar ini, "Kalau kita bakar ini rokok di jalan, belum habis rokok sudah sampai," kata Yudini, suami Evi, sambil menunjuk lintingan tembakau miliknya.

Bila diukur menggunakan waktu, kurang lebih lima hingga 10 menit dengan kendaraan roda dua. Jarak yang cukup cepat ketimbang harus mendatangi Pasar Inpres Manonda di Kelurahan Balaroa.

Kehadiran pasar mingguan di Tipo ini membuat warga sekitar tak perlu jauh harus membeli kebutuhan pokok di Pasar Inpres Manonda | Foto: Hermawan Akil/Tutura.Id

Sebelum pasar ini ada, hasil bumi orang Salena pasti berakhir di Pasar Inpres untuk dijual. Kini Evi dan para pedagang lainnya memutuskan untuk menjualnya di pasar mingguan ini.

Jarak dan selisih keuntungan yang memutuskan mereka memilih berjualan di sini. Letak pasar ini terbilang strategis, karena posisinya tepat di tepi jalan poros yang ramai lalu-lalang kendaraan.

Bila melihat daerah ini yang masuk dalam Kecamatan Ulujadi, enam kelurahan yang ada memang selalu mendatangi Pasar Inpres Manonda untuk membeli bahan pokok.

Sedangkan Kelurahan Buluri, Tipo, dan Watusampu yang ada di perbatasan antara Kota Palu dan Kabupaten Donggala terbilang jauh untuk menjangkau pasar tersebut.

Itu mengapa hadirnya pasar mingguan ini cukup membantu, baik penjual maupun pembeli yang ada di sekitar.

"Kadang juga kalau banyak hasil kebun, kita pigi jual di Buluri dan Watusampu," kata Evi. Pasar serupa ini tidak hanya ada di Kelurahan Tipo. Karena konsepnya pasar mingguan, maka ada jadwal atau hari tertentu untuk berjualan di beberapa titik. Bila di Tipo hari Kamis dan Minggu, hari Senin di Watusampu, lalu Selasa di Buluri, dan Rabu di Loli Pesua.

Untuk bisa berjualan di pasar ini, Evi dan pedagang lainnya cukup mengeluarkan ongkos sewa harian sebesar tiga ribu dan lima ribu rupiah bila memakai lampu.

Biaya sewa tersebut diberikan kepada pemilik lahan atau biasa mereka sebut kepala pasar. Karena memang mulanya kawasan ini berdiri tembok setinggi dua meter, penanda bahwa tanah tersebut milik pribadi seseorang.

Saat terjadi bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi pada 2018 silam, tembok yang semula berdiri itu runtuh. Para pedagang secara perlahan kembali menempati lapakan mereka di atas reruntuhan. Sekarang bukan hanya orang Salena yang berjualan di lokasi ini, ada juga pedagang yang datang dari Pasar Inpres Manonda dan Kabupaten Donggala.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
0
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Upaya Bank Indonesia memajukan UMKM di Sulteng
Upaya Bank Indonesia memajukan UMKM di Sulteng
Bank Indonesia perwakilan Sulteng berusaha membina dan bermitra dengan 75–100 UMKM lokal agar lebih memperkuat…
TUTURA.ID - Si hitam dengan beragam manfaat untuk kesehatan
Si hitam dengan beragam manfaat untuk kesehatan
Setiap warna yang ada dalam tumbuhan, entah buah, sayur, atau biji-bijian, memiliki aneka kandungan yang…
TUTURA.ID - Suhu panas ekstrem, El Nino dan ketahanan pangan di Sulteng
Suhu panas ekstrem, El Nino dan ketahanan pangan di Sulteng
BMKG menilai suhu udara di Mei 2023 masih netral. Tidak se-ekstrem April lalu. Meski ada…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng