Langkah Lentera Silolangi menuju Festival Seni Bali Jani terantuk
Penulis: Mughni Mayah | Publikasi: 6 Juli 2023 - 17:29
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Langkah Lentera Silolangi menuju Festival Seni Bali Jani terantuk
Salah satu pementasan teater Lentera Silolangi (Sumber: Istimewa)

Perahu atau sakaya dalam Bahasa Kaili merupakan objek dan kendaraan dengan posisi penting dalam kehidupan masyarakat pesisir yang mendiami Lembah Palu. Perahu menghubungkan kehidupan di daratan dan perairan.

Selain itu, perahu juga kerap jadi simbol penghubung antara manusia dan hal-hal gaib. Misalnya dalam ritual adat pompaura (tolak bala) yang melarungkan perahu berisi sesajen diiringi gane-gane atau pembacaan doa ke tengah laut.

Khazanah kebudayaan ini yang kemudian diusung oleh komunitas teater Lentera Silolangi dalam pementasan teater terbaru mereka.

Perjalanan berkesenian kelompok yang sudah merentang selama tiga dekade ini memang lekat dengan karya bernuansa kearifan lokal di Sulawesi Tengah. Menjadikan seni teater sebagai bagian dari pelestarian dan perkenalan budaya Kaili di kancah nasional.

Latihan pementasan teater “Sakaya” dilakukan untuk persiapan menuju Festival Seni Bali Jani (FSBJ) V yang berlangsung 16-30 Juli 2023. Ajang apresiasi budaya ini telah berlangsung sejak 2019.

Tahun lalu dari ajang yang sama, Lentera Silolangi juga turut berpartisipasi. Mereka hadir mementaskan naskah teater “Sumur Tanpa Dasar” karya Arifin C. Noer, legenda teater dan film Indonesia.

Kala itu mereka bahkan memenangi kategori teater modern menyisihkan dua pesaing utama berstatus tuan rumah: Teater Takhta (juara II) dan Teater Kontras (juara III).

Para anggota Lentera Silolangi sedang latihan mempersiapkan pementasan teater "Sakaya" (Sumber: Istimewa)

Menurut keterangan Adi Atmaja (24) selaku penulis naskah, tim produksi mempersiapkan penggarapan teater “Sakaya” sejak Maret silam. Salah satu bentuk persiapannya dengan mendatangi budayawan, menelusuri referensi dari seniman, mewawancarai nelayan, dan orang-orang di sekitar pesisir pantai di Lembah Palu.

Pementasan teater “Sakaya” yang disutradarai Dili Swarno melibatkan 23 pemain. Lantaran tak punya tempat pementasan, terutama sejak robohnya Gedung Olahraga dan Seni (Golni) tersapu tsunami, latihan berlangsung di tempat-tempat berbeda.

Komitmen yang kadung menancap kuat untuk terus mempertahankan seni teater di Palu, urusan ketiadaan tempat tetap tak mengendurkan semangat komunitas ini.

Saat bersua Tutura.Id di Perpustakaan Nemu Buku, Jalan Tanjung Tururuka, Senin, (26/6/2023), Adi mengungkap bahwa paling susah dalam pementasan ini adalah mekanisme penganggaran.

Kesusahan itu muncul lantaran panitia mengubah mekanisme pendanaan kepada para peserta. Ternyata seiring waktu, panitia mengabarkan bahwa kebijakan berubah menjadi reimbursement alias pembayaran dilakukan belakangan setelah mereka tampil.

Perubahan itu bikin para awak Lentera Silolangi harus putar otak mencari sumber pembiayaan. Sebab rombongan yang ikut serta tak sedikit jumlahnya. Total ada 23 orang. Belum untuk ongkos lain di luar transportasi.

Lentera Silolangi saat mengikuti Festival Teater Berbahasa Kaili (Sumber: Istimewa)

Menolak ikut FSBJ bukan hanya menampik tawaran panggung pertunjukan teater yang notabene aslinya sangat minim, tapi juga berarti membuang kesempatan bagus memperkenalkan khazanah budaya Sulteng dalam rupa seni kepada publik lebih luas.

Oleh karena itu, komunitas ini berupaya sekuat tenaga mencari akses pendanaan kepada pemerintah daerah. Mereka berharap pintu mediasi bertemu langsung dengan Gubernur atau Wakil Gubernur Sulteng terbuka.

Apa boleh bikin, hingga kini jelang waktu pementasan yang makin dekat, kesempatan tersebut tak kunjung terwujud. Annisa Saskia Putri sebagai pimpinan produksi mengaku mendapat respon yang terkesan dingin dari para petugas saat membuat janji bertemu.

Usaha lain coba ditempuh dengan mengharapkan skema dana abadi kebudayaan alias Dana Indonesiana dari Kemdikbud RI. Sebab pemerintah daerah belum memiliki skema dana abadi kebudayaan.

Pendanaan kebudayaan ini ditujukan sebagai salah satu bentuk pemajuan kebudayaan seperti diamanatkan Undang-Undang No. 5 tahun 2017. Dana ini dapat diakses oleh pemangku kepentingan dan para seniman dengan memenuhi sejumlah syarat.

Saat Lentera Silolangi coba mengaksesnya, platform tersebut sempat mengalami eror. Ketika sudah bisa diakses, proposal permohonan dana yang coba mereka masukkan selalu gagal terkirim.

Pada akhirnya komunitas ini tak terlalu berharap lagi bisa mendapatkan dana tersebut. Sebab menurut mereka Dana Indonesiana khusus Interaksi Budaya normalnya butuh dua pekan untuk pencairan. Sementara waktu mereka tersisa kurang dari jangka tersebut.

Untuk saat ini ikhtiar yang bisa dilakukan adalah dengan berjualan kaos via akun Instagram. Skenario terakhir yang akan mereka tempuh demi mendapatkan dana menuju Bali mau tak mau melalui pinjaman.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
1
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Mengembangkan tradisi lisan agar tak lekas punah
Mengembangkan tradisi lisan agar tak lekas punah
Komunitas Seni Tadulako—Yayasan Tadulakota menggelar acara "Merangkai Kearifan Lisan Bumi Tadulako" sebagai upaya agar seni…
TUTURA.ID - Bahas bahasa daerah dan asing di sekolah dasar
Bahas bahasa daerah dan asing di sekolah dasar
Mempelajari bahasa asing sejak dini tidak serta merta menghambat pertumbuhan penguasaan bahasa daerah. Kedua bahasa…
TUTURA.ID - Kerja keras mewujudkan pertunjukan seni ''BAJALAN SAMA-SAMA''
Kerja keras mewujudkan pertunjukan seni ''BAJALAN SAMA-SAMA''
Sanggar seni dari empat sekolah yang berbeda berkolaborasi mengadakan satu pertunjukan seni. Ada banyak tantangan…
TUTURA.ID - Meregenerasi Bahasa Kaili lewat buku-buku sastra
Meregenerasi Bahasa Kaili lewat buku-buku sastra
Komunitas Seni Lobo menggelar diskusi terbuka yang mengangkat topik tentang regenerasi Bahasa Kaili melalui karya…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng