Lima alasan mendatangi Festival Sastra Banggai
Penulis: Rizki Syafaat Urip | Publikasi: 21 November 2022 - 20:48
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Lima alasan mendatangi Festival Sastra Banggai
Sumber: Facebook Festival Sastra Banggai

Festival Sastra Banggai (FSB) 2022 akan digelar pada 24-27 November. Hajatan akbar yang diinisiasi Yayasan Babasal Mombasa ini bakal berlangsung untuk yang keenam kalinya--digelar saban tahun sejak 2017.

Menimbang kerutinan gelarannya, beberapa orang menyebut FSB sebagai salah satu hajatan sastra penting di sisi timur Indonesia, tentunya setelah Makassar International Writers Festival.

Kali ini FSB mengusung tema "Tautan Keenam: Mengungkai Acak, Menyimpul Padu.” Tema itu diambil dari filosofi bahasa Banggai, montolutusan, yang berarti persaudaraan. 

“Lewat tema ini, kami berupaya menyatukan yang sudah terserak dan menyimpulnya menjadi satu kesatuan” kata Ama Achmad, lewat telepon Senin (21/11/2022). Makna kesatuan yang dimaksud Ama merujuk pada semangat persaudaraan dari tiga etnik utama di Bangai Raya, yakni Banggai, Balantak, dan Saluan.

FSB bakal jadi titik temu bagi para pegiat sastra. Beberapa penulis yang punya nama di kancah nasional bakal hadir. Pun demikian dengan mereka yang menghidupi dunia sastra dan literasi di akar rumput.

Tak heran bila festival ini juga diharapkan menjadi ajang pertukaran gagasan dan pengalaman antara para pegiat sastra.   

Tutura.Id merangkum lima alasan untuk turut hadir di FSB 2022.

1. Menghadirkan banyak penulis

Namanya festival sastra, sudah sepatutnya hajatan ini mendatangkan para penulis. Beberapa penulis yang pernah singgah di FSB ialah Joko Pinurbo, Aan Mansyur, Rusdi Mathari, Lily Yulianti Farid, Maman Suherman, serta penulis lainnya.

Pada tahun ini, mereka bakal mendatangkan Reza Nufa, Pemred basabasi.co; Ahmad Arif, wartawan Kompas; Maria Pankratia, Manajer Klub Buku Petra; serta beberapa penulis dan sastrawan lainnya.

2. Suguhan musik dan penampil

Teruntuk penyuka musik, festival ini bakal menghadirkan Kapal Udara, sebuah band folk pop asal Makassar yang sedang naik daun.

Selain band dari luar, FSB juga bakal menyajikan penampilan-penampilan lain. Misal musik dan tari tradisional, pembacaan puisi, serta penampilan lainnya.

3. Banyak kelas

Sudah jadi ciri FSB, tiap gelarannya selalu dilengkapi dengan berbagai kelas dengan macam-macam topik.

Pada gelaran kali ini, kalian yang ingin belajar menjadi penulis bisa mengikuti sesi “Full Time Writer” yang dibawakan Genta Kiswara, seorang penulis yang hobi traveling. Ia jadikan hobinya sebagai bahan tulisan dan ditayangkan lewat medsos. Gayanya sedih nan mendayu-dayu, disukai banyak orang. 

Ada juga kelas yang mengetengahkan topik “Mendengarkan Suara Perempuan” yang diisi oleh Aya Canina dan Ama Achmad. Latar belakang Aya sebagai mantan vokalis band Amigdala. Sedangkan Ama merupakan ketua Yayasan Babasal Mobasa. 

4. Peluncuran buku

FSB 2022 juga akan dimeriahkan dengan sejumlah peluncuran buku. Salah satunya ialah buku Mai Jaga Tobui. Buku ini ditulis oleh Neni Muhidin, pegiat literasi yang berbasis di Palu, Sulawesi Tengah. Buku terbitan Nemu Publishing ini berisi tentang nelayan dan kehidupannya di pesisir Balantak dan lautnya. 

Selain itu juga peluncuran buku Lagu Tidur karya Ama Achmad. Ini merupakan buku kedua Ama yang rilis lewat penerbit Gramedia. 

Kitab lain yang akan diluncurkan ialah kumpulan tulisan hasil dari Akademi Sastra Banggai, sebuah program residensi yang diinisiasi Yayasan Babasal Mombasa dan melibatkan peserta dari Banggai Raya. Residensi selama tujuh bulan itu diharapkan bisa membangun semangat persaudaraan, dan ajang tukar gagasan kalangan muda di Banggai Raya.

5. Lokasi kegiatan

FSB akan digelar di ruang terbuka hijau paling terkenal di Luwuk, RTH Lalong. Letaknya berada di Teluk Lalong. Lokasinya tidak jauh satu titik nongkrong di Luwuk yakni Pantai Kilo Lima, sebuah pantai yang menghadap ke arah Banggai Kepulauan.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
5
Jatuh cinta
4
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Festival Kampung Lere perkenalkan sejarah dan kebudayaan
Festival Kampung Lere perkenalkan sejarah dan kebudayaan
Warga Kelurahan Lere berusaha mengikis trauma bencana dengan mengadakan Festival Kampung Lere.
TUTURA.ID - Festival Tangga Banggo beri apresiasi kepada para seniman dan budayawan
Festival Tangga Banggo beri apresiasi kepada para seniman dan budayawan
Forum Masyarakat Siranindi selaku penyelenggara Festival Tangga Banggo memberikan penghargaan kepada 10 seniman dan budayawan…
TUTURA.ID - Menyaksikan tarian balia dan momen trans di Kumbasa
Menyaksikan tarian balia dan momen trans di Kumbasa
Tubuh perempuan itu gemetar hebat, matanya melotot, dan suaranya jadi berat. Satu momen yang saya…
TUTURA.ID - Melacak jejak bangunan kolonialisme di Lembah Palu
Melacak jejak bangunan kolonialisme di Lembah Palu
Sejumlah bangunan peninggalan kolonialisme Belanda tersebar di Lembah Palu. Beberapa yang masih bertahan kondisinya sudah…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng