Orang Palu kerap mengukur kemajuan kota ini dengan melihat hadirnya sebuah waralaba (franchise) beken. Kebiasaan itu sering terdengar dalam percakapan kasual, termasuk di media sosial.
Balik ke Mei 2012, seorang warganet di Twitter mencuit, “Haseek di Palu sudah ada Pizza Hut. Mantap Palu sudah maju.” Masih ada sejumlah arsip kicauan senada yang merayakan dibukanya restoran piza ala Amerika itu—piza asli Italia bentuknya lebih tipis.
Antrean mengular pun jadi pemandangan normal tiap kali jenama (brand) waralaba kondang buka perdana di Palu. Satu yang masih melekat di kepala, saat McDonalds buka resto perdananya pada 8 Desember 2021.
Kala itu antrean berlangsung selama berhari-hari. Saking ramainya, polisi harus pasang pembatas jalan untuk memastikan barisan kendaraan pada layanan tanpa turun (latantur alias drive thru) McD tak mengganggu lalu lintas di Jalan Juanda.
Pun pada medio 1996, saat KFC buka gerai pertama di Pertokoan Hasanuddin, seingat saya, sempat muncul tren di kalangan menengah ke atas untuk merayakan ulang tahun anak di resto ayam goreng rintisan Kolonel Sanders itu.
***
Kebiasaan menjadikan keberadaan gerai waralaba beken sebagai indikator kemajuan kota barangkali juga bagian dari inferioritas.
Banyak dari kita mungkin merasa rendah diri lantaran kota ini tak punya banyak gerai waralaba. Kita juga mau seperti Jakarta, Surabaya, atau yang terdekat sebutlah Makassar, yang kotanya semarak dengan macam-macam jenama waralaba.
Singkatnya, dalam bayang-bayang inferioritas, gerai waralaba dilihat sebagai simbol modernitas.
Lantas jenama waralaba apa yang paling dinantikan kehadirannya di Palu?
Hasil “Polling Paling 2023” yang diselenggarakan Tutura.Id--lewat fitur Instagram Story--menyimpulkan bahwa restoran khas Jepang, Marugame Udon jadi waralaba yang paling dinantikan warga Palu.
Marugame Udon memenangkan polling dengan persentase pemilih mencapai 34%. Selanjutnya disusul oleh jenama donat dan kopi asal Amerika Serikat, Dunkin (25%); restoran ayam goreng khas AS, A&W (21%); dan brand startup kopi retail, Fore (20%).
Selintas cerita Marugame Udon
Marugame Udon, atau dikenal juga sebagai Marugame Seimen, berdiri pada 2000. Kedai pertamanya terletak di Kakogawa, Prefektur Hyogo, Jepang.
Waralaba ini mulai menjajaki kepopuleran global setelah menyandang status sebagai jejaring restoran udon terbesar di Jepang pada 2009. Saat ini, Marugame Udon sudah punya 1.100 cabang di berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Rusia, Inggris, dan Australia.
Terkhusus di Indonesia, ada 91 restoran Marugame Udon yang tersebar di 28 kota. Beberapa kota juga relatif dekat dengan Palu, misal Makassar (4), Manado (1), dan Balikpapan (1).
Restoran ini menawarkan udon dan tempura sebagai menu andalan. Tempura merujuk pada gorengan berbahan dasar makanan laut atau sayur-sayuran. Sedangkan udon ialah jenis mi khas Jepang yang dibuat dari tepung terigu, air, dan garam.
Banyak warganet Indonesia—di forum internet—menyebut "Beef Abura Udon" sebagai menu favorit di Marugame Udon. Menu ini tersedia dalam dua varian spicy (pedas) dan original.
JW-Magazine menuliskan bahwa kunci kelezatan Marugame Udon tak hanya terletak pada pemilihan bahan dan resep yang pas, tetapi juga karena mereka memiliki ahli mi yang disebut Mensho. Sang ahli kerap berkeliling ke semua cabang untuk mengajarkan cara menyiapkan udon dengan benar.
Mungkin saat dengar mi khas Jepang salah satu yang terlintas di kepala kita ialah tokoh anime Naruto yang doyan mi. Meski begitu, mi kegemaran Naruto ialah ramen. Bukan udon. Keduanya berbeda meski sama-sama berbahan dasar tepung terigu.
Masterclass menjelaskan perbedaan antara keduanya. Dari sisi ukuran, mi udon tebal dan lurus, sedangkan ramen cenderung lebih tipis serta bergelombang. Udon dibuat tanpa telur, dan ramen sebaliknya, yang sekaligus membuatnya tampak kekuningan. Kaldu udon pun lebih halus serta ringan, padahal ramen lebih kental dan berani.
Ada banyak cerita tentang asal muasal udon. Namun semuanya bersepakat bahwa teknik dasar membuat udon mula-mula dikenal di China, dan lantas berkembang pesat di Jepang.
Salah satu penjelasan sejarah Udon datang dari laman Google Arts & Culture. Putar waktu sekitar 1.200 tahun silam, alkisah ada seorang biku alias pemuka Buddha bernama Kukai yang pergi China untuk belajar. Ia lantas balik ke Jepang dengan pengetahuan tentang udon, yang selanjutnya berkembang dalam berbagai varian.
Pada perkembangannya, udon menjelma jadi bagian penting dalam budaya Jepang, terutama karena bahan-bahannya yang mudah didapatkan. Mi ini telah menjadi pengganti nasi bagi orang Jepang selama berabad-abad.
Sekadar tambahan informasi, di Indonesia, Marugame Udon tergabung dalam Sriboga Food Group yang membawahi berbagai usaha waralaba restoran lewat PT Sriboga Raturaya. Perusahaan tersebut sempat jadi sorotan pada awal 2016, tatkala laporan kolaborasi BBC dan Majalah Tempo menunjukkan dugaan penggunaan bahan-bahan kedaluarsa.
Catatan lain, lepas dari perkara di muka, di dalam jejaring PT Sriboga Raturaya ini juga tergabung jenama Pizza Hut.
Restoran piza itu sudah hampir 11 tahun beroperasi di Palu; bukan tak mungkin saudara mudanya bakal menyusul buka cabang.
Kota ini sudah punya beberapa waralaba asal Amerika Serikat, kehadiran restoran khas Jepang mungkin bisa jadi alternatif menarik. Bila kelak terwujud, pada hari-hari pertamanya, hampir pasti antrean bakal panjang dan tebal bak udon.
Marugame udon marugame seimen udon ramen tempura jepang makanan franchise waralaba fore dunkin A&W franchise di palu palu