Mengintip seni grafiti di Kota Palu; bersimpang street art dan vandalisme
Penulis: Pintara Dinda Syahjada | Publikasi: 17 Juli 2023 - 19:16
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Mengintip seni grafiti di Kota Palu; bersimpang street art dan vandalisme
Seorang pengendara motor melintas di depan hadapan grafiti buatan Palu Graffiti di Jembatan Lalove, Palu. | Foto: Pintara Dinda Syahjada

Sekitar sepuluh tahun silam, 1 Juni 2013, berdirilah Komunitas Palu Graffiti--mengikut gaya penulisan Inggris dengan dua huruf F. Komunitas ini bermula dari obrolan dan diskusi dari sekitar 20-an orang muda Kota Palu yang punya minat pada grafiti.

Saat itu, mereka merasa ada kekosongan wadah yang bisa menampung hobi grafiti di Kota Palu. Demi mengisi kekosongan itu, Palu Graffiti pun dibentuk. Aktivitas mereka bisa pula diintip lewat akun Instagram @palu.graffiti.  

Satu dekade berselang, komunitas ini masih eksis. Karya-karya mereka terpampang pada sejumlah titik di Kota Palu.

Misalnya di Jalan Gunung Sidole, pada dinding samping Kantor RRI Kota Palu. Karya-karya itu memuat pesan-pesan sosialisasi seputar Pemilihan Kepala Daerah 2020. Maklum karya seni itu dikerjakan lewat kerjasama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU).

“Kami mural di tembok RRI sekitar 2019. Itu punyanya KPU. Pada 2017 juga pernah dapat izin dari RRI, dan dari Dinas Pekerjaan Umum,” ujar Malic Aero Crew (MAC), salah seorang pegiat Palu Grafiti, yang berkomunikasi dengan Tutura.Id lewat WhatsApp, Jumat (14/7/2023). 

MAC menyebut bahwa Palu Graffiti lebih suka buat gambar dengan perizinan. Seperti yang mereka lakukan sepanjang April-Mei 2023. Dalam kurun waktu lebih dari sebulan, mereka menggelar bombing massal di Jembatan Palu V alias Jembatan Lalove. 

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by palu graffiti (@palu.graffiti)

Adapun bombing merupakan istilah di kalangan seniman jalanan (street artist) yang merujuk pada aksi mengecat permukaan di sebuah ruang publik.

Lazimnya, bombing dilakukan dengan cara melempar cat atau sekadar membubuhkan ”tag” (tanda ikonik) dari pelakunya--agar cepat serta tidak rumit dengan kemungkinan kedapatan saat melakukan aksi.

Sedikit berbeda, menurut MAC, bombing yang dilakukan Palu Graffiti melibatkan orang banyak, dan makan waktu lebih dari sebulan. Gambar yang kini terpampang di Jembatan Lalove itu juga diklaim sudah beroleh izin dari kepolisian. Warga setempat pun merasa bahwa gambar-gambar penuh warna itu menambah ekstetika.

“Keterlibatan pihak kepolisian dan warga setempat membuat karya street art menjadi lebih bertahan lama,” kata MAC mencoba menjelaskan alasan di balik perbedaan itu.  

Konon aksi bombing massal itu merupakan bagian dari perayaan Indo Graffiti Day, yang jatuh pada Maret silam.

MAC menyebut bahwa ada kerinduan di kalangan pegiat grafiti Kota Palu untuk menggelar bombing massal, yang terakhir mereka lakukan pada 2021 di bilangan Kelurahan Tipo, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu.

Seni jalanan atau vandalisme?

Grafiti kadang sulit dibedakan atau tertukar dengan mural. Padahal keduanya punya banyak perbedaan, salah satunya: Grafiti biasanya pakai cat semprot dan spidol untuk membuat tag atau gambar; sedangkan mural biasanya berupa karya seni yang dipesan--dilukis dengan pesan tertentu atau tujuan tertentu.

Keduanya merupakan cabang dari street art (seni jalanan). Ringkasnya, street art merujuk pada karya-karya seni yang ditampilkan di depan umum, seperti gedung, jalan, kereta api, dan permukaan lain yang bisa dilihat oleh publik.

Lantaran itu, street art biasanya menawarkan sesuatu yang esetetis (berkenaan dengan keindahan) di ruang publik. Tak heran bila pada beberapa kasus, proyek mural yang akhirnya difasilitasi oleh institusi pemerintah atau bahkan perusahaan swasta.  

Hal itulah yang sedang dilakukan oleh Palu Graffiti. Dengan metode kooperatif mereka mencoba mendapatkan izin untuk menggambar. Seperti yang terjadi di tembok samping kantor RRI dan Jembatan Lalove.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Info Palu (@infopalu)

Di sisi lain, grafiti memang lazimnya dilakukan tanpa izin. Pasalnya, ia juga kerap jadi medium perlawanan untuk menyuarakan aspirasi politik alternatif. 

Untuk menyebut contoh, kita mungkin ingat gambar muka Jokowi dilengkapi dengan tulisan “404 Not Found" yang sempat viral pada pertengahan 2021. Hal macam ini juga bukanlah sesuatu yang baru di Indonesia. Sejak masa perjuangan kemerdekaan, semboyan seperti “Merdeka atau Mati” juga menyebar lewat aksi-aksi grafiti macam ini. 

Saking biasanya fenomena ini, penyanyi legendaris, Iwan Fals pernah menulis lagu populer “Coretan di Dinding” pada awal 1990-an. “Sebab coretan dinding // Adalah pemberontakan kucing hitam yang // Yang Terpojok di tiap tempat sampah // Di tiap kota." 

Street artist–berikut turunannya seperti grafiti atau mural–jelas berbeda dengan aksi vandalisme.

Istilah yang disebut terakhir merujuk perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan alam dan sebagainya).

Pada titik ini, aktivitas sekadar corat-coret tanpa estetika atau gagasan tertentu bisa disebut sebagai vandalisme.  Misalnya, fenomena coretan Fajar X-Tora yang sempat ramai di medio 2022 bisa dijadikan contoh vandalisme.

Contoh lain ialah corat-coret di Jembatan I Palu, yang konon pelakunya sedang dikejar oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palu. Ada pula tanda cinta dari “Haikal Otista” yang sempat viral di medsos pada awal Juli 2023.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
7
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Khazanah wastra di Sulteng; dari kulit kayu hingga tenun ikat
Khazanah wastra di Sulteng; dari kulit kayu hingga tenun ikat
Beragam pakaian dan kain tradisional dari suku-suku penghuni Lembah Palu terpajang dalam pameran yang berlangsung…
TUTURA.ID - Siasat tetap modis dan sehat di bawah teriknya matahari
Siasat tetap modis dan sehat di bawah teriknya matahari
Cuaca terik yang belakangan terjadi di Palu tak hanya memengaruhi kesehatan, tapi juga penampilan. Harus…
TUTURA.ID - Melongok penerapan aturan pembatasan menggunakan plastik sekali pakai
Melongok penerapan aturan pembatasan menggunakan plastik sekali pakai
Pemkot Palu mulai 1 Agustus 2023 membatasi penggunaan plastik sekali pakai di area publik. Efektifkah…
TUTURA.ID - Tarung bebas Munas XI KAHMI
Tarung bebas Munas XI KAHMI
Munas XI KAHMI menghadirkan presidium yang kebanyakan anggota partai, dan semuanya berjenis kelamin laki-laki. Apa…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng