Mata Rantai XII suguhkan kekayaan budaya dan adat istiadat melalui pementasan seni
Penulis: Anggra Yusuf | Publikasi: 5 Desember 2023 - 08:03
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Mata Rantai XII suguhkan kekayaan budaya dan adat istiadat melalui pementasan seni
Salah satu tarian hasil dari eksplorasi dan ekspedisi budaya di Desa Towale, di tampilkan dalam Mata Rantai XII. (Foto: Anggra Yusuf/Tutura.Id)

Desa Towale, Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala, menjadi sumber inspirasi para pelaku seni. Khususnya bagi mereka bernaung pada organisasi seni kampus. 

Hal tersebut tercermin dalam hajatan "Mata Rantai XII: Ritualisasi, Aksara, Rasa, dan Raga Towale" yang berlangsung di Gedung Taman Budaya Golni, Palu Barat, Sabtu (2/12/2023) malam. 

Kegiatan yang rutin dilaksanakan ini, mengeksplorasi kekayaan budaya Desa Towale. Mulai dari tradisi, adat istiadat, hingga kebiasaan harian masyarakatnya 

Eksplorasi seni budaya ini dilakukan oleh Lembaga Kesenian (LK) Tirani, sebuah unit kegiatan mahasiswa yang berbasis di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako. 

Saban tahun LK Tirani melakukan ekspedisi budaya. Mereka sengaja mengeksplorasi kekayaan budaya di wilayah berbeda. Hasilnya akan diaktualisasikan dalam sebuah pementasan seni oleh anggota baru LK Tirani.

Kali ini Desa Towale yang terpilih. Selama seminggu, angota LK Tirani melakukan eksplorasi dan ekspedisi budaya anggota LK Tirani.

Meski acara yang sedianya berlangsung pukul 19.30 Wita molor hampir satu setengah jam, tamu undangan yang datang dari berbagai organisasi kemahasiswaan dan kesenian di lingkup Untad maupun luar kampus, tetap antusias. Terlihat dari stan foto dan pintu masuk yang nyaris tak pernah sepi aktivitas. 

Ketika masuk ke dalam gedung, pengunjung disambut dengan tiga bagian ruangan yang diisi pameran lukisan alam, alat tenun, replika artefak emas, kain tenun, dan sepotong narasi cerita lampau. Semuanya menggambarkan warisan budaya, dan bentangan alam dari Desa Towale. 

Alasan pemilihan Desa Towale menjadi objek ekplorasi budaya oleh LK Tirani ialah raihan "Desa Wisata" oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Proyek eksplorasi ini juga berangkat dari hasil tugas akhir alias skripsi tentang kebudayaan salah seorang almuni di FKIP Untad. 

“Karena banyak ekspresi budaya di Desa Towale belum banyak diulas kalangan mahasiswa,” ujar Wakil Ketua Umum LK Tirani, Rizki Agung Tati Wahid, tentang pemilihan Desa Towale sebagai objek eksplorasi, Sabtu (2/12) malam. 

Penggunaan kain tenun donggala sebagai properti tarian dan simbol kuat dari budaya dan adat istiadat masyarakat Desa Towale. (Foto: Anggra Yusuf/Tutura.Id)

Kombinasi unik di atas panggung

Kondisi Taman Budaya Golni yang memprihatinkan pascabencana 2018 tak memengaruhi jalannya berbagai suguhan penampilan malam itu. 

Tatkala pewara membuka acara dan serangkaian sambutan telah selesai dilakukan, keriuhan penonton langsung terdengar.

Sedari suguhan pembuka, Mata Rantai XII menampilkan kombinasi unik antara keragaman seni dan budaya lokal.

“Sesuai dengan konsep kami mengangkat tradisi adat, ritual, dan ragam budaya masyarakat Desa Towale. Hasil proyek itu kami tampilkan dalam berbagai bentuk seni“ kata Ketua Umum LK Tirani, Siti Nuraini saat memberi sambutan. 

Beragam suguhan kesenian seperti musik, puisi, teater, dan tarian khas dikemas apik dengan sedikit nuansa kontemporer alias kekinian. Ditambah tata lampu dan sound yang memanjakan mata dan kuping hampir seratusan orang yang hadir malam itu. 

Tak hanya empunya acara yang beraksi di atas panggung, komunitas seni lain seperti Avo Bulava dan Kailinesia dari Parigi berkesempatan tampil. Secara umum, corak kebudayaan Suku Kaili jadi benang merah dalam suguhan para penampil malam itu. 

Display mesin tenun dan hasil dari tenunan berupa kain tenun khas Donggala bermotif bomba.(Foto: Anggra Yusuf/Tutura.Id)

Kekayaan budaya Towale

Dewa Towale memiliki adat istiadat dan tradisi yang dipegang teguh oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari adanya upacara adat Mandiu Bulava Mpongeo yang berarti memandikan emas yang mengeong. Yakni tradisi memandikan sebuah emas berbentuk sepasang pengantin yang konon dapat bersuara laiknya kucing. 

Air bekas memandikan emas tersebut akan dibagikan ke masyarakat desa. Warga desa percaya bahwa air tersebut dapat menghindarkan mereka dari mara bahaya.

Aksi teater jadi bagian yang paling dinantikan, karena ditampilkan secara dramatis dengan narasi legenda kisah cinta seorang putri dan anak raja setempat pada masa lampau, yang sering dituturkan masyarakat Desa Towale. 

Lakon para pemain teater mampu menghipnotis para penonton. Terlebih, legenda kisah cinta tersebut nyatanya belum berakhir meski Sang Putri telah tiada karena terjun di pusentasi atau pusat laut. 

Saat pertunjukan rampung, tepuk tangan pun bergema. Kepala Desa Towale yang turut hadir memberikan pujian atas suguhan para penampil. 

“Kami atas nama masyarakat Desa Towale, berterima kasih. Karena acara ini juga telah banyak pula memberi buah pemikiran baru kepada kami dalam memperkenalkan desa kami,” ujar Kepala Desa Towale.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
2
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Tjatjo Tuan Sjaichu Al-Idrus; jalan panjang melestarikan dialek Kaili
Tjatjo Tuan Sjaichu Al-Idrus; jalan panjang melestarikan dialek Kaili
Sejak dekade 70-an, Tjatjo TS Al-Idrus rajin menyisir berbagai kampung di Sulteng untuk meneliti ragam…
TUTURA.ID - Praktik mahasiswa memberikan parsel kepada dosen saat ujian skripsi
Praktik mahasiswa memberikan parsel kepada dosen saat ujian skripsi
Praktik mahasiswa memberikan parsel kepada dosen saban mengikuti ujian skripsi sebenarnya termasuk gratifikasi, tapi langgeng…
TUTURA.ID - Melacak jejak bangunan kolonialisme di Lembah Palu
Melacak jejak bangunan kolonialisme di Lembah Palu
Sejumlah bangunan peninggalan kolonialisme Belanda tersebar di Lembah Palu. Beberapa yang masih bertahan kondisinya sudah…
TUTURA.ID - Mencegah agar tumpukan sampah tak menjadi malapetaka
Mencegah agar tumpukan sampah tak menjadi malapetaka
Aksi bersih-bersih sampah dilakukan DLH Kota Palu bersama banyak pihak untuk memperingati HPSN 2024. Ada…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng