
Desa Balumpewa yang terletak di lembah dan punggung-punggung bukit sejak lama menjadi ruang hidup to po Inde, subetnik Suku Kaili. Tanahnya subur ditumbuhi pepohonan hijau. Ramai orang kemudian datang menjadikannya kawasan permukiman.
Dahulu kala wilayah ini disebut dengan Bolontukue. Sebagai warga yang menggantungkan hidupnya dengan bertani dan berburu, seorang bernama Peva kemudian berinisiatif menanam serumpun bambu sebagai alat penunjang aktivitas mereka. Lidah orang lokal menyebutnya balo.
Lama-kelamaan balo tumbuh berkembang makin banyak di kawasan ini sehingga penyebutannya berganti menjadi Ngata Balumpeva atau Kampung Balumpewa.
Secara georafis desa ini berada di sebelah barat Ibu Kota Kabupaten Sigi Biromaru. Sekitar 24 kilometer dari Kota Palu. Luas daerahnya mencapai 2.252 hektare.
Hingga saat ini Balumpewa bisa dikatakan desa homogen dengan nilai-nilai dan norma-norma budaya yang sudah terpelihara sejak dulu. Kelembagaan Adat Desa Balumpewa berfungsi menjaga dan mempertahankan budaya lokal dari pengaruh luar.
Beberapa perkara yang ditangani oleh lembaga adat ini, antara lain sala pale (kesalahan tangan), sala bivi (kesalahan mulut), sala mata (kesalahan menggunakan mata), sala mpaa (kesalahan kaki/melanggar etika), negau tangara (meremehkan), ka ala-ala (mengambil tanpa izin), sala kana (kesalahan berat), hingga membuka lahan tanpa izin. Maklum sebagian besar wilayah Desa Balumpewa berupa hutan lindung dan hutan konservasi.
Untuk terus memelihara khazanah tradisi budaya tersebut, Forum Taman Baca Masyarakat (TBM) Kabupaten Sigi menggelar kegiatan Festival Literasi di Desa Balumpewa yang kini jadi bagian Kecamatan Dolo Barat.
Festival yang mengusung tema “Tutura Literasi” ini baru pertama kalinya dilaksanakan oleh Forum TBM Sigi. Sebuah lanjutan dari program kerja bergilir yang dicanangkan oleh Forum TBM Sulteng.
Beberapa lembaga yang turut mendukung kegiatan ini, yakni Dewan Kesenian Sigi (DKS), Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Taman Baca Todea (TBT), Bioskop Todea, Himpunan Mahasiswa Arsitektur Untad (HIMAARTlie), Chandala Films, Sinekoci, Progres, Kalibamba, dan Nobalu.
Di depan tenda terpal tempat para pengunjung duduk, berdiri panggung kecil berukuran 3 x 4 meter. Tiang-tiang penyangganya menggunakan bambu dengan tambahan atap rumbia. Mereka yang hadir adalah warga sekitar dengan umur bervarisasi, mulai dari anak-anak hingga kalangan sepuh. Ramai.
“Kami mengusung tema tutura literasi karena ingin terus melestarikan budaya yang ada di wilayah Sigi ini. Jangan sampai warisan budaya leluhur terlupakan begitu saja akibat perkembangan teknologi,” ujar Moh. Zikran selaku ketua panitia kepada Tutura.Id (29/10/2022).
Dampaknya sudah banyak kelihatan saat ini. Generasi muda, menurut Zikran, banyak yang terpapar digitalisasi sehingga melupakan identitas budaya dan sejarahnya sendiri.
Oleh sebab itu, acara ini selain berfokus pada melatih kemampuan membaca dan menulis masyarakat Desa Balumpewa, juga menitikberatkan pada pelestarian sisi kultural masyarakat.
Beberapa kegiatan penunjang tujuan dari kegiatan ini di antaranya gelar wicara yang membahas sejarah dan kebudayaan Desa Balumpewa, pentas seni, pasar desain dan pameran, kelas literasi, atraksi budaya mosivinti, dan masih banyak agenda lainnya.
“Sekalipun kami orang asli sini, tapi masih ada sebagian sejarah desa yang kami belum ketahui. Jadi kami bersyukur dengan adanya kegiatan ini. Kami juga bisa mengajarkannya kepada anak-anak kami bahwa sangat penting pengetahuan tentang sejarah desa dan mempertahankan bahasa Kaili Inde,” ungkap Oktorin (30) yang sedari awal acara mendengarkan dengan saksama.
Hal serupa juga disampaikan oleh Amsal (30). “Bagus sudah, karena menurut saya kebudayaan di desa kami harus tetap dilestarikan. Kegiatan ini juga membangkitkan keinginan kami untuk kembali menggali sejarah-sejarah,” ujarnya.
Ikhitar Forum TBM Sigi adalah rutin melaksanakan festival literasi di Desa Balumpewa. Agar warga bisa terus melestarikan kebudayaan dan mempelajari sejarah yang diukir oleh tetua mereka.
“Kegiatan ini merupakan awalan. Ke depan kami coba bikin lebih banyak program, misalnya polipa (jalan-jalan) literasi yang bakal dilaksanakan di Balumpewa dalam beberapa bulan ke depan,” pungkas Zikran.
forum taman baca masyarakat kaili inde balumpewa festival literasi sigi biromaru kebudayaan tradisi tutura literasi
