Melihat kembali status kesehatan mental Gen Z di Sulteng
Penulis: Denthamira Rahmandha Kusuma | Publikasi: 21 Maret 2023 - 05:52
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Melihat kembali status kesehatan mental Gen Z di Sulteng
Kesehatan mental ditandai dengan simbol pita berwarna hijau. Status gangguan kesehatan mental GenZ di Sulteng dapat dilihat dari Riset Kesehatan Dasar 2018. (Foto: shutterstock)

Setiap tanggal 20 Maret, dunia merayakannya sebagai Hari Kebahagiaan Internasional. Di Tahun 2023 ini, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai organisasi pemrakarsa peringatan ini, menandainya dengan meluncurkan laporan Kebahagiaan Dunia 2023.

Laporan ini dapat diakses melalui fitur download di laman resmi 2023 World Happiness Report. Situs ini terhubung langsung dengan laman milik PBB.  

Terlepas dari laporan itu, Tutura Id, mencoba menyajikan ukuran kebahagiaan dari paripurnanya kesehatan tubuh. Utamanya dari kesehatan mental. Apa kabar kesehatan mental generasi Z (Gen Z) Sulawesi Tengah?

Mental illness atau yang kerap disebut gangguan kesehatan mental adalah kondisi kesehatan yang memengaruhi pemikiran, perasaan, perilaku, suasana hati, atau kombinasi di antaranya. Kondisi ini dapat terjadi sesekali atau berlangsung dalam waktu yang lama.

Bermunculah berbagai stigma buruk terhadap pengidap gangguan mental. Misalnya, labelling (pelabelan), pengucilan, dan stereotype (sterotipe) terhadap pengidap gangguan kesehatan mental membuat orang yang menderita gangguan mental memilih bungkam atau tidak berkonsultasi kepada ahli.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI mengungkapkan Sulteng berada di peringkat pertama se-Indonesia, soal gangguan mental emosional bagi penduduk di atas 15 tahun, dengan presentase 19,8 %. Disusul dengan Gorontalo 17,7 % dan NTT diperingkat ketiga dengan presentase 15,7%.

Dari data tersebut, data dilihat bahwa gangguan kesehatan mental itu bukan hanya terdampak pada masyarakat ibukota Jakarta saja yang presentasenya mencapai 10,1%. Data ini menunjukan bahwa status klasifikasi kota berdasarkan jumlah penduduk dan majunya pembangunan, tidak berbading lurus dengan kesehatan mental warganya.

Kisah pengidap Bipolar Disorder

Sepenggal cerita datang dari Randy (20), bukan nama sebenarnya. Seorang pemuda yang hingga kini masih berjuang melawan mental illness sejak 3 tahu lalu. Dia didiagnosa dokter mengidap Bipolar Disorder

Randy berkisah pada 2022, diagnosa awal dokter dirinya mengalami  Anxiety Disorder. Namun setelah 2 tahun pengobatan, tidak ada perubahan.

“Lalu saya di rujuk ke Rumah Sakit Madani, dan ternyata di sana saya di diagnosa mengalami Bipolar Disorder,” ungpak Randy melalui chat online.

Bipolar Disorder atau gangguan bipolar adalah perubahan mood atau suasana perasaan yang ekstrim pada seseorang. Pada satu masa seseorang memiliki keadaan emosi memuncak dan amat bahagia atau disebut manik, namun pada waktu yang lain berubah menjadi sebaliknya, hanya hipomanik bahkan menjadi sangat depresi. Olehnya, disebut dengan manic depression.

“Faktor utama sampe saya didiagnosa Bipolar Disorder karna menurut dokter ada beberapa hal yang bagi sebagian orang itu tidak normal, tetapi bagi saya itu normal. Contoh nya saya pernah gak bisa tidur dan saya memutuskan untuk pulang ke Palu di jam 3 subuh. Mungkin saat itu saya lagi di fase benar-benar senang sampai tidak bisa tidur,” terangnya.

Gangguan Bipolar dapat pula terjadi perubahan mood yang tidak terlalu ekstrim. Sebagai contoh, beberapa kasus gangguan bipolar dengan episode hipomanik. Pada episode hipomanik, seseorang dapat merasa sangat baik, sangat produktif dan segala sesuatunya berjalan baik, tidak ada kesalahan.

Akan tetapi keluarga dan orang-orang di sekitarnya dapat merasakan adanya perubahan mood atau perubahan aktivitas dari orang-orang dengan gangguan bipolar. Randy pun bersyukur memiliki support system yang baik dan memahami betul keadaannya.

”Syukur nya pada saat itu dan sampai sekarang pun keluarga sangat mensupport saya. Namun, masih banyak sebagian teman-teman saya saat itu yang mungkin masih awam mengenai mental health, sehingga terkadang mereka mengeluarkan jokes yang membuat saya tersinggung,” ungkapnya.

Atas kenyataan itu, Randy berharap sebagai sesama manusia, hal yang terpenting adalah saling menghormati terhadap kondisi mental seseorang. Bukan hanya sebatas aware atau sadar semata.  

“Karena kita ga pernah tau seberapa besar dan bagaimana dia menghadapi masalah hidupnya. Respect lah sebagaimana kita seorang manusia,” harap Randy.

Pertolongan ahli dalam kasus gangguan mental, sangat penting. Bukan hanya soal diagnosis, tapi juga  mendapatkan pengobatan atau terapi yang tepat. (Foto: shutterstock)

Semakin sadar pertolongan

Rini Junita Bakri Hasanuddin S.Psi, M.PSi, sorang psikolog klinis yang berpraktik di Kota Palu ini, memberikan pendapatnya mengenai permasalahan gangguan kesehatan mental di ibukota Sulteng ini.

Menurut Rini, kesadaran warga Kota Palu terhadap gangguan mental terus tumbuh. Layaknya gangguan secara fisik, gangguan mental juga ikut dianggap penting untuk diperiksakan kepada ahlinya.

Sebagai seorang professional di bidang kesehaatan mental, Rini bisa melihat kesadaran akan pentingnya mental yang sehat itu, dapat diukur. Salah satunya adalah terjadinya peningkatan jumlah kunjungan kepada ahli bagi kasus-kasus mental yang dianggap serius.

Meski tidak menyebut data kunjungan secara detil, Rini mengungkapkan meningkatnya kunjungan ke ahli, untuk urusan kesehatan mental turut dipengaruhi oleh situasi dan kondisi.  Misalnya, peristiwa wabah Covid-19 di mana membuat beberapa orang terganggu secara mental, karena berubahnya kondisi sosial dan ekonomi yang ekstrem. Seperti isolasi ataupun pembatasan aktivitas.

Meningkatnya kesadaran untuk mendapatkan pertolongan, yang dipicu oleh situasi dan kondisi yang ekstrem tersebut, menjadi faktor pendorong warga datang  ke ahli kesehatan mental.

“Sepanjang saya praktik di Kota Palu untuk tahun 2020 di awal Covid-19. Orang-orang mulai mencari bantuan psikologi, sebab mungkin orang-orang telah aware tentang permasalahan kesehatan mental yang perlu penanganan serius.” ungkapnya.

Rini menjelaskan gangguan kesehatan mental yang paling banyak dialami warga Kota Palu adalah kecemasan. Selain itu, permasalahan yang kerap kali muncul ialah rasa ketidaknyamanan di lingkungan sekitar dan juga adanya permasalahan yang dialami oleh pasangan muda serta suami istri.

“Untuk teman-teman yang sedang mengalami gejolak permasalahan mental, jangan ragu-ragu untuk mencari profesional jika sudah merasa aktivitas kesehariannya sudah mulai terganggu. Psikolog dan psikiater contohnya,” pesan Rini.***

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
6
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Catatan kritis organisasi lingkungan terkait penyelenggaraan Festival Media 2023
Catatan kritis organisasi lingkungan terkait penyelenggaraan Festival Media 2023
Walhi Sulteng dan Jatam Sulteng menyoroti Festival Media II yang mengusung tema perubahan iklim dan…
TUTURA.ID - Dua daerah di Sulteng beroleh opini Wajar Dengan Pengecualian dari BPK
Dua daerah di Sulteng beroleh opini Wajar Dengan Pengecualian dari BPK
Pemprov Sulteng menggenapkan raihan opini Wajar Tanpa Pengecualian selama 10 tahun beruntun. Namun, bukan berarti…
TUTURA.ID - Mengulik audio rekaman dan pertunjukan dalam Ecosystem Music Fair 2022
Mengulik audio rekaman dan pertunjukan dalam Ecosystem Music Fair 2022
Rangkaian penyelenggaraan Ecosystem Music Fair 2022 persembahan PAPPRI Sulteng dimulai dengan menggelar diskusi tentang pengenalan…
TUTURA.ID - Dua sisi nasib pekerja rumah tangga
Dua sisi nasib pekerja rumah tangga
Pekerja rumah tangga seperti juga pekerja di sektor yang lain harus mendapatkan perlindungan hukum. Mereka…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng