Tim nasional Indonesia akan kembali mencoba peruntungan dalam ASEAN Football Federation (AFF) Championship 2022. Turnamen sepakbola antarkawasan Asia Tenggara ini berlangsung saban dua tahun sekali.
Kali ini Piala AFF dijadwalkan mulai 20 Desember 2022 hingga 16 Januari 2023. Berbeda dengan edisi terdahulu, turnamen yang kini menggandeng Mitsubishi Electric sebagai sponsor menggantikan Suzuki akan berlangsung di 12 stadion milik 8 negara.
Sejak Piala AFF bergulir pertama kali pada tahun 1996, skuad garuda belum pernah naik podium juara. Prestasi tertinggi yang ditorehkan adalah runner-up dalam enam kali penyelenggaraan, masing-masing pada edisi 2000, 2002, 2004, 2010, 2016, dan 2020 yang berlangsung pada 2021 lantaran pandemi Covid-19.
Laiknya edisi-edisi terdahulu, timnas Indonesia kali ini juga akan turun berlaga dengan target juara. Sebuah target yang turut diamini pelatih Shin Tae-yong (STY).
“Target saat ini memang harus menjadi juara,” ujar STY dalam konferensi pers usai menggelar sesi latihan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Selasa (20/12/2022).
Para pemain juga mengutarakan tekad serupa. Mengikuti pemusatan latihan selama tiga pekan di kawasan Pantai Purnama dan Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, dirasakan cukup untuk meningkatkan fisik, taktik, dan strategi permainan.
Fakta bahwa skuad garuda senior tidak melakoni satu pun pertandingan uji coba menjelang turnamen, pun roda kompetisi yang lama macet menyusul tragedi di Kanjuruhan, bukan alasan untuk mengendurkan target merengkuh gelar juara.
“Cukup lama kami latihan meningkatkan fisik dan taktik. Jadi tidak ada alasan. Kami 100 persen harus siap,” tegas Ilija Spasojevic (35), penyerang asal klub Bali United yang kembali dipercaya STY masuk skuad timnas.
Sebenarnya timnas Indonesia sempat mengagendakan latih tanding melawan satu klub lokal. Hanya saja rencana tersebut urung terealisasi lantaran kompetisi Liga 1 kadung bergulir tidak lama saat timnas melakukan pemusatan latihan di Bali pada 28 November.
Walaupun hadir dengan kondisi persiapan kurang ideal, gelandang tengah Marc Anthony Klok (29) melihat komposisi pemain timnas sudah kompak dan solid. Pasalnya ada 12 pemain yang sudah bermain bersama di timnas sejak SEA Games 2021.
Atmosfer dan semangat para pemain dalam tim diakui pemain berdarah Bugis-Belanda ini juga sangat baik. “Tetap rendah hati dan percaya dengan diri sendiri di tiap pertandingan. Semua pemain punya target sama (juara, red.),” sambung pemain dari klub Persib Bandung itu.
Tekad STY, Spaso, dan Marc untuk menghapus “kutukan” timnas Indonesia dalam turnamen AFF Cup akan menghadapi ujian pertama saat melawan Kamboja di Stadion Gelora Bung Karno, Jumat (23/12) petang, sekira pukul 17.30 WITA.
Skuad garuda wajib mengantongi nilai penuh jika ingin terbang tinggi dalam persaingan di Grup A yang juga berisi Thailand, Filipina, dan Brunei Darussalam. Setelahnya baru memikirkan calon lawan yang menghuni Grup B.
Prediksi di atas kertas, juga secara tradisi, Vietnam yang berdampingan dengan Singapura dan Malaysia jelas paling diunggulkan lolos dari grup tersebut.
Today was my first training session with the Malaysia National Team. It’s an honour and one of them moments in my life that I will always remember. ????????@FAM_Malaysia pic.twitter.com/b7GXsX8FXV
— LEE TUCK (@LEE__TUCK) November 29, 2022
Paling banyak mengandalkan pemain naturalisasi
Amunisi yang dipersiapkan STY untuk melakoni AFF Cup 2022 terdiri dari 23 pemain. Nama-nama seperti Nadeo Argawinata, Pratama Arhan, Asnawi Mangkualam, Witan Sulaeman, Ricky Kambuaya, Rachmat Irianto, dan Egy Maulana tampaknya tetap jadi andalan utama.
Sokongan penuh datang dari sejumlah pemain hasil naturalisasi, yakni Spaso, Marc, dan Jordi Amat yang kali perdana bergabung dengan skuad merah putih mengikuti sebuah turnamen.
Bek sentral berumur 30 tahun yang sebelumnya sempat membela Swansea City dan Rayo Vallecano mengaku tak sabar ingin segera menjajal rumput SUGBK.
“Kami siap memberi yang terbaik untuk seluruh rakyat Indonesia. Kami saat ini fokus pada laga melawan Kamboja karena pertandingan pertama sangat penting,” ujarnya.
Sebenarnya masih ada dua nama pemain naturalisasi yang diharapkan bergabung dalam skuad timnas. Mereka adalah Elkan Baggott (20) dan Sandy Walsh (27). Hanya saja klub asal dua pemain tersebut tidak memberikan lampu hijau.
Elkan kini merumput bersama Gillingham FC yang berkompetisi di kasta ketiga dalam struktur Liga Inggris. Sementara Sandy sejak dua tahun lalu gabung bersama K.V. Mechelen di Liga Belgia.
Status Piala AFF yang tidak masuk dalam kalender resmi FIFA memungkinkan klub asal pemain untuk menolak panggilan memperkuat tim nasional. Selain karena tenaga mereka sangat dibutuhkan untuk melakoni laga di kompetisi, ketakutan cedera yang akan menimpa turut jadi pertimbangan klub saat melepas pemain.
Absennya Elkan dan Sandy membuat Indonesia jadi tim kedua yang paling banyak diperkuat pemain naturalisasi.
Posisi pertama jadi milik timnas Malaysia. Total jenderal pelatih Kim Pan-gon mengangkut lima pemain blasteran ke dalam skuadnya. Mereka adalah David Rowley, Lee Tuck, Sergio Aguero, Darren Lok, dan Brendan Gan.
“Menurut saya skuad ini telah melakukan persiapan yang bagus menjelang turnamen Piala AFF. Saya siap membuktikan kemampuan,” kata Lee Tuck, penyerang yang membela klub Sri Pahang FC, menyitir New Straits Times.
Singapura jadi negara terakhir dalam AFF Cup 2022 yang menyertakan pemain naturalisasi. Bedanya negeri jiran itu mulai irit, tidak lagi jor-joran menurunkan 4-5 pemain “asing”. Mereka hanya mengandalkan Song Ui-young.
Arnold van der Vin, Pemain Sepak Bola Naturalisasi Pertama Timnas Indonesia | https://t.co/vvle7JfqpC
— Pesan Rakyat (@pesanrakyat_id) November 18, 2021
Sejarah pemain naturalisasi
Praktik menaturalisasi pemain dalam ranah sepak bola zahirnya tidaklah diharamkan. Banyak negara sudah melakukannya. Masih ingat Wagner Lopes yang bahu-membahu bersama Hidetoshi Nakata dkk. di Piala Dunia 1998? Penyerang kelahiran Sao Paulo, Brazil, itu baru memperoleh kewarganegaraan Jepang pada September 1997.
Kebijakan naturalisasi sedari awal dimaksudkan, salah satunya, untuk mengangkat prestasi tim. Pemain asing yang masuk berbekal kemampuan lebih mumpuni diharapkan bisa menularkannya kepada rekan-rekan setim.
Prestasi timnas Singapura mengangkat trofi Piala Tiger, nama lawas Piala AFF, pada edisi 2004 tentu tak lepas berkat sokongan Agu Casmir, Baihakki Khaizan, Daniel Bannett, dan Itimi Dickson yang notabene hasil naturalisasi.
Demi melihat pencapaian timnas Singapura dengan gerbong pemain naturalisasinya, PSSI tergiur melakukan hal serupa. Berharap datangnya prestasi instan.
Maklum, untuk level senior, skuad garuda terakhir membawa pulang gelar juara alias medali emas dari cabang sepak bola di SEA Games 1991. Sudah 31 tahun lewat.
Alhasil sejak 2010, mulailah program naturalisasi pemain gencar dilakukan. Cristian Gonzales, penyerang asal Uruguay, yang kala itu memperkuat Persib Bandung jadi semacam “proyek” pertama.
Lalu berikutnya menyusul, antara lain Diego Michiels (2011), Raphael Maitimo (2012), Stefano Lilipaly (2013), Victor Igbonefo (2015), Sergio van Dijk (2015), Kim Kurniawan (2015), Spaso (2017), hingga angkatan terbaru yang diwakili Ezra Walian (2021).
Merujuk laman bola.com, hingga Februari 2022, PSSI atas restu Kemenpora dan Kemenkumham telah menaturalisasi 35 pemain. Dari sekian banyak nama tersebut, hanya segelintir saja yang masih terkenangkan berkat kontribusinya saat mengenakan jersi merah putih. Sisanya lenyap tanpa meninggalkan goresan cerita manis.
Benarkah Cristian “El Loco” Gonzales jadi pemain asing pertama yang dinaturalisasi? Menurut catatan sejumlah literatur, Indonesia—dalam hal ini PSSI—sudah melakukan naturalisasi pemain sepak bola sejak usia republik baru seumur jagung.
Arnold Wouter van der Vin, penjaga gawang keturunan Belanda yang pernah memperkuat Persija Jakarta, diklaim sebagai pemain naturalisasi pertama dalam sejarah persepakbolaan Indonesia.
Nol, demikian sapaan akrabnya, memulai kariernya dengan memperkuat klub Excelsior Surabaya tahun 1939. Debut menjadi pemain timnas dilakoninya dalam pertandingan melawan South China AA pada 27 Juli 1952.
Saat laga persahabatan antara timnas Indonesia versus Yugoslavia yang berlangsung di Stadion Ikada—kini Lapangan Monas, Jakarta (26/8/1953), Nol jadi pilihan utama di bawah mistar gawang.
Timnas yang kala itu diperkuat oleh, antara lain Chaeruddin Siregar, Tan Liong Houw, M. Sidhi, Aang Witarsa, Djamiat Dalhar, Ramang, dan Sugiono harus takluk dengan skor 0-2. Total sepak terjang Nol mengamankan jala gawang timnas tercatat sebanyak 15 kali.
Piala AFF tim nasional sepak bola naturalisasi skuad garuda PSSI Shin Tae-yong Jordi Amat Arnold Wouter van der Vin Piala Tiger Liga 1 FIFA