Ramadan bulan penuh berkah. Selain berlomba meningkatkan pahala, ramai orang juga memanfaatkannya untuk mencari nafkah. Kemunculan para pedagang takjil musiman jadi salah satu contohnya.
Pemerintah Kota Palu juga rutin mengadakan Pasar Ramadan untuk mengakomodir kehadiran para pedagang kecil ini menjual aneka makanan dan minuman untuk buka puasa. Lokasinya di area Kantor Wali Kota Palu, persisnya di lapangan samping Kantor Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Palu.
Mereka yang tak kebagian tempat, lantaran terbatasnya area lapangan, tak perlu sedih. Pasalnya mereka tetap bisa berjualan asal tertib. Biasanya mereka menggelar lapak jualan di pinggir jalan utama yang ramai dilewati kendaraan.
Salah satu penjual kudapan berbuka yang kami temui mengaku hanya berjualan saat Ramadan. Namanya Sari, 27 tahun. “Karena belum kerja. Ada, sih, kesibukan di rumah. Buka usaha juga. Tapi kalau ada waktu saya menjual (takjil),” ujar Sari kepada Tutura.Id, Kamis (14/3/2024).
Menjual takjil setiap bulan puasa sudah dilakukan Sari sejak tiga tahun silam. Lokasinya berjualan di depan Tugu Pancasila, pertigaan antara Jalan Miangas-Jalan Pattimura-Jalan Maluku, Kelurahan Besusu Tengah, Palu Selatan.
Biasanya Sari mulai berjualan takjil dari pukul 15.00 hingga 19.00 Wita. Tampak aneka kudapan tersusun rapi di dalam kotak mika bening. Sementara sisi ujung kiri dan kanan meja diisi akuarium berisi es buah lengkap dengan centongnya masing-masing. Harga jualnya bervariasi, mulai dari Rp5000. Pemasukan yang biasa ia bawa pulang dalam sehari berkisar Rp400 ribu.
Jika jualannya masih tersisa, maka Sari akan membagikannya kepada tetangga. “Biasanya, kan, tidak terlalu banyak juga yang tidak laku. Jadi masih bisa dibagikan tetangga atau makan sendiri. Tidak untuk dijual besok. Saya selalu baru kalau jual kue,” katanya.
Selain Sari, ada berderet lagi sesama penjual takjil menempati lokasi yang sama. Mereka coba mencari rezeki memanfaatkan momen bulan Ramadan.
“Kalau itu, sih, tergantung pembelinya. Boleh ke sini. Seumpama di sini tidak ada kue yang dia cari, kita oper ke sebelah. Begitu juga sebaliknya. Karena di sini tidak ada namanya persaingan antara penjual. Tergantung rezeki juga,” kata Sari menambahkan.
Selain di depan Tugu Pancasila tadi, deretan pedagang takjil juga ramai mencari peruntungan di Jalan Kartini, Kelurahan Lolu Selatan, Kecamatan Palu Timur. Lokasinya strategis karena jadi salah satu jalan protokol. Ada banyak kantor dan sekolah di sepanjang jalan ini.
Kami menemui Bu Satria, 39 tahun, yang mengaku sudah berjualan takjil saban Ramadan sejak 2005. Perempuan berjilbab ini menjual kue dengan harga Rp5.000 per mika. Sementara minuman ia banderol Rp10.000 per gelas.
Bu Satria tak hanya punya satu lapak, bersama anggota keluarganya yang lain ikut pula berjualan di Pasar Ramadan. Omzet yang mereka dapatkan selama berjualan di dua tempat sekaligus tadi bisa mencapai Rp2 juta per hari.
“Untuk hari-hari biasa, saya ba jual buah potong sama jus di Taman Nasional Bundaran Hasanuddin. Menjual takji hanya tiap bulan puasa saja,” tutur Bu Satria pelan.
Menurutnya, takjil yang pembuatannya paling ribet adalah kue lapis dan pisang ijo. Pun demikian, ia selalu menyediakannya lantaran dua varian tersebut, juga kue tetu, termasuk dagangan yang paling laris. Cepat habis.
Perihal banyaknya bermunculan pedagang takjil musiman, Bu Satria mengaku tidak hirau. “Karena langganan tahun-tahun kemarin sudah dia tau kita punya tempat. Pendapatan kurang itu kalau turun hujan, tapi alhamdulilah tetap ada sedikit,” tambahnya sambil tersenyum.