Transportasi harian yang digunakan warga di Kota Palu boleh jadi lebih bervariasi di masa lampau. Jumlahnya lebih banyak ketimbang hari ini.
Alat transportasi yang saat ini sering kita lihat berseliweran di jalanan terbatas hanya taksi angkot dan ojek. Adapun kendaaran sewa berbasis aplikasi, seperti taksi dan ojek online, kini lebih menjadi primadona.
Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi berandil penting dalam mengubah eksistensi moda transportasi di Kota Palu. Beberapa transportasi lawas yang sempat eksis kini bahkan tak terdengar lagi.
Sementara beberapa lainnya masih digunakan hingga saat ini. Tutura.Id menghimpun beberapa moda transportasi di Kota Palu yang pernah eksis dari masa ke masa.
Goroba
Goroba atau gerobak sapi masih digunakan sampai saat ini. Tapi hanya bisa ditemui di kampung, desa, atau pinggiran kota Palu. Kebanyakan beralih fungsi sebagai angkutan barang dan pasir.
Transportasi ini menggunakan gerobak kayu yang ditarik oleh seekor sapi. Dahulu, goroba digunakan sebagai angkutan manusia. Untuk berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya, termasuk untuk perjalanan jauh.
Goroba memiliki sentuhan sejarah. Kendaraan ini menjadi salah satu kendaraan Habib Idrus bin Salim Al-Jufri atau Guru Tua saat berdakwah.
Namun, seiring arus modernisasi, eksistensi gerobak sapi mulai tergerus. Sebagai upaya melestarikan gerobak, pemerintah kerap menampilkannya dalam acara-acara kebudayaan.
Wali Kota Palu Hadianto Rasyid juga pernah mengharapkan goroba menjadi kendaraan wisata saat melakukan kunjungan ke Kelurahan Kabonena di tahun 2022.
Dokar
Kendaraan roda dua yang tarik dengan seekor kuda ini disebut dokar. Di Pulau Jawa kendaraan ini disebut dengan delman. Bahkan ada lagunya.
Berbeda dengan goroba, dokar tampil dengan hiasan khas. Keretanya akan diberikan dekorasi khusus seperti bola bulu berwarna-warni. Ada juga lonceng yang dikaitkan pada tali ikatan kuda. Dengan begitu bunyi gemerincing akan terdengar sahut menyahut dengan bunyi derap langkah kuda.
Di Kota Palu, area operasi dokar berpusat di Kecamatan Palu Selatan. Tepatnya di daerah Kelurahan Palupi. Dokar ini dipercayai sudah ada sejak 1950-an dan mendapatkan kejayaannya sekitar tahun 1980-an.
Dokar ini biasa digunakan oleh warga Palu yang hendak ke arah Kilo Lima, Binangga, Morawola hingga daerah sekitar Kabupaten Sigi.
Kelurahan Palupi juga dikenali sebagai pabrik dokar sehingga dijuluki "Ngata Topo Doka" atau kampungnya pemilik dokar.
Bemo
Bemo alias becak motor. Kendaraan mirip bajaj dengan suara berisik yang khas ini pernah beroperasi di Kota Palu.
Kendaraan hasil modifikasi dari motor vespa ini bisa mengangkut 4-5 orang penumpang.
Bagi generasi 80-an, kendaraan roda tiga ini menjadi salah-satu moda transportasi yang pernah memadati pusat keramaian, terutama Pasar Tradisional Inpres Manonda.
Warga di sekitar pasar menyebut bemo yang beroperasi banyak berasal dari Kelurahan Buluri. Kini, bemo tidak pernah lagi terlihat sehingga generasi Z tidak banyak mengetahui keberadaan bemo di Kota Palu.
Mobil Kulkas
Sesuai dengan namanya, kendaraan roda empat ini berbentuk persegi seperti kulkas. Memiliki daya tampung hampir sama seperti angkot. Sebelum angkot, era keemasan mobil kulkas pernah merajai jalanan Kota Palu era 80-an hingga 90-an.
Mobil kulkas dikenal dengan mesinnya yang irit bahan bakar karena melaju lebih pelan. Seiring dengan perubahan zaman, mobil kulkas pelan-pelan digantikan oleh angkot yang masih beroperasi hingga sekarang.
Helicak
Bentuknya mirip gabungan antara helikopter dan becak sehingga melatari penyebutan istilah helicak.
Bedanya helicak adalah kendaraan roda tiga hasil modifikasi dari mesin dan bodi utama dari skuter.
Seperti halnya becak, pengemudi helicak duduk di belakang, sementara penumpangnya duduk di depan dalam sebuah kabin dengan kerangka besi dan dinding dari serat kaca sehingga terlindung dari panas, hujan, dan debu.
Sayang, perjalanan helicak mengaspal di Kota Palu tidak berumur panjang. Standar keamanan yang rendah bagi penumpang jadi alasan mengapa kendaraan ini pelan-pelan mulai ditinggalkan.
Becak
Meskipun sempat hadir helicak yang notabene versi lebih modern, becak justru lebih berumur panjang.
Kehadiran para pengayuh becak di Sulteng hampir bersamaan dengan era reformasi awal tahun 2000-an.
Becak menjadi pilihan bukan hanya untuk memuat orang, tapi juga barang. Kapasitasnya bisa muat banyak.
Pasar dan gang-gang dulu menjadi tempat mangkal tukang becak menunggu penumpang. Hingga kini becak masih beroperasi di Kota Palu meski sepi peminat.