Telepon seluler (ponsel) cerdas atau smartphone barangkali sudah menjadi alat komunikasi yang harus dimiliki oleh beragam kalangan, mulai dari generasi tua, muda, hingga anak-anak.
Tidak heran dalam tiga dekade terakhir sejak kemunculannya pertama kali, ponsel cerdas ini telah bertransformasi pesat dari segi teknologi dan fitur demi menyesuaikan kebutuhan para konsumen.
Sebelum era kebangkitan ponsel cerdas, gawai dalam genggaman ini hanya sekadar jadi alat komunikasi dua arah, menjadi penyambung interaksi antardua pihak.
Namun, saat kehadirannya mulai merambah pasar lebih masif, ponsel cerdas mulai ketambahan banyak fungsi, seperti sarana belajar hingga membantu suatu pekerjaan, atau jadi hiburan seperti main gim, memotret, dan berselancar di dunia maya.
Sekadar informasi, ponsel cerdas yang pertama diluncurkan di dunia adalah IBM Simon Personal Communicator (1994). Waktu itu ukuran dan bobotnya masih sebesar batu bata.
Dua tahun berselang meluncur Nokia 9000 Communicator yang menggunakan sistem operasi GEOS (cikal bakal Symbian), BlackBerry 5810 (2002), PDA Phone (2005), Nokia yang memanfaatkan OS Symbian (2005), HTC Dream alias HTC G1 sebagai ponsel pertama berisi OS Android (2008), iPhone (2007), dan Microsoft Phone (2010).
Kala itu hanya segelintir orang yang bisa mengantongi jenis gawai ini. Bahkan ketika Nokia masih merajai pasar di tanah air, beberapa seri produk ini hanya dimiliki oleh para eksekutif, macam pejabat atau pengusaha lantaran harganya tak terjangkau kantong kelas menengah ke bawah. Pun saat BlackBerry merangsek pasar telepon seluler di Indonesia.
Sekarang harga ponsel pintar sudah mulai bervariasi sehingga memungkinkan pelbagai kalangan menebusnya. Masih terasa mahal? Ada opsi beli ponsel bekas alias second.
Mengutip IDNtimes, sekitar 75,27% pengguna gawai pintar memakai sistem operasi Android berbasis Linux dengan kode sumber terbuka. Sedangkan sisanya memanfaatkan iOS yang khusus milik Apple.
Selain itu, tercatat ada tujuh jenama ponsel cerdas yang merajai pasar di Indonesia, antara lain Samsung (25,75%), Xiaomi (20,98%), OPPO (18,42%), iPhone (5,52%), ASUS (4,08%), Lenovo (1,82%), dan Huawei (1,13%).
Berselang tiga tahun kemudian, tepatnya pada kuartal ketiga (Q3-2022), merujuk firma riset pasar Canalys, OPPO memuncaki klasemen ponsel cerdas paling laris dengan persentase 23 persen. Kompetitor lain menyusul kemudian, mulai dari Samsung (21%), Vivo (20%), Xiaomi (13%), dan Realme (12%).
Vivo maupun Realme merupakan dua vendor ponsel cerdas yang belum lama muncul di tanah air. Seri Xplay 3S, Xshot, dan X3S adalah gawai premium pertama yang diluncurkan Vivo pada 2014 di Indonesia. Sedangkan Realme menyasar pasar entry level dengan produk seri C1, C2, dan C2 Pro pada tahun 2018.
Merek ponsel cerdas paling jadi incaran di Palu
Lantas bagaimana dengan peminat ponsel cerdas di Palu? Tutura.Id (25/2/2023), mencoba mendapatkan informasi langsung dari sejumlah toko penjualan handphone dan aksesoris di beberapa lokasi, seperti Sentral Phone yang lokasinya di jalan I Gusti Ngurai Rai, Ridho Cell di jalan Jenderal Sudirman, dan Erafone di jalan Wolter Mongisidi.
“Di tempat kami itu ada empat merek smartphone yang paling sering dibeli pelanggan, seperti Vivo, OPPO, Samsung, dan iPhone. Tapi, tidak ada angka pasti untuk membandingkan,” ungkap Hesti, salah satu karyawan Sentral Phone, yang sehari–hari bertugas sebagai kasir.
Meski tak memiliki data yang pasti, namun ia menyebut dari keempat brand tersebut, ada beberapa seri yang paling laris, misalnya OPPO A57, Vivo seri Y (Y16 dan Y22), Samsung seri A (A04, A3 Core, dan A13), serta iPhone 11.
Menurut Hesti, tujuh seri ponsel cerdas itu sudah mewakili permintaan calon pembeli dari berbagai kalangan, mulai dari menengah bawah hingga menengah ke atas, bila melihat kemampuan daya beli.
“Kalo calon pelanggan cari yang spesifikasi bagus, tapi harganya relatif terjangkau, biasanya kami tawarkan Samsung A3 Core dan Vivo Y16 yang harganya di bawah dua jutaan. Kecuali yang mo beli HP iPhone, paling dorang hanya pastikan ada yang seri 11 dan 13 atau tidak? Kalo ada, biasa langsung beli,” jelasnya.
Hal berbeda disampaikan oleh Naldi, marketing officer Vivo sekaligus pramuniaga di Ridho Cell, salah satu toko yang lumayan lama berkecimpung di bisnis jual beli, servis, dan aksesoris ponsel di Kota Palu.
“Beda dengan toko-toko lain, kalo di tempat kami tidak lagi bajual produk iPhone. Beberapa tahun lalu sempat bajual, tapi seri iPhone lama sebelum yang sekarang ini,” jawab Naldi, sembari melihat daftar gawai yang tertata di dalam etalase.
Sekalipun tidak menjual iPhone, namun berdasarkan pengalamannya menjadi pramuniaga selama enam tahun dan setahun terakhir di Ridho Cell, gawai pintar merek Vivo jadi yang paling laris-manis.
“Hampir tiap hari selalu merk Vivo paling laku. Kalo serinya paling Vivo Y02, Y16, dan Y22. Ada juga Samsung A03 Core kalo cari yang murah. Harganya cuma Rp1,1 juta.” ungkapnya.
Naldi menuturkan, kebanyakan calon pelanggan yang datang ke Ridho Cell bila mencari gawai pintar selalu menyesuaikan dengan hobi atau minat. Jika calon pembeli bertanya tentang gawai pintar yang paling cocok dengan aktivitas memotret, maka ia menyarankan Vivo seri V. Sedangkan bila pembeli yang datang dari kalangan remaja atau anak muda yang suka dengan gim online, ia merekomendasikan Vivo Y35.
Tak seperti penuturan dua karyawan toko sebelumnya, Mirnayanti yang sehari-hari bekerja sebagai sales Erafone Palu, salah satu cabang toko dari PT. Erafone Artha Retalindo, menyebut bahwa rerata pelanggan di toko tempatnya bekerja mencari gawai pintar berdasarkan keluaran terbaru.
“Paling yang lama itu iPhone 11 atau Vivo Y3. Keluaran 2019. Ada yang keluaran terbaru, Februari 2023, seperti Samsung S23 Ultra, dipesan dengan metode prajual,” katanya di sela-sela obrolan dengan rekan sejawatnya.
Menurut Mirna, daya beli orang-orang Palu juga terus menunjukkan tren meningkat dari tahun ke tahun. Parameter yang digunakannya adalah angka pemesanan atau penjualan ponsel Samsung S23 Ultra yang harganya mencapai Rp13 juta.
Ponsel iPhone 13 dengan kisaran harga mulai Rp13 jutaan-Rp31 jutaan juga tak kalah banyak jadi incaran. Selain dua jenama tersebut, Vivo Y3, OPPO Reno 8T, Realme Infinix Note 12, dan Xiaomi Note 12 juga diminati pelanggan Erafone.
Tipikal pembeli di Erafone, menurut Mirna, termasuk yang teredukasi. Pasalnya mereka terlebih dahulu membaca atau menonton review gawai pintar keluaran terbaru yang jadi incarannya melalui YouTube.
“Pas datang, biasanya promotor akan konfirmasi apakah mau dipakai untuk kerja atau sekadar menyalurkan hobi seperti selfie atau gim online? Ketiga kategori itu masing-masing punya rekomendasi seri yang cocok. Tapi, tergantung bujet calon pembeli lagi,” ujarnya.
Bila calon pelanggan merasa sangat butuh atau tertarik dengan salah satu gawai pintar, namun terkendala dana untuk membeli, Erafone menawarkan solusi dengan sistem pembayaran cicil atau kredit. Saat ini Erafone telah bekerjasama dengan beberapa perusahaan pembiayaan yang ada di Palu.
Jika merujuk keterangan dari tiga karyawan bisnis retail gawai pintar tadi, bisa dibilang ada empat jenama ponsel pintar yang saling bersaing di kota ini, yaitu OPPO, Samsung, iPhone, dan Vivo.