Mengais rezeki dari lautan Teluk Palu
Penulis: Syahrul Wardana | Publikasi: 27 Desember 2023 - 17:01
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Mengais rezeki dari lautan Teluk Palu
Randi, salah seorang nelayan di Kelurahan Lere, memamerkan hasil tangkapannya (Foto: Syahrul Wardana/Tutura.Id)

Selasa (26/12/2023), sekira pukul 11.20 Wita, dari atas puing-puing sisa bangunan Masjid Apung Arqam Baburahman yang berlokasi di Jalan Cumi-cumi, Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, saya memandangi birunya lautan yang memenuhi Teluk Palu.

Tampak dari kejauhan puluhan nelayan dengan perahunya masih anteng mengambang di atas laut. Sebagiannya lagi sudah ada yang naik ke daratan dan tengah sibuk menyimpan perlengkapannya serta menambatkan perahunya. Untungnya, cuaca kala itu agak mendung, terik matahari tak cukup menyengat kulit.

Di atas tanggul batu gajah, seorang ibu rumah tangga bersama satu orang anaknya sedang membeli lamale alias udang rebon yang masih segar hasil tangkapan nelayan yang baru saja tiba.

Selain jadii tempat menambatkan perahu, lokasi itu bak tempat pelelangan hasil tangkapan nelayan. pembelinya juga warga sekitar yang jumlahnya bisa dihitung jari.

Beberapa perahu nelayan yang sedang parkir di pesisir Teluk Palu (Foto: Syahrul Wardana/Tutura.Id)

Dari tengah teluk, sebuah perahu sebesar dua kali ukuran sekoci terlihat dengan pedal penuh melaju ke arah tanggul. Berselang sekitar 15 menit, perahu yang dikemudikan seorang nelayan pria berperawakan tegak itu berhasil menepi. Banyaknya bebatuan di area tambatan membuatnya berhati-hati mengemudikannya.

Randi (38), demikian sapaan nelayan tersebut, mengaku bernasibi mujur kali ini. Ikan bobara—sebagian menyebutnya ikan kuwe—berukuran hampir setinggi perut pria dewasa berhasil ia taklukkan. Buah hasil dari lemparan kailnya. Tangkapan itu, kata Randi, termasuk langka.

"Alhamdulillah, baru ini lagi dapat (ikan bobara) dalam satu kali satu bulan. Susah sekali memang (mendapatkannya)," ujarnya sembari menambatkan perahunya.

Hasil tangkapannya itu diperkirakan seberat lima kilogram. Jika dijual, bisa mencapai Rp300 ribu. Namun, ia masih mencari pembeli yang berminat.

Sebagian hasil tangkapan nelayan di tempat itu memang tak memiliki tempat distribusi yang tetap. Mereka biasa menjualnya langsung kepada warga sekitar yang datang hendak membeli ikan-ikan segar.

"Kalau ada teman tidak perlu lagi dibawa ke pasar. Sudah ada (konsumen) yang datang. Biasa ditanya berapa? Biasa ada juga dijual, ada yang juga dimakan sendiri," jelasnya.

Alfin (60), Ketua Kelompok Marlin, salah satu kelompok nelayan di Kelurahan Lere (Foto: Syahrul Wardana/Tutura.Id)

Berlokasi di sekitar bibir teluk membuat penduduk Kelurahan Lere banyak yang menjadi nelayan. Hingga saat ini masih ada sekitar 12 kelompok nelayan yang masih aktif.

Masing-masing kelompok beranggotakan 10 hingga 12 nelayan. Mereka masih tekun menghidupi kebutuhan rumah tangga dengan profesi sebagai penangkap ikan. Jenis tangkapannya pun variatif, mulai dari ikan bobara, ikan layur, ikan tembang, ikan rono, hingga lamale.

Kurangnya perahu menjadi kendala utama para nelayan saat hendak melaut. Satu-satunya cara yang mereka gunakan adalah menggunakan perahu pembagian untuk tiap kelompok secara bergantian.

"Biasa saat kita lagi pake (perahu), datang lagi teman. Maunya kita itu perahu untuk pribadi, supaya senang kita mencari," harap Alfin (60), Ketua Kelompok Marlin, salah satu kelompok nelayan di kelurahan tersebut saat bersua.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Pemerintah Kota Palu (@palu.kota)

Menanggapi keluhan sejumlah kelompok nelayan tentang masih kurangnya armada perahu untuk melaut, Pemerintah Kota Palu pada 18 Desember 2023 menyalurkan bantuan sebanyak 62 perahu berjenis fiber kepada para nelayan.

Perahu yang dibagikan berukuran panjang 6 meter, lebar 0,6 meter, dan tinggi 0,6 meter. Dilengkapi mesin berkekuatan 9 pk alias paardenkracht yang terpungut dari Bahasa Belanda. Artinya sama dengan tenaga kuda alias horsepower.

Bantuan diberikan untuk nelayan di Kelurahan Pantoloan Boya, Pantoloan, Mamboro Barat, Layana, Tondo, Talise, Lere, dan Silae. Berdasarkan data, masih ada sekitar 50-an orang nelayan lagi yang belum mendapatkan bantuan. Kepada mereka dijanjikan bantuan serupa akan menyusul tahun depan.

Penyaluran bantuan yang tepat sasaran tentu menjadi harapan besar para nelayan. Selain perahu, Wali Kota Palu Hadianto Rasyid dalam kesempatan yang sama juga menjanjikan akan membangun wisata pasar ikan yang berlokasi di Kelurahan Mamboro, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu.

Rencananya pembangunan proyek tersebut akan dianggarkan juga tahun depan.

"Semoga realisasi tahun 2025 terbangun, sehingga nanti para nelayan bisa menyalurkan hasil tangkapan mereka ke pasar ikan yang sudah disiapkan," ujar Hadi kepada Tutura.Id usai penyerahan perahu.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
2
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Dua wajah Pemkot Palu dalam penilaian pencegahan korupsi versi KPK
Dua wajah Pemkot Palu dalam penilaian pencegahan korupsi versi KPK
Data KPK menunjukkan bahwa Pemkot Palu meraih angka mentereng dalam Monitoring Center for…
TUTURA.ID - Merawat momentum Adipura untuk mengelola kebersihan dan kelestarian lingkungan
Merawat momentum Adipura untuk mengelola kebersihan dan kelestarian lingkungan
Euforia kesuksesan menerima penghargaan Adipura jangan bikin terlena. Momentumnya harus dimanfaatkan untuk menciptakan budaya berkelanjutan.
TUTURA.ID - Upaya Sikola Mombine mendorong kepemimpinan perempuan di Sulteng
Upaya Sikola Mombine mendorong kepemimpinan perempuan di Sulteng
Sikola Mombine gelar Jambore Kepemimpinan Perempuan Sulteng 2022. Partisipasi perempuan dalam politik dan pembangunan jadi…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng