Mengenal Bada Kumba, bedak dingin Suku Kaili yang lebih dari sekadar tabir surya
Penulis: Mughni Mayah | Publikasi: 11 Desember 2023 - 00:14
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Mengenal Bada Kumba, bedak dingin Suku Kaili yang lebih dari sekadar tabir surya
Bada Kumba yang merupakan bedak halus berbahan beras bercampur dengan rempah-rempah ini, bisa ditemukan dengan mudah di Pasar Inpres Manonda, Kota Palu.(Foto: Tutura.Id/Mughni Mayah)

Terik matahari tak menghentikan aktivitas orang-orang di Pasar Inpres Manonda. Padahal Rabu siang (6/12/2023) itu suhu udara sedang mencapai puncak.

Terlihat beberapa perempan dengan wajah dipenuhi bedak tebal berwana kuning. Usut punya usut, bedak itu disebut bada kumba oleh perempuan Kaili. Warga kuningnya berasal dari kunyit yang menjadi salah satu bahan campurannya selain beras.

Bada kumba sangat umum dikenal dalam budaya suku Kaili. Penggunaannya sehari-hari lebih ditujukan untuk proteksi kulit dari sinar matahari. Dewasa ini kita menyebutnya dengan tabir surya atau sunscreen.

Bentukan dan fungsi bada kumba ini sama seperti bedak dingin tradisional yang dikenal luas di Indonesia. Utamanya di wilayah Kalimantan, Sulawesi dan Jawa. Bila di Kalimantan bedak dingin ini disebut dengan “Pupur Dingin”.

Nah, di Sulawesi Tengah, khususnya oleh suku Kaili, bada kumba yang berarti “bedak tebal” juga berisi dari campuran rempah-rempah yang dianggap berkhasiat bagi kesehatan kulit. Bada kumba terdiri dari campuran beras yang ditumbuk halus, kunyit, dan beberapa tanaman liar lainnya.

Mengutip alodokter.com, beras yang secara alami mengandung fosfor dan vitamin B diyakini mampu mencerahkan, menghaluskan, dan melembabkan kulit.

Ditambah lagi dengan kunyit bahan rempah yang telah dikenal untuk pengobatan tradisional bersifat antioksidan, anti radang, dan antimikroba.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Komunitas_Historia_Sulteng (@komunitashistoria_sulteng)

Perawatan pengantin

Bada kumba tidak hanya digunakan sebagai perawatan kulit wajah sehari-hari. Dalam kebudayaan Kaili, bedak dingin ini masuk dalam prosesi perawatan pengantin dalam prosesi adat istiadat.

Calon pengantin perempuan yang akan menikah akan menggunakan bada kumba selama sepekan beruntun. Dahulu hal ini menjadi pertanda seorang gadis akan menghadapi pernikahan.

Calon pengantin juga akan menjalani prosesi adat nompasoa atau mandi uap. Sauna tradisional Kaili ini berupa penguapan dari rebusan air berisi jenis tumbuhan rempah-rempah alami.

Nompasoa bertujuan untuk menghilangkan bau badan sekaligus mempercantik dan menyegarkan calon pengantin. Isi rebusan berupa potongan pandan, kemangi hutan, kumis kucing, dan tanaman herba lain.

Calon pengantin perempuan hanya memakai sarung sebagai penutup tubuh dan duduk di kursi berongga. Sementara wadah yang berisi air rebusan akan ditaruh di bawah kursi. Uap rempah yang wangi akan naik ke atas dan menyeruak ke seluruh bagian tubuh.

Setelah menjalani sauna, calon pengantin akan memakai bada kumba seminggu menjelang perkawinan. Tujuannya agar merawat kulit dan menjadi glowing sampai nanti naik ke pelaminan.  

Prosesi nompasoa masih dipertahankan hingga kini. Begitu juga penggunaan bada kumba. Utamanya bila calon pengantin memilih pernikahan tradisonal Kaili.

Tradisi ini kemudian dilestarikan dalam tari garapan oleh Sanggar Seni Uvempemata dengan judul tari" Nompasoa Ante Bada Kumba". Tari ini dipentaskan di Festival Donggala Kodi yang berlangsung pada November 2023.

Seorang perempuan paruh baya menggunakan Bada Kumba saat berjualan di Pasar Inpres Manonda. Bada Kumba dipercaya dapat melindugi kulit wajah dari flek hitam akibat sengatan matahari. (Foto: Tutura.Id/Mughni Mayah)

Komoditas skincare ramah lingkungan 

Meski dicitrakan sebagai produk jaman dulu, di kalangan anak muda masa kini keberadaan bada kumba masih eksis. Produk ini masih dengan mudah ditemui dan masih ada yang menjualnya.

Di tengah kesadaran dan tren back to nature, bada kumba menjadi pilihan bagi para perempuan yang menyukai bahan alami. Apalagi bagi mereka yang menghindari penggunaan produk dengan bahan pengawet dan bahan artifisial tambahan lainnya.

Kebutuhan terhadap produk perawatan kulit yang alami dan aman, membuat Nelam Ayu Kusuma (28) memproduksi bada kumba. Dengan jenama Nelamayu Traditional Skincare, Nelam bahkan telah mengantongi sertifikat dan izin edar oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi.

Kepada Tutura.Id, Minggu (10/12), Nelam mengungkapkan produk bada kumba miliknya menggunakan resep leluhur. Resep ramuan bedak ini diwariskan dari neneknya, seorang peramu obat-obatan herbal tradisional sejak jaman perang di Kabupaten Sigi.

Nelam mengungkapkan bada kumba tidak hanya dikenal oleh orang Kaili di Lembah Palu, tapi juga oleh suku Lore. Menurutnya, orang Lore dulu menggunakan bahan dari beras kamba. Beras dari varietas padi lokal Lore yang terkenal sebagai beras bermutu super bebas pestisida.

Dari nama beras kamba inilah, menurut Nelam, asal kata dari bada kumba. Kata kamba lantas berubah menjadi kumba.

Soal prospek bisinis bada kumba, Nelam mengaku optimistis. Sebab usaha produksi bada kumba memiliki citra positif karena merupakan komoditi skincare ramah lingkungan. Sementara ada banyak permintaan dari calon pengantin.

“Pesanan banyak dari calon-calon pengantin. Karena bada kumba ini khasiatnya menghaluskan kulit, ada juga khusus kulit berjerawat. Selain itu aromanya yang khas mampu menghilangkan bau badan,” jelas Nelam.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by PT NELAMAYU JAYA KUSUMA (@official_nelamayutraditional)

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
1
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
1
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Nestapa petani plasma di Buol: 15 Tahun dikelabui korporasi
Nestapa petani plasma di Buol: 15 Tahun dikelabui korporasi
Forum Petani Plasma Buol berusaha mencari keadilan dari skema inti plasma dengan PT HIP yang…
TUTURA.ID - Pameran visual ''Garis Waktu''; melihat jejak budaya Sulawesi Tengah melalui teknologi digital
Pameran visual ''Garis Waktu''; melihat jejak budaya Sulawesi Tengah melalui teknologi digital
Museum Negeri Provinsi Sulteng menghadirkan pameran memanfaatkan medium digital. Menuai respons positif dari pengunjung.
TUTURA.ID - Berbagai usaha mendapatkan Piala Adipura
Berbagai usaha mendapatkan Piala Adipura
Kota Palu akhirnya mendapatkan piala Adipura setelah melakukan berbagai usaha. Sebelumnya hanya sempat mendapatkan dua…
TUTURA.ID - Mengenal ulat sagu yang kaya nutrisi dalam makanan tradisional Sulawesi Tengah
Mengenal ulat sagu yang kaya nutrisi dalam makanan tradisional Sulawesi Tengah
Sempat viral karena menjadi bekal lauk siswa SD, ulat sagu lazim dikonsumsi sebagai lauk di…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng