Mengenal sejarah dan kiprah Muhammadiyah di Sulawesi Tengah
Penulis: Mughni Mayah | Publikasi: 8 Mei 2023 - 19:11
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Mengenal sejarah dan kiprah Muhammadiyah di Sulawesi Tengah
Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Tengah di Kota Palu. Di daerah ini, perserikatan ini pertama kali ada sejak 1930-an di Donggala.(Foto: Mugni Mayah/Tutura.Id)

Persyarikatan Muhammadiyah saat ini sedang mendapatkan perhatian secara nasional. Salah satunya lantaran sukses film Buya Hamka yang sejak 9 April 2023 mengisi bioskop-bioskop di Indonesia. Perolehan penontonnya telah melebihi satu juta.

Antusiasme warga Palu menyaksikan film yang dibintangi Vino G. Bastian (pemeran Buya Hamka) di XXI Palu Grand Mall juga terpantau tinggi. Empat dari enam studio reguler yang ada di XXI PGM bahkan sempat menayangkan film arahan Fajar Bustomi itu.

Hasil pemantauan kami pada Rabu (3/5/2023), kursi tetap penuh penonton hingga barisan depan. Isinya juga beragam, tidak melulu generasi remaja yang mendominasi, tapi juga rombongan keluarga.

Sosok Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (Hamka) yang menjadi tokoh sentral dalam film itu diceritakan menjadi pemimpin di Muhammadiyah Makassar.

Tak lama ia hijrah ke Medan menjadi pemimpin redaksi koran Pedoman Masyarakat yang kerap mengkritik pemerintahan Belanda. Sementara perannya sebagai pemimpin Muhammadiyah di Sumatera Timur tetap dijalaninya.

Mengenal Muhammadiyah

Mendiang Prof. Dr. H. A. Syafi'i Ma'arif dalam buku Ensiklopedia Muhammadiyah (2005) menulis bahwa organisasi ini dikenal masyarakat luas sebagai gerakan Islam.  

Ihwal berdirinya Muhammadiyah karena hendak mengubah keadaan umat Islam yang terbelakang menuju kehidupan lebih maju dalam berbagai bidang.

Memperbarui cara pemahaman Islam dengan mendirikan sekolah-sekolah Islam modern, membangun rumah sakit, memberikan pelayanan sosial dan kesejahteraan, serta memperbaiki dan memperluas kegiatan-kegiatan dakwah merupakan visi Muhammadiyah.

Sebagai gerakan sosial-keagamaan reformis, perjalanan Muhammadiyah telah merentang lebih dari satu abad sejak pertama didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan, seorang ulama besar Indonesia bergelar Pahlawan Nasional, pada tahun 1912 di Yogyakarta.

Kyai Haji Ahmad Dahlan, yang juga pernah difilmkan dengan judul Sang Pencerah (2010), berasal dari elite Kesultanan Yogyakarta dan keturunan Wali Songo. Dia berupaya menyempurnakan pemikiran dalam melaksanakan Islam dengan sebenar-benar dan sebaik-baiknya.

Dalam buku Sejarah Islam di Lembah Palu (2016) karya akademisi Universitas Tadulako, Haliadi-Syamsuri, dijelaskan Muhammadiyah berarti "Jalan Muhammad".

Tujuannya mengadakan kegiatan pada usaha-usaha pendidikan, kesejahteraan, dan dakwah untuk melawan praktik-praktik Islam yang tidak sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan hadis.

Muhammadiyah di Sulteng

Haliadi-Syamsuri dalam bukunya itu turut mendokumentasikan sejarah Muhammadiyah di Sulawesi Tengah. Dituliskan bahwa rintisan Muhammadiyah di Sulteng bermula sejak 1932 oleh keluarga Lacanda melalui peran Buya Hamka.

Secara resmi organisasi cabang Muhammadiyah hadir di Donggala pada 4 Juli 1934. Meski demikian, keberadaan Muhammadiyah sebagai organisasi secara formal baru didirikan sekitar tahun 1950-an atas inisiatif Sutan Yusuf.

Salah satu tokoh Muhammadiyah Sulteng, Syamsuddin H. Chalid, bercerita banyak tentang sejarah Muhammadiyah di Sulteng saat ditemui di kediamannya.(Foto: Mugni Mayah/Tutura.Id)

Menyoal sejarah perkembangan organisasi Muhammadiyah di Lembah Palu, Tutura.Id berkesempatan berbincang dengan Syamsuddin H. Chalid, salah satu tokoh senior Muhammadiyah Sulteng.

Saat kami bersua di rumahnya yang beralamat di Jalan Marjun Habi, Kecamatan Palu Barat, Kamis (6/5). Sapa bersahaja dan senyum merekah langsung menyambut.

Ia pernah mengemban tugas sebagai Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulteng kurun 1985-1995. Terbentuknya Provinsi Sulawesi Tengah menjadi dasar dan pendorong lahirnya Kepengurusan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulteng pada tahun 1965.

"Sepanjang sejarah perkembangan Muhammadiyah saya terlibat dalam kepemimpinan yang berada di dalamnya. Bisa disebut sebagai Wali Songo karena setiap kali musyawarah wilayah akan terpilih sembilan orang. Sekarang sudah ada perubahan, karena kebutuhan kepemimpinan distribusi tugas-tugas," ujarnya.

Dengan nada teratur dekan pertama Fakultas llmu Pendidikan (FIP) Muhammadiyah Makassar cabang Palu ini mengungkapkan, Muhammadiyah memiliki cita-cita besar menjaga Islam agar tetap kokoh tanpa terpelanting.

"Misi Muhammadiyah itu sederhana saja. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya," sambungnya.

Bagi Muhammadiyah, pendidikan mempunyai arti penting. Sebab, melalui pendidikan pemahaman tentang Islam dapat diwariskan dari generasi ke generasi. Olehnya, tidak heran bila Muhammadiyah banyak mendirikan institusi pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.

Perihal institusi pendidikan pertama yang didirikan Muhammadiyah di Lembah Palu, Syamsuddin menyebut SD Muhammadiyah di Jalan KH Ahmad Dahlan, Kelurahan Besusu Tengah.

Saat ini secara fisik kemajuan amal usaha Muhammadiyah berupa perguruan tinggi, rumah sakit, panti asuhan, dan sekolah-sekolah sudah makin bertebaran. Bukti betapa besar kiprah Muhammadiyah dalam pembangunan bangsa, dimensi kehidupan, keagamaan, kemanusiaan, dan kemasyarakatan.

Gedung SD Muhammadiyah di Jalan KH. Ahmad Dahlan, Kota Palu, menjadi sekolah pertama yang didirikan oleh Perserikatan Muhammadiyah di Sulteng.(Foto: Mugni Mayah/Tutura.Id) 

Kepemimpinan terkini

Kini ini PWM Sulteng dinakhodai Muhammad Amin Parakkasi hingga 2027. Figurnya terpilih dalam Musyawarah Wilayah ke-1 yang berlangsung di Graha Pemda, Jl. Ahmad Yani Luwuk, Kabupaten Banggai (14/1/2023).

Dalam kepemimpinannya, Amin Parakkasi yang juga menjabat sebagai wakil ketua I Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), menyebut Muhammadiyah memiliki peran dalam meningkatkan kerukunan umat beragama di Sulteng.

"Kita ingin mewujudkan bagaimana toleransi umat beragama di Sulawesi Tengah. Jika, kedamaian dan kerukunan bisa tercapai. Dengan kondisi seperti itu stabilitas masyarakat memungkinkan kita bisa meningkatkan pembangunan di Sulawesi Tengah,"  tuturnya via WhatsApp kepada Tutura.Id.

Amin Parakkasi menambahkan PWM Sulteng saat ini tidak hanya fokus di sektor pendidikan. Muhammadiyah juga memberikan pelayanan kemasyarakatan. Salah satu kiprahnya teruji ketika merespons bencana alam yang terjadi tahun 2018 silam.

"Organisasi Muhammadiyah banyak merehabilitasi bangunan pascagempa, mendirikan lembaga penanganan bencana, dan peningkatan pemberdayaan masyarakat," tambahnya.

Tentunya di bawah komando Amin Parakkasi, wasiat lawas “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan janganlah mencari penghidupan di Muhammadiyah" yang disampaikan KH Ahmad Dahlan tetap dipegang teguh.

Dengan begitu, dibanding dengan organisasi semusimnya, Muhammadiyah tetap bisa bertahan dan berkelit dari gempuran zaman.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
5
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
1
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Menjawab pertanyaan ''kapan nikah?'' dengan data; 6 dari 10 pemuda di Sulteng belum menikah
Menjawab pertanyaan ''kapan nikah?'' dengan data; 6 dari 10 pemuda di Sulteng belum menikah
Kau berada di paruh kedua usia 20-an, dan digempur pertanyaan "kapan nikah?" Agar kau tak…
TUTURA.ID - Dua daerah di Sulteng beroleh opini Wajar Dengan Pengecualian dari BPK
Dua daerah di Sulteng beroleh opini Wajar Dengan Pengecualian dari BPK
Pemprov Sulteng menggenapkan raihan opini Wajar Tanpa Pengecualian selama 10 tahun beruntun. Namun, bukan berarti…
TUTURA.ID - Rumah Dua Jari hadirkan festival berbagi kebaikan
Rumah Dua Jari hadirkan festival berbagi kebaikan
Untuk pertama kalinya program berbagi kebaikan dari Yayasan Rumah Dua Jari hadir dalam bentuk festival…
TUTURA.ID - Serangan terhadap kemerdekaan pers di Sulteng meningkat
Serangan terhadap kemerdekaan pers di Sulteng meningkat
AJI Kota Palu mencatat ada tujuh peristiwa kekerasan terhadap wartawan terjadi di Sulteng kurun 2023.…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng