Tok! mulai besok resmi puasa Ramadan
Penulis: Juenita Vanka | Publikasi: 22 Maret 2023 - 23:41
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Tok! mulai besok resmi puasa Ramadan
Petugas BMKG melakukan pemantauan hilal menggunakan terpong dan alat pendukung lainnya. (Foto: Ken Tsuyoshi Limboki)

Malam tadi (22/3/2023) umat Islam Kota Palu telah menunaikan salat Tarawih pertama. Pelaksanaan salat sunah yang hanya dilakukan pada saat Ramadan ini, terjadi setelah pemerintah menetapkan besok (23/3/2023) adalah 1 Ramadan Tahun 1444 Hijriah.

Sidang isbat penentuan 1 Ramadan dilakukan setelah pemerintah mendapatkan laporan pemantauan kemunculan hilal, dari 124 menara pemantauan milik BKMG yang tersebar di Indonesia.

Salah satunya dari gedung pengamatan hilal Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Sulawesi Tengah bekerjasama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas I Palu, di Desa Marana, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala.

Turura.Id ikut melihat langsung proses pengamatan hilal sejak Rabu sore hingga lepas magrib di gedung ini. Gedung yang juga akrab dikenal dengan nama Menara Hilal.

Pengamatan hilal, yaitu bulan sabit muda, dipantau kemunculannya sejak pukul 17.30 WITA. Ada 7 petugas BMKG yang bertugas melakukan pemantauan lantai atas gedung, dengan menggunakan teropong ke arah ufuk barat. Mereka sebelumnya disumpah dengan menggunakan kitab suci, bahwa akan berkata jujur bila melihat hilal ataupun tidak

Sementara di lantai dasar, para ulama, pejabat dan staf Kemenag Sulteng serta para pihak terkait, memantau melalui monitor yang telah disediakan. Sesekali, terlihat ada yang mengamati dari mistar pengamatan hilal milik Kemenag Sulteng.

Hasil pemantauan

Puncak penantian terjadi pada pukul 18.33 Wita dimana hilal telah terlihat selama 2 menit di atas jejeran pegunungan barat Teluk Palu. Hilal terlihat hingga pukul 18.35.

Tangkapan kemunculan hilal terlihat dimonitor. Petugas pun menggunakan beberapa alat ukur digital untuk mengetahui ketinggian dan elongasi bulan. Laporan detil terkait data ini diserahkan BMKG untuk dibacakan di Rukyatul Hilal Sidang Isbat Kemenag Sulteng, yang berada di lantai bawah.

Layar monitor memperlihatkan kemunculan hilal alias bulan sabit muda di ufuk barat. Monitor ini terhubung langsung dengan teropong milik BMKG Palu. (Foto: Ken Tsuyoshi Limboki)

“Dari teropong milik BMKG, hilal terekam pada pukul 18.33 WITA hingga pukul 18.35 WITA atau berlangsung selama 2 menit dengan ketinggian hilang yang teramati 1 derajat,” ungkap  Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Palu, Sujabar, yang ikut hadir di Menara Hilal.

Sementara itu hasil hisab, dibacakan oleh Ketua Lajnah Falaqiah Alkhairaat Madinatul Ilmi, Muhammad Syarif Hidayatullah.

Dilansir dari Radar Sulteng, Syarif  mengungkapkan hasil hisab menunjukan ketinggian hilal mencapai 7 derajat 31 menit 52 detik. Sedangkan jarak antara matahari dan bulan (elongasiI) mencapai 8 derajat 40 menit 30 detik.

Syarif mengatakan posisi posisi bulan sudah berada di atas matahari dibagian utara. Bila mengacu pada kriteria Kemenetrian Agana yakni kriteria MABIMS, maka hasib nisab tersebut sudah memenuhi kriteria. Pasalnya, kriteria itu hanya mensyaratkan tinggi hilal minimal 3 derajat dengan elongasi bulan 6,4 derajat.

Apalagi hilal ternyata cukup lama terlihat di ufuk. “Lama hilal diatas ufuk untuk pengamatan hari ini juga cukup lama, yaitu 35 menit 2 detik. Karena waktu matahari terbenam pukul 18.11 WITA, sedangkan waktu bulan terbenam pukul 18.46 WITA,” papar Syarif.

Pengamatan melalui mistar hilal milik Kemenag Sulteng. Selainhasil pemantauan dari teropong, juga dilakukan nisab. (Foto: Ken Tsuyoshi Limboki)

Mekanisme laporan

Kepala Seksi Observasi BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Palu, Bambang Haryono SP, mengungkapkan hasil pengataman melalui terpong akan lansung ditindaklanjuti ke BMKG Pusat. Nantinya semua hasilpengamatan di 124 titik se-Indonesia akan terlihat dalan web hilal.bmkg.co.id.

Termasuk hasil pemanataun dari Menara Hilal di Sindue, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. “S emuanya seluruh Indonesia akan melaporkan baik yang melakukan dan yang tidak melakukan pemantauan maka disitu akan terlihat. Alasannya pun juga terlihat, seperti faktor teknis dan cuaca di lokasi,” jelasnya.

Bambang mengatakan perkembangan teknologi inormasi saat ini sangat membantu pelaporan. Sebelumnya, hasil pencatatan akan dicocokan dengan durasi kemunculan hilaln. Pihaknya akan mulai menghitung  pada jam, menit, detik ke berapa  hilal muncul, dan pada waktu kapan hilala akan tertutup. Selish ini akan menunjukkan lamanya durasi kemunculan hilal.

“Nah kita akan verifikasi dari yang kita punya itu, dengan real time yang kita amati, biasanya perbedaannya itu ga jauh beda. Paling dulu pernah kejadian itu cuman beberapa detik saja. Nah kala sekarang enak kan kita sudah dijaman digital jadi pelaporannya tinggal di screenshoot dan kirim begitu saja,” papar Bambang.***

 

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
4
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Pemilu 2024: Peluang penambahan 10 kursi di DPRD Sulteng
Pemilu 2024: Peluang penambahan 10 kursi di DPRD Sulteng
Lantaran populasi naik, ada peluang tambah 10 kursi di DPRD Sulteng. Adapun kepastiannya butuh tertuang…
TUTURA.ID - Film Tanah Emas dan potret buram tambang emas di Sulteng
Film Tanah Emas dan potret buram tambang emas di Sulteng
Meski punya beragam fungsi, emas bisa jadi sumber petaka. Tambang emas di Sulteng dinilai telah…
TUTURA.ID - Biar tidak kena macet jelang iftar, hindari 21 titik jalan ini
Biar tidak kena macet jelang iftar, hindari 21 titik jalan ini
Antusiasme warga untuk membeli takjil favorit di pinggir jalan, membuat jalanan macet. Agar tidak memperparah…
TUTURA.ID - Rekap bencana di Sulteng akibat cuaca ekstrem sepekan terakhir
Rekap bencana di Sulteng akibat cuaca ekstrem sepekan terakhir
Lima  bencana alam terjadi dalam sepekan terakhir di  Sulawesi Tengah. Bencana ini terkait cuaca ekstrem,…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng