Mencegah agar tumpukan sampah tak menjadi malapetaka
Penulis: Retno Tandi Rerung | Publikasi: 26 Februari 2024 - 01:05
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Mencegah agar tumpukan sampah tak menjadi malapetaka
Salah satu mahasiswi yang tergabung dalam Paguyuban KSE Untad memungut sampah di pesisir Pantai Tondo Jalan Uwe Goda pada 24 Februari 2024. Aksi bersih-bersih itu dilakukan dalam rangka peringatan HPSN Tahun 2024. (Foto: dokumentasi/Paguyuban KSE Untad)

Ketika orang-orang terlelap tidur, suara ledakan keras tiba-tiba terdengar pada 21 Februari 2005. Saat itu jarum jam baru menunjukkan pukul 02.00 WIB.

Asal ledakan kemudian teridentifikasi berasal dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Kota Cimahi, Jawa Barat.

Di tempat ini gunungan sampah sepanjang 200 meter dan setinggi 60 meter itu diduga goyah karena diguyur hujan deras semalam suntuk.

Suara ledakan diduga berasal dari ekspansi gas metana yang terakumulasi dari dalam tumpukan sampah di TPA. Ini bisa saja terjadi karena sistem pembuangan kala itu adalah menumpuk sampah tanpa pengelolaan berarti.

Ledakan ini ikut memicu longsoran yang juga diduga juga terjadi dari beratnya beban sampah karena air hujan. Akibatnya, longsoran sampah menyapu dua pemikiman di sekitar TPA yakni yakni Kampung Cilimus dan Kampung Pojok.

Dua permukiman yang jaraknya sekitar satu kilo meter dari TPA Leuwigajah ini langsung luluh lantak tertimbun sampah dan menewaskan 157 orang.

Musibah tak dapat dihindari, tapi risiko dan dampak bencana sejatinya bisa diminimalkan bila dilakukan pengelolaan sampah yang tepat.

Tragedi maut ini oleh oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI kemudian diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palu tahun ini juga turut memperingatinya.

Kepala DLH Kota Palu, Moh. Arief, ditemui usai seremoni peringatan puncak HPSN tingkat Kota Palu Tahun 2024 yang berpusat di TPA Kawatuna mengatakan, bercermin dari kejadian maut tersebut maka dirinya mengajak warga Kota Palu untuk bijak mengelola sampah.

DLH Kota Palu juga memberi penghargaan kepada pejuang lingkungan dalam bidang persampahan pada malam puncak HPSN Tahun 2024, di TPA Kawatuna pada Sabtu malam (24/2). (Foto: Dwi Efrian/Tutura.Id)

Adapun sampah yang dihasilkan dari aktivitas harian dan sampah rumah tangga diharapkan bisa diolah dari mulai dari diri sendiri. Istilahnya menerapkan prinsip reduce, reuse, dan recycle. Mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang.

Bila tiga prinsip pengolahan tadi dilakukan, maka beban TPA Kawatuna tidak akan melampaui kapasitas dan sampah tidak akan menjadi mesin pembunuh layaknya peristiwa TPA Leuwigajah.

Pasalnya, kejadian TPA Leuwigajah itu tidak hanya berdampak pada sekitar TPA, tapi juga pada kebersihan Kota Bandung.

Sampah menggunung di sudut kota kala itu karena TPA Leuwigajah tidak berfungsi. Bahkan julukan "Kota Kembang" sempat berganti “Bandung Lautan Sampah”. Kondisi ini tidak diharapkan tidak terjadi di Kota Palu.

Masih segar dalam ingatan, 13 Desember 2023, TPA Kawatuna yang selama ini sudah tidak sanggup menampung sampah warga Palu mengalami kebakaran hebat. Kepala UPTD TPA Kawatuna Muhammad Saiful menyebut penyebabnya karena gas metana dan cuaca panas.

“Marilah kita sadar dan mengerti bahwa hati nurani kita pasti semua ingin bersih. Kalau masyarakat Kota Palu membuang sampah sembarangan, kemudian ada lingkungan atau lokasi yang menjadi korban kotornya sampah yang kita buang, maka saya berharap kita semua masyarakat Kota Palu bijak dalam mengelola sampah kita yang kita hasilkan,” kata Arief kepada Tutura.Id.

Pengelolaan plastik yang menjadi tema peringatan HPSN 2024 diharapkan Arief membuat warga Palu juga menghindari menggunakan plastik sekali pakai.

Sampah plastik menurutnya terbukti sulit terurai dan limbah plastik akan berbahaya bagi lingkungan, termasuk pada biota laut.

Saat malam puncak HPSN 2024 yang berlangsung di TPA Kawatuna, DLH Kota Palu juga memberi penghargaan kepada pejuang lingkungan dalam bidang persampahan.

Pada hari yang sama, DLH Kota Palu menggelar lomba rangking 1 yang diikuti oleh seluruh pejabat pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, camat, dan lurah se-Kota Palu.

Mahasiswa yang tergabung dalam Peguyuban KSE Untad beserta mitra mereka mengabadikan momen saat melakukan Gerakan Pungut Sampah di Pantai Tondo Jalan Uwe Goda (Foto: dokumentasi/Paguyuban KSE Untad)

Aksi edukasi dan bersih sampah  

Sebelum malam puncak HBSN 2024 berlangsung, DLH Kota Palu menggelar sejumlah rangkaian kegiatan sejak 23 Februari dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat.

Salah satunya mengadakan kerja bakti membersihkan area sepanjang Pantai Talise hingga kawasan Kampung Nelayan. Aksi bersih-bersih ini dilakukan bersama komunitas TNI, POLRI, mahasiswa, komunitas lingkungan Kota Palu, masyarakat Talise, pasukan Padat Karya, dan unsur kelurahan setempat.

Moh. Arief menyebut berdasarkan laporan yang diterima pihaknya, kerja bakti itu diikuti kurang lebih 10.300 orang. “Saya kira ini bukan jumlah yang banyak untuk masyarakat Kota Palu. Kalau kita bandingkan dengan jumlah masyarakat Kota Palu, ini kurang lebih baru 1% sampai  2 %,” ucap Arief.

Dia pun berharap aksi bersih-bersih itu dapat menggerakkan kesadaran seluruh warga Kota Palu karena setiap orang bertanggung jawab atas sampah. Sebab, setiap orang menghasilkan sampah.

Di hari yang sama namun di waktu berbeda, Komunitas GEN ANT menggelar kegiatan edukasi pengelolaan sampah plastik. Kegiatan edukasi ini mengambil tempat di Taman Nasional Bundaran Hasanuddin.

Kegiatan yang diikuti oleh sejumlah anak muda Kota Palu ini berisi bincang edukasi tentang pemanfaatan limbah plastik dan praktik pembuatan ecobricks dari limbah plastik. Turut hadir Perpustakaan Keliling dan Forum Anak Kota Palu yang membuka lapak baca.

Keesokan harinya (24/2), giliran DLH Kota Palu bersama Komunitas Paguyuban KSE Universitas Tadulako (Untad) mengadakan Gerakan Pungut Sampah. Lokasinya di pesisir Pantai Tondo, Jalan Uwe Goda.

Ketua Umum Paguyuban KSE Untad Septianindi mengungkapkan, kegiatan tersebut melibatkan perwakilan dari berbagai lembaga. Misalnya, Turun Tangan Palu, lembaga internal kampus (Himpunan Mahasiswa) Untad, lembaga riset mahasiswa Untad, Rubalang, mitra bank sampah Paguyuban KSE Untad, dan juga mitra dari lembaga eksternal kampus Untad.

“Sebenarnya bukan setahun sekali, tapi setiap kita ada kegiatan KSE seperti kegiatan camp ataupun kegiatan tatap muka itu pasti ada gerakan pungut sampah. Karena fokus kami dalam bidang lingkungan,” kata Septianindi saat dihubungi Tutura.Id.

Dia mengatakan besar harapan pihaknya pada momentum HPSN, kesadaran warga Kota Palu terhadap kebersihan meningkat. Minimal, tidak membuang sampah sembarangan. Itu adalah aksi paling kecil dan sederhana.

Dari kebiasaan tidak membuang sampah sembarangan, maka pengelolaan sampah bisa dilakukan. Seperti memilah sampah berdasarkan jenisnya; organik dan nonorganik

“Kita bisa memilah-milah sampah. Misalnya sampah plastik dipisahkan, sampah organik juga dipisahkan. Seperti itu. Sebenarnya banyak bank sampah di Palu yang bisa juga membeli sampah-sampah yang mana kita sudah pilah-pilah itu,” pungkas Septianindi.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
2
Jatuh cinta
1
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Tumpukan sampah APK hasil buruan masa tenang Pemilu 2024 dipastikan tidak berakhir di TPA
Tumpukan sampah APK hasil buruan masa tenang Pemilu 2024 dipastikan tidak berakhir di TPA
Satpol PP bersih-bersih APK selama tiga hari. Hasilnya ribuan sampah APK diamankan di Kantor Bawaslu…
TUTURA.ID - Kisah dua kura-kura endemik Sulawesi yang terancam punah
Kisah dua kura-kura endemik Sulawesi yang terancam punah
Kehilangan habitat dan perburuan ilegal membuat keberadaan dua kura-kura endemik Sulawesi makin susah ditemukan.
TUTURA.ID - Festival Danau Lindu; menjaga ekologi, melestarikan budaya
Festival Danau Lindu; menjaga ekologi, melestarikan budaya
Festival Danau Lindu 2023 adalah panggilan untuk menjaga dan membangkitkan semangat kehidupan dalam satu perayaan.
TUTURA.ID - Mantra Chef Fildzah Djafar untuk menjaga lingkungan
Mantra Chef Fildzah Djafar untuk menjaga lingkungan
Sejak awal mendirikan Kayana Restaurant, Fildzah Djafar sudah pasang komitmen "manjakan dirimu tanpa merusak bumi".…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng