Aya Canina masih sering disebut dengan atribusi mantan vokalis Amigdala, band indie berirama folk-pop asal Bandung.
Atau bila mungkin belum familier jua, bolehlah menyebut judul lagu “Kukira Kau Rumah”. Tembang karya Aya itu sudah menginspirasi hadirnya film dengan judul serupa yang disutradarai oleh Umay Shahab.
Nama Aya jadi satu fokus pemberitaan pada Februari 2022, tatkala dirinya speak-up tentang kasus kekerasan dalam pacaran. Aya pun pilih mundur dari Amigdala. Ia sebut gitaris Amigdala sebagai pelaku kekerasan. Dua personel lain, drummer dan basist yang memilih diam—dianggap tak berpihak pada Aya.
Itu cerita pada awal tahun. Saat bertemu Aya pada pengujung November 2022, dirinya sudah banyak pamer senyum. Barangkali lantaran baru saja mengemil pisang goreng lowe plus sambal roa.
“Aku belum pernah makan keripik pisang cocol sambel. Unik jadinya. Pedas banget, tapi suka. cocok sama lidahku,” kata Aya soal pisang goreng yang baru disantapnya, Kamis siang (24/11/2022).
Ia juga mengaku suka dengan suasana di Luwuk. “Tidak terlalu ramai, dan ada pantainya. Kota ini cocok buat healing,” ujar penulis buku Ia meminjam Wajah Puisi: Kumpulan Puisi.
Kami bertemu di Pantai Kilo 5, Luwuk, Sulawesi Tengah. Aya menyambangi kota yang bersemuka Teluk Lalong itu untuk menghadiri Festival Sastra Banggai 2022.
Aya datang untuk dua agenda, yakni: jadi narasumber untuk kelas bertemakan “Mendengar Suara Perempuan”; serta berperan sebagai salah satu penampil pada malam pembuka.
Perempuan yang lahir 22 Januari 1995 itu menuturkan kisahnya memulai kebiasaan menulis sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama.
“Zaman cinta monyet gitu, zaman cengeng, jadi masih menulis puisi ala kadarnya gitu” ucap Aya mengenang tulisannya di masa remaja yang banyak disalurkan lewat Facebook.
Baru pada 2016, ia mulai mulai melihat dunia tulis menulis sebagai sesuatu yang serius dan perlu ditekuni. Ia menyebut kumpulan puisi, Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono, sebagai buku yang banyak menginspirasinya untuk berkarya. Puisi-puisi itulah yang memacunya untuk berkarya, entah itu puisi hingga syair lagu.
Aya lantas merekomendasikan lima buku yang menurutnya penting dan menarik dibaca oleh para penulis muda atau pun pembaca Tutura.Id.
View this post on Instagram
1. Keterampilan Membaca Laut (Ama Achmad)
Terbitan Gramedia Pustaka Utama ini jadi buku pertama yang direkomendasikan Aya.
“Jadi aku terbayang Kak Ama dihadapkan setiap hari dengan laut, dan dia menuliskan kesedihan yang tumpah ruah itu dengan laut sebagai konteksnya,” ujar Aya tentang buku yang terbit pada 2019 tersebut.
2. Puasa Puisi (Widya Mareta)
Pada 2021, beriring tahun terbitnya, buku ini masuk lima besar Kusala Sastra Khatulistiwa, satu penghargaan dunia kesusastraan nan prominen di Indonesia. Menurut Aya isu-isu yang disajikan buku ini penting untuk dibaca.
“Widya menampilkan isu-isu perempuan yang sensitif; dan bagus sih. Imajinya juga sangat kental. Dia sepertinya banyak mengangkat soal etnis juga, perempuan-perempuan Tionghoa,” ujarnya.
3. Catatan-catatan dari Bulan (Rieke Saraswati)
Buku terbitan Gramedia Pustaka Utama ini menyajikan topik tentang pengalaman remaja perempuan; mulai dari soal tubuh, stori kekerasan, hingga kisah menjadi seorang ibu.
4. Melihat Api Bekerja (Aan Mansyur)
Menurut Aya, buku karya penyair Makassar, Aan Mansyur ini cocok untuk dibaca oleh mereka yang ingin menikmati atau menekuni puisi. “Aku merasa tumpah ruah sekali. Secara personal, buku itu membekas sekali di aku,” tutur Aya.
5. Lidah Orang Suci (Ahda Imron)
Terbitan Teroka Gaya Baru tahun 2021 ini menghimpun 51 sajak. Buku ini menyajikan persoalan sosial dan politik. Mulai dari sejarah agama sampai fenomena kebangkitan fundamentalisme beragama.