Menjawab pertanyaan ''kapan nikah?'' dengan data; 6 dari 10 pemuda di Sulteng belum menikah
Penulis: Muammar Fikrie | Publikasi: 4 Juli 2023 - 20:43
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Menjawab pertanyaan ''kapan nikah?'' dengan data; 6 dari 10 pemuda di Sulteng belum menikah
Orang muda di Sulteng banyak yang belum menikah. | Foto: Shutterstock

Pekan lalu perayaan Iduladha. Bonus liburnya pun panjang. Long weekend dalam pengucapan ala lidah orang kota yang suka berbahasa campur Indonesia-Inggris. Hari-hari penuh jeda nan panjang lazim jadi ajang jumpa keluarga besar. 

Saat berkumpul dengan keluarga besar, mungkin sebagian dari kita harus berhadapan dengan pertanyaan “kapan nikah?” Bila kau berada di paruh kedua usia 20-an, dan risau dengan pertanyaan itu, sebaiknya tak perlu terlalu khawatir. Sebab kau tak sendiri.

Ada banyak pemuda di sekitar kita yang belum menikah. Hal tersebut terlihat dalam olahan data Tutura.Id atas dokumen Statistik Pemuda Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Di Sulawesi Tengah, setidaknya pada 2022, persentase lelaki dan perempuan muda yang belum menikah mencapai 60,34 persen. Dengan kata lain, 6 dari 10 orang muda di Sulteng belum menikah.

Hitungan Tutura.Id, sekitar 483 ribu orang muda di Sulteng belum menikah—merujuk data populasi orang muda di Sulteng yang melebihi angka 800 ribu jiwa. Sekali lagi: Berbesar hatilah, kau bukan satu-satunya orang yang fakir asmara. 

Menariknya, persentase orang muda yang belum menikah mengalami tren peningkatan dalam lima tahun terakhir.

Bila dibandingkan dengan angka pada 2018, saat persentasenya masih 54,47 persen. Artinya ada kenaikan hampir 6 persen dalam lima tahun terakhir.

Catatan menarik lainnya ialah lebih banyak laki-laki muda di Sulteng yang belum menikah. Angkanya mencapai 70,51 persen pada 2022. Sedangkan pada perempuan, nilainya hanya 49,87 persen. 

Namun, dalam lima tahun terakhir, terlihat juga gelagat kenaikan persentase perempuan yang belum menikah. Sejak 2017, BPS telah memprediksi kenaikan tren unmaried woman lantaran perilaku yang lebih privat. 

Konon, perempuan muda era kiwari punya kesibukan dan mobilitas tinggi, yang berimbas kepada keputusan menunda untuk menikah. Tentu saja tiada yang keliru dengan kecenderungan ini, sebab menikah, menundanya atau bahkan tidak menikah, pada akhirnya merupakan pilihan masing-masing.

Sekadar tambahan informasi, sex ratio di Sulteng pada 2022 mencapai 105,22; alias ada 105 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Ringkasnya, saat ini di Sulteng lebih banyak laki-laki ketimbang perempuan.

Anabel alias analisis gembelnya begini: Bila tiap makhluk ditakdirkan berpasang-pasangan, maka ada kelebihan lima lelaki yang bakal menjomlo. Situasinya bisa tambah buruk, kalau para lelaki dengan ego patriarkinya membenarkan jalan poligami.    

Kestabilan ekonomi bisa jadi alasan

Ada banyak alasan untuk menunda menikah. Namun, yang mungkin jarang disebut adalah kestabilan ekonomi. Statistik pun menunjukkan bahwa orang muda di Sulteng belum stabil benar secara ekonomi.

Tingkat pengangguran terbuka pada orang muda di Sulteng berkisar di angka 8 persen dalam enam tahun terakhir. Kita seolah belum mampu menekan angka itu. 

Pada 2022, tingkat pengangguran terbuka dalam populasi orang muda di Sulteng mencapai 8,41 persen. Angka itu sebenarnya terbilang baik bila dibandingkan dengan rerata nasional yang mencapai 13,93 persen. 

Meski demikian, persentase Sulteng itu masih terbilang jelek bila disandingkan dengan beberapa provinsi tetangga, seperti Sulawesi Tenggara (7,76 persen), Gorontalo (7,85 persen), dan Sulawesi Barat (5,46 persen).

Pun demikian pada aspek tingkat partisipasi angkatan kerja dalam populasi orang muda di Sulteng. Pada 2022, sebagai contoh, persentasenya cuman 59,34 persen. Hanya naik 0,42 persen dari tahun sebelumnya.

Sebagai catatan, tingkat partisipasi angkatan kerja merupakan salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan masyarakat. Kian mini nilainya, maka kesejahteraan pada masyarakat makin rendah.

Kesejahteraan yang rendah bisa memengaruhi keputusan untuk menikah atau menundanya. Namun, yang lebih penting dari perkara kesejahteraan ialah ketersediaan pasangan. Punya pacar atau tidak. 

Pasalnya, mencatatkan pernikahan di Kantor Urusan Agama (KUA) masih butuh pasangan. Akan rumit jadinya bila kau datang ke KUA dan meminta untuk dinikahkan dengan dengan pohon—seperti yang dilakukan puluhan perempuan di Inggris.

Akhirulkalam: Kaum jomlo se-Sulteng, bersabarlah. :) 

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
3
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Mengenal ulat sagu yang kaya nutrisi dalam makanan tradisional Sulawesi Tengah
Mengenal ulat sagu yang kaya nutrisi dalam makanan tradisional Sulawesi Tengah
Sempat viral karena menjadi bekal lauk siswa SD, ulat sagu lazim dikonsumsi sebagai lauk di…
TUTURA.ID - Suhu panas ekstrem, El Nino dan ketahanan pangan di Sulteng
Suhu panas ekstrem, El Nino dan ketahanan pangan di Sulteng
BMKG menilai suhu udara di Mei 2023 masih netral. Tidak se-ekstrem April lalu. Meski ada…
TUTURA.ID - Ratusan ribu mahasiswa drop out; bidang ilmu apa paling banyak?
Ratusan ribu mahasiswa drop out; bidang ilmu apa paling banyak?
Kemendikbudristek menyebut ratusan ribu mahasiswa putus kuliah tiap tahun. Khusus Sulteng, lebih dari 10 ribu…
TUTURA.ID - Mengenang jasa Sang Mufti di peringatan Haul Guru Tua 2023
Mengenang jasa Sang Mufti di peringatan Haul Guru Tua 2023
Haul Guru Tua kembali digelar. Sosok Sayyid Idrus Bin Salim Aljufri alias Guru Tua kembali…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng