![TUTURA.ID - Menyambangi Koleksi Deposit; ruang terbitan lokal di Perpusda Sulteng TUTURA.ID - Menyambangi Koleksi Deposit; ruang terbitan lokal di Perpusda Sulteng](https://tutura.id/assets/images/news/menyambangi-koleksi-deposit-ruang-terbitan-lokal-di-perpusda-sulteng-1667474228.jpg)
Sebagai pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, hingga pelestarian khazanah budaya bangsa, perpustakaan daerah dituntut menyediakan ruang bagi koleksi lokal daerah setempat.
Koleksi lokal tidak hanya berisi informasi lokal semata, tapi juga menampung karya kearifan lokal: kebijakan, pengetahuan, atau kecerdasan setempat. Karya kearifan lokal ini bisa dimanfaatkan untuk aktivitas keilmuan seperti pembelajaran dan penelitian, maupun sarana pelestarian kepada generasi selanjutnya.
Perpustakaan Daerah Sulawesi Tengah juga punya koleksi lokal. Dalam tata laksana manajemen perpustakaan, ia disebut Koleksi Deposit. Deposit yang ini tentu berbeda dengan istilah perbankan yang berarti penyimpanan uang; atau deposit sebagai tempat simpan sel lemak di tubuh dalam terminologi kesehatan.
Merujuk Perpusnas RI, Koleksi Deposit terdiri dari bahan pustaka yang diterbitkan di wilayah provinsi tertentu. Ia juga bisa dilengkapi dengan bahan pustaka yang berisi informasi tentang wilayah provinsi tersebut yang diterbitkan di luar wilayah itu.
Jadi bila ada buku berjudul Sejarah Bencana Gempa dan Tsunami Sulawesi Tengah yang diterbitkan oleh penerbit dari Jakarta, maka terbitan ini wajib masuk Koleksi Deposit Perpustakaan Daerah Sulteng.
Lantas, apa saja koleksi lokal yang dimiliki oleh Perpustakaan Daerah Sulteng? Sepopuler apa koleksi ini di antara pengunjung?
Tutura.Id berkesempatan jalan-jalan ke Koleksi Deposit yang terletak di lantai II gedung Perpustakaan Daerah Sulteng, Jalan Banteng, Birobuli Selatan, Palu Selatan.
![](https://tutura.id/assets/images/news/tinymce/blobid1667473936877.jpg)
Serba lokal tapi sepi
“Kebanyakan yang mengunjungi itu kalangan mahasiswa, penulis-penulis yang sudah senior. Kalau koleksi umum, sudah pasti mahasiswa paling banyak,” kata seorang petugas piket di Koleksi Deposit.
Staf perempuan berseragam putih-hitam khas honorer itu tampak hati-hati saat memberi keterangan. Dia bahkan menolak memberitahukan namanya. Entah kenapa.
Salah satu Layanan Baca yang dikelola oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulteng ini, memang jauh lebih sepi dibandingkan dengan ruangan Koleksi Umum.
Saat pertama kali mengunjungi ruang Koleksi Deposit, Senin pagi, 10 Oktober 2022, suasananya lenggang belaka. Ruangan berukuran kurang lebih 30x20 meter ini hanya diisi oleh tiga staf. Dua berseragam putih-hitam dan satu bersegaram khas ASN. Tiada satu pun pengunjung.
Petugas honorer tadi menjelaskan jika ruangan ini menyediakan koleksi lokal Sulawesi Tengah. Berupa buku sejarah, buku biografi, jurnal penelitian, kamus bahasa daerah, jurnal kajian, dan media cetak terbitan Sulawesi Tengah.
Koleksi lokal itu tersebar dalam 25 rak buku. Penataan buku terlihat terorganisir, rapih, dan bebas debu. Masing-masing rak juga sudah diberi label sesuai kategori; Sejarah, Kesenian, Arsitektur, Sastra Puisi, Kamus Bahasa, Biografi Tokoh, dan Kebudayaan.
Semuanya koleksi lokal Sulteng. Begitu pun dengan buku-buku di rak “Statistik Provinsi”, yang termasuk salah satu koleksi terlama. “Tahun 1970 – 1986,” begitu tertulis pada salah satu raknya.
Selain buku, Koleksi Deposit ini juga menyediakan surat kabar lokal yang disimpan pada ruangan berbeda. Kontras dengan penataan buku lokal, rak surat kabar ini tampak berdebu.
Saat kami bertanya ihwal layanan digital dari Koleksi Deposit, pihak Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tengah mengakui bahwa hal tersebut masih terbatas.
“Sebenarnya hampir semua sudah dimasukkan ke katalog online, ada sebagian yang sudah di-entry. Koleksinya beda dengan yang ada di umum, mereka punya sistem sendiri,” kata Lebo Achmad Nurdin, Pustakawan di dinas tersebut.
![](https://tutura.id/assets/images/news/tinymce/blobid1667473753100.jpg)
Simpan koran terbitan 1935
Pada kunjungan kedua, Senin siang, 31 Oktober 2022, Tutura.Id tertarik mengulik Koleksi Deposit yang khusus menyimpan arsip koran lokal. Suasananya tak jauh beda dengan pengalaman pertama. Hanya ada seorang mahasiswa laki-laki yang tengah membaca dan satu petugas jaga.
Petugas laki-laki berseragam ASN warna khaki itu menyapa dan memperkenalkan dirinya sebagai Gunadi. Dia tak segan menemani sembari menjelaskan perihal koleksi koran.
Di ruangan khusus ini terlihat beberapa surat kabar lokal, seperti Mercusuar, Radar Sulteng, Media Alkhairaat (MAL), Metro Sulawesi, hingga Sulteng Raya. Koran-koran tersebut tersusun dalam tujuh rak besar.
Ada juga koran Penjedar yang terbit pada 1935. Bedanya, cetakan Penjedar tersebut tidak disusun di rak seperti koran-koran lain, tetapi dipajang khusus dengan menggunakan bingkai, tersebab kertasnya sudah rapuh.
Gunadi mengatakan sampai saat ini hanya Mercusuar yang melakukan serah simpan karya ke Perpustakaan Daerah Sulteng. Tak heran bila arsipnya jadi yang paling lengkap. Adapun koran lain sudah berhenti melakukan penyetoran, seperti Radar Sulteng dan Media Alkhairaat yang terhenti pada 2021.
“Kemungkinan di tahun 2024 baru ada anggaran lagi untuk pengadaan pembaharuan koleksi pustaka terbaru,” kata Gunadi.
Saat ditemui terpisah, Kepala Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan, I Nyoman Sriadijaya menjelaskan bahwa arsip koran lokal dalam Koleksi Deposit sejalan dengan amanat UU No. 13 tahun 2018. Beleid itu secara rinci mengatur apa yang disebut sebagai “Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam.”
Semua terbitan daerah Sulteng atau tentang provinsi ini yang diterbitkan di daerah lain, menurut Nyoman, wajib diserahkan ke pihaknya. “Berapa banyak koleksi yang diserahkan nantinya itu disesuaikan berdasarkan catatan yang diterima oleh dinas, karena tidak semua juga yang memenuhi kewajiban” ujarnya.
![](https://tutura.id/assets/images/news/tinymce/blobid1667473482206.jpg)
Harapan pada masa depan
Merujuk statistik Satu Data Indonesia (SDI) Sulteng 2022, capaian pengunjung Perpustakaan Daerah Sulawesi Tengah sebesar 10.253 orang. Tentu saja para pengunjung itu lebih banyak menuju ke Koleksi Umum.
Nyoman bilang pengunjung Koleksi Deposit ialah orang-orang tertentu dengan tujuan spesifik. Sebagai contoh, mereka yang sedang melakukan penelitian, menulis untuk jurnal, atau bikin karya tulis berkaitan Sulteng. Mengingat peminatnya yang spesifik, wajar bila Koleksi Deposit tak punya banyak pengunjung seperti Koleksi Umum.
Bencana gempa 2018 dan pandemi COVID-19, kata Nyoman, turut memengaruhi statistik pengunjung. Saat itu, Perpustakaan Daerah Sulteng sempat ditutup untuk pengunjung.
Beriring membaiknya situasi pandemi, perlahan-lahan kunjungan pun pulih. Kini Perpustakaan Daerah Sulteng kembali terbuka untuk umum sepanjang Senin-Jumat, pukul 08.00-16.00 WITA—mengikuti waktu dinas ASN.
Nyoman mengungkapkan pihaknya optimistis jumlah kunjungan akan semakin meningkat dengan kondisi yang lebih baik di masa depan.
“Pengunjung yang datang kian semarak mulai awal tahun 2022 kemarin hingga sekarang. Bahkan semakin membaik daripada dua tahun sebelumnya,” kata dia.
Perpustakaan Daerah Sulawesi Tengah Perpusda Sulteng Sulawesi Tengah Buku surat kabar koran tua Nyoman Sriadijaya
![TUTURA.ID - Program Ecoleap; ikhtiar memperkenalkan green jobs di Sulawesi Tengah TUTURA.ID - Program Ecoleap; ikhtiar memperkenalkan green jobs di Sulawesi Tengah](https://tutura.id/assets/images/news/compress/program-ecoleap-ikhtiar-memperkenalkan-green-jobs-di-sulawesi-tengah-1701824378.jpg)
![TUTURA.ID - Aksi memprotes kebijakan kursus bahasa Inggris di SMKN 2 Palu TUTURA.ID - Aksi memprotes kebijakan kursus bahasa Inggris di SMKN 2 Palu](https://tutura.id/assets/images/news/compress/aksi-memprotes-kebijakan-kursus-bahasa-inggris-di-smkn-2-palu-1729937760.jpg)