Meramu ide dan memproduksi film bersama Sinekoci
Penulis: Juenita Vanka | Publikasi: 30 Maret 2024 - 12:17
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Meramu ide dan memproduksi film bersama Sinekoci
Lokakarya Pengembangan Ide Cerita Sinekoci 2024 | Foto: Juenita Vanka/Tutura.Id

Sinekoci terbentuk sejak 2018 oleh sineas dan pegiat film di Kota Palu. Titik tolaknya dari ketiadaan forum untuk membahas dan mengembangkan cerita yang kemudian bisa diproduksi menjadi sebuah karya film. Istilahnya film lab.

Laiknya film lab yang lain, Sinekoci fokus mengadakan kelas-kelas untuk berbagi tentang pengetahuan seputar produksi film, mulai dari pengembangan ide cerita, skenario, mengkurasi film dalam sebuah festival, mengadakan program pemutaran, bahkan harapan mereka ke depan bisa memfasilitasi tentang riset film.

Agar bisa lebih memaksimalkan perannya, tidak hanya terbatas kepada sineas yang berada dalam lingkaran pertemanan para pendirinya, sejak tahun lalu Sinekoci mulai melakukan open call lokakarya pengembangan cerita film pendek. Ide cerita bisa berupa fiksi, dokumenter, dan eksperimental.

Hasilnya ada 17 ide cerita yang mendaftar dalam kesempatan perdana tersebut. Tim kurator kemudian memilih sembilan ide cerita yang paling kuat dan potensial untuk mengikuti “Lokakarya Pengembangan Ide Cerita Sinekoci 2023”.

Secara jujur Mohammad Ifdhal, sutradara yang juga salah satu pendiri Sinekoci, mengakui percobaan perdana yang mereka lakukan masih banyak kekurangan. Belum optimal.

“Karena bahan ajar yang tidak memadai. Untungnya bisa kita bilang sedikit berhasil karena ada film Pau Lipu. Cuma memang Pau Lipu ini sudah siap untuk ikut pitching di salah satu forum. Dan dia lumayan komitmen untuk ikut film labnya,” ujar Ifdhal saat kami temui di kantor Sinekoci, Jalan Tamako 2, Kelurahan Donggala Kodi, Ulujadi, Selasa (26/3/2024) malam.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Dying Echoes of the Sea (@paulipufilms)

Belajar dari penyelenggaraan pertama tadi, Ifdhal dkk. melakukan sejumlah pembenahan. Seleksi dilakukan lebih selektif demi mencegah peserta yang tidak punya komitmen tinggi dan malah akan menghambat jalannya kelas.

“Sekarang Sinekoci lebih matang persiapannya. Bahan ajar sudah ada, peserta kita terima tidak lebih dari tiga. Sinekoci juga kasih presentasi ke partisipan soal bahan ajar yang akan diberikan,” tambah sutradara Home Sweet Home yang menjadi film terbaik dalam Festival Film Antikorupsi (ACFFest) 2019.

Panggilan terbuka edisi kedua sudah dilakukan. Kali ini bukan hanya untuk penulis, tapi juga untuk mereka yang ingin belajar menjadi seorang produser film. Periodenya sejak 9 Maret hingga 14 Maret 2024.

Hasilnya, program yang mendapat sokongan dari Halaman Belakang Films, Sineman Films, MHD Sinema, dan Lentera Silolangi ini berhasil menjaring 16 ide cerita.

Hanya dua ide cerita yang kemudian dinyatakan sebagai proyek terpilih mengikuti Lokakarya Pengembangan Cerita Film Pendek Sinekoci 2024. Kedua ide cerita tersebut berjudul Beasiswa yang Tidak Adil dan Ayah Tenang di Keabadian.

Menurut Fauzan Kurnia Muttaqin sebagai pengampu film lab di Sinekoci, dua proyek tersebut terpilih karena datang dengan ide cerita yang matang. Pun isu yang mereka angkat penting untuk disuarakan.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by SINEKOCI (@sinekoci)

Selanjutnya orang-orang di balik dua proyek terpilih tadi akan mengikuti lokakarya yang direncanakan terdiri dari delapan pertemuan. Empat pertemuan awal adalah kelas yang berisi materi dasar seputar film, antara lain mengenal tahapan produksi film, literasi visual, treatment dan penulisan skenario, hingga tugas produser film.

Lalu empat pertemuan sisanya berupa mentoring alias pendampingan oleh Sarah Adilah (alumni Universitas Multimedia Nusantara), Sitti Aisyah Korompot, (Institut Kesenian Jakarta), dan Jun (Institut Seni Indonesia Yogyakarta). Ada juga Yusuf Radjamuda, Taufiqurrahman Kifu , dan Ifdhal.

Sinekoci juga berupaya membantu peserta yang notabene masih pemula ini agar bisa mengikuti pitching di forum-forum dan festival film. Ada pula semacam pemberian bantuan agar para peserta lebih semangat dan serius mewujudkan karya mereka.

Grant yang kami berikan itu biasanya dari teman-teman sineas kasih fasilitas studio untuk praproduksi. Peserta juga bisa melakukan konsultasi tambahan usai kelas selesai. Mereka masih boleh ke sini untuk diskusi,” terang Jun, panggilan akrab Fauzan.

Pemberian grant alias hibah yang tidak dalam bentuk uang, tapi bantuan penggunaan fasilitas secara gratis tadi diharapkan jadi stimulus. Sehingga dengan demikian tak ada lagi peserta yang mangkir dari komitmen awal untuk memproduksi ide cerita menjadi sebuah film.

“Dalam film lab ini kami sebenarnya hanya memberikan dan mengarahkan dasar dari pengetahuan yang kami ketahui. Entah nanti filmnya mau mereka bawa ke mana itu tetap milik si penulis. Intinya idenya bisa jadi dan filmnya ada sehingga bisa dinikmati,” pungkas Jun.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
2
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Film Buaya Palu ''berenang'' hingga ke Jerman
Film Buaya Palu ''berenang'' hingga ke Jerman
Film pendek "Saya di Sini, Kau di Sana" mengisahkan konflik antara manusia dengan buaya di…
TUTURA.ID - Buaya berkalung prestasi dari kompetisi film pendek internasional
Buaya berkalung prestasi dari kompetisi film pendek internasional
Film Saya di Sini, Kau di Sana (A Tale of the Crocodile’s Twin) beroleh "Special Mention"…
TUTURA.ID - Kaleidoskop 2022: Seni Budaya
Kaleidoskop 2022: Seni Budaya
Ramai penyelenggaraan konser dan festival musik setelah dua tahun absen jadi peristiwa paling menyita perhatian…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng