“Mau yaku ringatan ntona, Ngatan ntona naroa.
Palu kana ko tora tora.
Palu kana ko tora tora.”
Potongan lirik dari bait terakhir lagu “Palu Ngataku” selalu jadi isyarat dan pengobat rindu bagi perantau yang berasal dari Palu. Hasan Bahasyuan yang merupakan penciptanya patut diberikan apresiasi setinggi-tingginya.
Karya-karya Hasan Bahasyuan yang lahir di Parigi, 12 Januari 1930, menghiasi dunia seni di Sulawesi Tengah saat awal-awal berdiri sebagai sebuah provinsi.
Ada bermacam ciptaan dan garapan di bidang tari maupun lagu serta musik yang populer dimainkan hingga kini. Namun, justru tidak berjalan lurus dengan popularitas nama sang pencipta.
Malah banyak dari karya milik Hasan Bahasyuan diklaim oleh orang lain. Inilah yang jadi pemantik dibentuknya Hasan Bahasyuan Institute (HBI), lembaga ini hasil dari kekhawatiran keluarga karena kurangnya advokasi pada hak cipta karya.
HBI menjadi ruang untuk melindungi, mendokumentasikan, dan memperjuangkan karya milik Hasan Bahasyuan. Zhul Usman selaku Direktur HBI menyampaikan, “Karyanya secara tertulis ada ratusan, tetapi yang jadi masterpiece jumlahnya puluhan. Sedangkan yang telah didaftarkan melalui Dirjen Hak Kekayaan Intelektual sebanyak 62 karya, terdiri dari 51 lagu dan 11 tari. Belum semua didaftarkan karena keterbatasan anggaran.”
Mengadakan “Gelar Mahakarya A(r)tribute to Hasan Bahasyuan” di auditorium Hotel Santika, Selasa (26/11/2024), merupakan satu dari sekian usaha HBI untuk memperkenalkan karya-karya Hasan Bahasyuan kepada generasi muda sekaligus jadi ruang pertemuan lintas generasi.
Kali ini dengan memberikan kesempatan kepada kelompok musik The Mangge menafsirkan 13 lagu karya Hasan Bahasyuan di atas panggung.
“Harapan kami acara ini jadi ruang informasi kepada beragam generasi, baik pelaku langsung karya-karya beliau (Hasan Bahasyuan), kami yang dulu hanya mengetahui, dan generasi sekarang yang justru mengenal karyanya tapi tidak mengetahui siapa penciptanya,” sambung Zhul Usman yang juga vokalis Culture Project.
Acara ini terdiri dari tiga rangkaian. HBI Kultur Forum menghadirkan multipihak untuk membahas pengembangan seni budaya dan pembangunan kebudayaan di Sulawesi Tengah dengan tema diskusi “Hasan Bahasyuan dan Perkembangan Seni Kreasi Baru di Sulawesi Tengah”.
Lalu ada juga pameran foto yang menampilkan perjalanan hidup dan karier mendiang Hasan Bahasyuan. Puncaknya adalah pergelaran seni yang menampilkan beberapa karya dari Hasan Bahasyuan, berupa tari dan lagu yang telah di aransemen hasil dari interpretasi oleh seniman generasi muda.
Gubernur Sulawesi Tengah Rusdy Mastura dan Bupati Sigi Mohamad Irwan juga turut hadir pada acara puncak ini.
“Lagu-lagu beliau populer pada masa saya. Sehingga tadi saya meneteskan air mata. Seandainya tidak ada Hasan Bahasyuan, maka kering kita di bidang kebudayaan dan kesenian. Kita (Sulawesi Tengah) punya sosok-sosok yang berjasa di bidangnya masing-masing. Ada Hasan Bahasyuan di kebudayaan dan kesenian, Andi Raga Pettalolo di olahraga, dan Rusdi Toana di ranah politik,” ungkap Cudy, sapaan akrab Gubernur Rusdy Mastura.
Seolah tak mau kalah dengan penampilan musisi di atas panggung, Cudy ikut naik ke atas pentas menyanyikan lagu ciptaan Hasan Bahasyuan sebagai bentuk penghargaan sambil bernostalgia mengenang masa muda.
Hasan Bahasyuan seniman budayawan pameran pergelaran seni The Mangge Hasan Bahasyuan Institute Rusdy Mastura Mohamad Irwan